Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KEMAJUAN teknologi digital memberikan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat untuk dapat mengangkat nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia di tingkat global pada masa mendatang.
Generasi alfa yang total populasinya diproyeksikan mencapai 2 miliar penduduk dunia pada 2025 mendatang menjadi harapan untuk berperan dalam menghasilkan konten-konten positif yang berlandaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Oleh sebab itu, orang tua dan generasi muda sekarang harus siap dalam memberikan bekal sekaligus menjadi contoh cara pemanfaatan internet dan media sosial yang sehat. Hal tersebut terungkap dalam webinar bertema “Konten Kreatif Berbasis Budaya Lokal” di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Hadir sebagai narasumber adalah Dosen UIN Antasari Banjarmasin sekaligus Ketua Titik Fokus Karya Muhammad Ridha M.Pd; Konten Kreator Comhub.Id dan Dosen Universitas Pejuang RI Makassar Andi Asy’hary J Arsyad; dan Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) Dr Meithiana Indrasari ST MM.
Dosen UIN Antasari Banjarmasin sekaligus Ketua Titik Fokus Karya, Muhammad Ridha mengatakan, untuk mendukung penggunaan internet secara positif di masa mendatang, para orang tua dan remaja sekarang harus dapat membekali diri dengan literasi digital yang kuat serta mampu memahami karakteristik generasi alfa.
Generasi alfa merupakan penduduk dunia yang lahir pada 2010 ke atas serta dapat disebut sebagai digital native alias orang yang sejak lahir telah masuk dalam era transformasi teknologi informasi dan komunikasi.
Pada tahun-tahun mendatang, populasi generasi alfa diproyeksikan akan dominan ketimbang komunitas milenial, sehingga teknologi digital juga akan bisa berkembang semakin cepat.
“Kalau memiliki literasi digital yang baik, maka kita akan siap menyambut generasi alfa. Kita akan mampu mendukung kegiatan pembelajaran bagi generasi alfa, dapat mengarahkan untuk pemanfaatan internet, mendukung pengembangan potensi diri, serta mendukung kreativitas generasi alfa misalnya untuk menjadi konten kreator,” ujar dia.
Konten Kreator Comhub.Id dan Dosen Universitas Pejuang RI Makassar, Andi Asy’hary J Arsyad menekankan pentingnya menjaga multikulturalisme dalam pemanfaatan teknologi digital. Multikulturalisme dapat diartikan sebagai penerimaan keberagaman sebagai realitas utama masyarakat yang menyangkut nilai-nilai, sosial budaya, serta politik yang dianut.
Baca juga : Jangan Abaikan Norma dan Etika di Dunia Digital
Adapun ruang lingkup sosial budaya meliputi sistem dan organisasi kemasyarakat, religi dan ekspresi keagamaan, mata pencaharian, ilmu pengetahuan, teknologi dan peralatannya, bahasa, kesenian, serta orientasi seksual.
Menurutnya, banyak warganet yang belum paham untuk berbudaya yang baik di dunia internet, sehingga konten atau komentar yang berisi ujaran kebencian dan perundungan masih kerap ditemui di media sosial.
“Ada contoh konten berupa ungkapan motivator yang tidak baik, kuliah tinggi-tinggi jangan sampai kamu menjadi nelayan. Itu tidak bagus diungkapkan di media digital, karena nelayan bukanlah konotasi dari pekerjaan yang buruk. Padahal, daerah pesisir di Indonesia juga sangat membutuhkan kehadiran nelayan. Tidak mungkin semua orang akan menjadi polisi atau pengacara, pasti ada pekerjaan untuk nelayan dan itu merupakan salah satu mata pencaharian yang masuk dalam sistem sosial budaya,” jelas dia.
Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) Meithiana Indrasari mengatakan, kompetensi budaya digital yang perlu dimiliki warganet di era sekarang antara lain, mengedepankan pengetahuan dasar akan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, memanfaatkan teknologi untuk dapat menjadi pelaku digitalisasi kebudayaan, mendorong penggunaan produk lokal, serta pengetahuan akan hak-hak digital.
Sebagai contoh, dalam perilakunya di dunia digital warganet harus selalu mengutamakan penggunaan produk dalam negeri, memberikan feedback yang positif bagi produsennya, turut mempromosikan ke pasar global atau menjadi pelaku usahanya, dan tidak mengonsumsi berlebihan.
“Kita dapat menjadi pelaku digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Kita bisa saja mengangkat ribuan produk Indonesia, ribuan budaya asli Indonesia, yang unik dan seksi, sehingga dapat disebarkan ke masyarakat global,” jelasnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan itu khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. (RO/OL-7)
Menkominfo menjelaskan pihaknya juga tengah melakukan proses pendeteksian para bandar judi online di Tanah Air.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan membuat regulasi untuk memberantas judi online yakni pembatasan transfer pulsa maksimal Rp 1 juta per hari.
Ribuan anak terjebak transaksi judol yang kemungkinan besar berasal dari situs judol yang sengaja berkamuflase menjadi game online yang dimainkan oleh anak-anak.
Pemerintah lakukan monitoring isu media sosial untuk susun strategi komunikasi publik
Indonesia masih kekurangan tenaga kerja digital sebanyak 600 ribu orang setiap tahun hingga tahun 2030.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kalsel mengungkapkan 316 desa di Kalimantan Selatan masih blank spot dan ditargetkan 2026 masalah ini dapat diselesaikan.
SAAT ini tak sedikit dari kalangan generasi Z atau Gen Z yang gemar membuat konten bertema olahraga di media sosial. Ini alasannya menurut riset.
Memiliki keterampilan menulis konten yang menarik dan informatif menjadi salah satu kebutuhan penting untuk dimiliki.
Dengan semakin ketatnya persaingan, penting bagi pengguna untuk mengetahui cara efektif meningkatkan engagement.
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mengadakan webinar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk “Asal Viral, Semua Jadi Kesal”.
WAKIL Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin mendesak pemerintah untuk lebih serius menangani masalah judi online yang kian meresahkan di Indonesia.
Mengisi waktu liburan seperti Hari Raya Idul Adha bisa dilakukan berbagai cara yang tidak perlu keluar rumah. Misalnya, anda bisa melihat konten menarik yang diunggah oleh artis-artis K-Pop
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved