Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Ilustrasi: Municipalidad de Lima
PENCAPAIAN karya puitis demi kesempurnaan, perubahan sebagai semboyan untuk konsistensi, dan penjelajah alam bawah sadar sebagai kekuatan. Tiga unsur ini sangat tepat dialamatkan kepada puisi-puisi Blanca Varela.
Adalah seorang penyair terkemuka Peru, pendamping generasi Javier Sologuren, Sebastian Salazar Bondy, dan Jorge Eduardo Eielson. Tema utama puisi-puisi Varela mengupas tentang pencarian keseimbangan antara kehidupan dan kematian.
Varela menemukan identitasnya dari kerumitan hidup dan membangun dunianya sendiri secara cermat. Ia menghadirkan bahasa puitis yang dekat dengan kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, seringkali ia mengusung tema lingkungan, perselisihan rumah tangga, dan kesepian.
Varela lahir di Lima pada 1926. Ia menulis puisi pendek dengan perspektif yang sesungguhnya melampaui kesepian eksistensial dalam kata-kata. Itu dituangkannya lewat puisi berjudul Epitafio. Varela tidak mampu menjalani beratnya keheningan sehingga bernyanyi menjadi pilihan. Berikut sebuah puisinya.
Epitafio
Esto es hoy,
algo perdido.
Brilla el césped.
Cae una hoja
y es como la señal esperada
para que vuelvas de la muerte
y cruces con resplandor
y silencio de estrella
mi memoria.
Artinya;
Epitaf
Ini hari di sini,
sesuatu hilang sudah.
Seberkas cahaya di rerumputan.
Sehelai dedaunan luruh perlahan
seperti seutas sinyal pengharapan
bagimu untuk kembali dari kematian
cahaya salib dan bintang bertaburan
merasuki ingatan-ingatan ini.
Varela menyusun puisi pertamanya pada usia 19 tahun saat belajar sastra dan pedagogi di Universidad Nacional Mayor de San Marcos. Ia hidup dalam lingkaran teman-temannya termasuk penulis muda dan perwakilan intelektual Peru.
Ada esais, penyair, dan jurnalis Sebastian Salazar Bondi, penulis dan penyair Javier Sologuren, penyair Jorge Eduardo Eielson, dan seniman Fernando de Gizhlot, yang kemudian menjadi suaminya kelak¹.
Pada 1947, setelah lulus dari universitas, Varela mulai bekerja di majalah Las Moradas di Lima. Ia juga menerbitkan puisi-puisinya di dua surat kabar lokal berbahasa Spanyol, La Prensa dan La Nacion. Pada 1949, setelah menikah dengan de Gizhlot, mereka pindah ke Paris, Prancis.
Mereka bertemu dengan pengamat sastra Octavio Paz. Kedekatan ini akhirnya membuat Paz memperkenalkan pasangan muda tersebut kepada sederet penulis ternama setempat, yaitu Andre Breton, Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, Henri Michaud, Fernand Leger, dan Alberto Giacometti.
Di Paris, Varela berkelana ke dunia kaum surealis.
Atas kritik dan saran Paz, ia pun mendapatkan energi positif dan menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya, Pelabuhan Itu Ada (Ese puerto existe, 1959). Dalam buku tersebut, Varela menyajikan pengaruh surealisme dan aliran puisi Andalusia yang diusung oleh Federico Garcia Lorca, Luis Cernuda, dan Vicente Aleisandre yang ada dalam karyanya².
Paz tidak meragukan orisinalitas karya Ese puerto existe. Ia mencatat identitas gender pahlawan liris sebagai salah satu ciri dalam puisi-puisi Varela. Setelah lima tahun tinggal di Paris, Varela dan suaminya memutuskan pindah ke Amerika Serikat.
Di ‘Negeri Paman Sam’, mereka tinggal di Florence selama satu tahun. Lalu ke Washington dan New York, yang dikaitkan dengan kegiatan artistik suaminya. Di Washington, mereka menghabiskan waktu bekerja selama dua tahun.
Varela menulis puisi dan artikel untuk majalah sastra serta menerjemahkan karya-karya penyair Eropa abad ke-19. Karya-karya di periode ini dimasukkan ke dalam buku kumpulan puisi keduanya Daylight (Luz de día). Penerbitan barulah dilakukan setahun kemudian setelah kembali ke Peru pada 1963.
Dari pernikahan Varela dan de Gizhlot, mereka memiliki dua putra bernama Vicente dan Lorenzo. Rumah mereka selalu menjadi daya tarik bagi kaum intelektual lokal. Sederet nama yang sering bertamu ialah Mario Vargas Llosa, Emilio Westfalen, Jose Maria Arguedas, dan Juan Rulfo. Kadang-kadang, juga dikunjungi Julio Cortazar dan Pablo Neruda.
Dalam suasana tersebut, Varela sangat produktif. Ia menghasilkan sejumlah buku, yaitu Waltz dan Pengakuan Palsu Lainnya (Valses y otras falsasconfiones, 1971), Nyanyian Penjahat (Canto villano, 1978), dan Materi Pelatihan (Ejercicios materiales, 1978). Setelah istirahat panjang, ia melanjutkan kepenyairannya dengan menerbitkan antologinya Buku Tanah Liat (El libro de barro, 1993).
Dalam puisi-puisi periode ini, motif keibuan Varela muncul. Hubungan dengan anak-anak menjauh. Itu terjadi saat mereka tumbuh dewasa. Pada saat yang sama, muncul pula tema ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kehidupan semu. Tumbuh sikap hina di hadapan Tuhan dan hidup berserah atas kasih karunia-Nya³.
Pada 1996, Varela mengalami duka mendalam atas kematian putra bungsunya Lorenzo dalam sebuah kecelakaan pesawat. Masa kekelaman tersebut meninggalkan jejak ‘taman api’ yang begitu menyedihkan. Puisi-puisi duka terangkum dalam buku Konser Binatang (Concierto animal, 1999).
Sebagian karya lainnya juga termaktub pada buku lanjutannya berjudul Keyboard El Faalso (El faalso teclado, 2001). Tema-tema kesuraman dan kegelapan kian menghantuinya, namun menjadikan ia lebih berbobot menulis.
Peristiwa demi peristiwa membuat karya Varela di tahun-tahun terakhir lebih kontemplatif. Tema puisi pada akhirnya mengusung keheningan. Varela meninggal pada 2009 setelah lama menderita pendarahan otak. Penyakit tersebut membuatnya tidak dapat menulis atau berbicara selama lebih dari dua tahun.
Sudah banyak pihak yang menerbitkan kembali koleksi puisi-puisi Varela, seperti Jalan Menuju Babel (Camino a Babel, 1986) dan Di Saat Semuanya Berakhir, Bukalah Sayapmu (Donde todo termina abre las alas, 2001).
Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa dan Rusia.
Atas totalitas dalam dunia perpuisian, Varela menerima sederet penghargaan bergengsi. Sebut saja, Reina Sofía Prize for Ibero-American Poetry (2007), Federico García Lorca International Poetry Prize (2006), dan Premio Octavio Paz de Poes Orosa y Ensayo (2001).
Varela pun dianggap sebagai penyair Peru paling terkemuka di abad ke-20. Ia bagian dari Angkatan 50 Peru dan banyak berkontribusi dalam zaman keemasan baru dalam perpuisian di sana. Varela tumbuh, berbuah, dan harum bersama orang-orang dalam lingkaran intelektual. (SK-1)
Bacaan rujukan:
¹ Podesta, C. Blanca Varela: poeta de la generacion del 50. Peru: Municipalidad de Lima, 2018, hlm 34, 38, 39.
² Varela, B. Selection and introductory note by Perla Schwartz and José Luis Sierra. Mexico: Universidad Nacional Autonoma de Mexico, 2012.
³ Varela, B. The Blinding Star: Selected Poems. Translated by Lisa Allen Ortiz and Sara Daniele Rivera. Flagstaff, Arizona: Tolsun Books, 2021.
Iwan Jaconiah adalah penyair, editor puisi Media Indonesia, dan penulis buku Hoi!, sebuah kumpulan puisi tentang kisah diaspora Indonesia di Rusia.
Lionel Messi menyaksikan dari bangku cadangan saat kapten kedua, Ángel Di María, memimpin Argentina meraih kemenangan 2-0 atas Peru di Copa America 2024.
Striker Inter Miami itu mengungkapkan cederanya setelah kemenangan Argentina atas Cile. Dia tetap bermain penuh selama 90 menit meski tidak dalam kondisi 100%.
Peru membela keputusannya membebaskan mantan presiden Alberto Fujimori dari penjara setelah hanya menjalani sebagian dari hukuman 25 tahun atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sebuah kejadian tragis terjadi di Gunung Vinicunca, Peru, saat sambaran petir menewaskan seorang pemandu wisata lokal dan melukai enam turis Prancis.
Singkong baru diperkenalkan ke Indonesia tahun 1850-an, dibawa dari Peru oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ditanam pertama kali di Maluku.
Presiden Peru, Dina Boluarte, memecat kepala kepolisian, Jorge Angulo, beberapa hari setelah dirinya diserang secara kasar oleh para demonstran dalam sebuah acara publik.
Claudia Sheinbaum membuat sejarah dengan menjadi presiden perempuan pertama, dan presiden pertama berdarah Yahudi, di negara mayoritas Katolik. Bagaimana pandangannya terhadap Palestina?
Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana menerima kunjungan kehormatan dari delagasi negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia di kantornya
Para pemimpin Amerika Latin akan mengadakan konferensi virtual untuk membahas serangan Ekuador terhadap kedutaan besar Meksiko di Quito untuk menangkap mantan wapres Jorge Glas.
Menurut angka resmi, jumlah pekerja imigran Latin mencakup 8,2% dari seluruh angkatan kerja di Amerika Serikat pada tahun 2020-2021.
Demonstrasi juga pecah di Cali, Medellin, Barranquilla, Bucaramanga dan kota-kota lainnya.
Versi bahasa Spanyol buku ini akan dirilis pada Rabu, sedangkan versi bahasa Inggris akan tersedia di toko buku pada 20 Maret.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved