Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Tren Transnasional

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
08/5/2019 06:50
Tren Transnasional
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta(Ilustrasi MI)

DUNIA Islam menghadapi sesuah tantangan yang amat sophisticated. Perkembangan sains dan teknologi melahirkan gelombang peradaban yang amat radikal.

Mobilitas umat yang tinggi dan pola migrasi umat Islam membawa hegemoni tersendiri di dunia Barat. Selama dua dasawarsa terakhir diperkirakan lebih dari 5 juta umat Islam melakukan eksodus besar-besaran ke negara-negara maju seperti di Eropa, AS, Australia, dan Asia Selatan.

Berbagai friksi yang melanda Timur Tengah seperti krisis politik, ekonomi, dan sosial di negeri mereka membuat kalangan masyarakat dunia Islam Timur Tengah memilih hijrah ke negara-negara tersebut.

Menurut Murad W Hofmann, mantan Direktur Informasi NATO, dalam bukunya Religion on the Rise, Islam in the Third Millennium, eksodus umat Islam besar-besaran memberikan dampak hegemoni sosial politik dunia, mengingat Islam ialah sistem ajaran yang menuntut loyalitas kepada penganutnya.

Di sini umat Islam akan diuji, mampukah bertahan bersama identitasnya di tengah perubahan sosial yang amat kompleks.

Menarik untuk dianalisis generasi baru muslim/muslimah yang lahir di AS. Apakah mereka akan lebih berat mempertahankan dirinya sebagai warga negara AS atau tetap mengedepankan entitas keislamannya?

Di AS kini lahir generasi kedua mereka yang tetap beragama Islam (the western-born and the second-generation muslim). Dari mana pun dan di mana pun komunitas Islam itu berada selalu menciptakan lingkungan sosial unik karena mereka memiliki simbol perekat (melting pot) berupa masjid, halal food, pendidikan dasar keagamaan untuk anak-anak, dan majelis taklim untuk para orang tua.

Dari satu sisi keterikatan dengan negara asal sangat kuat karena mereka tetap menjalin silaturahim dengan tokoh-tokoh keagamaan karismatik dari negerinya. Bahkan secara periodik tokoh spiritual itu didatangkan ke negeri baru ini untuk memberikan pencerahan.

Pada sisi lain, generasi kedua muslim ini dituntut oleh negeri baru untuk memberikan loyalitas penuh sebagaimana halnya warga lain yang lahir di negeri tersebut.
Secara emosional dan spiritual warga muslim tetap terikat dengan negeri asal, tetapi secara hukum ketatanegaraan se tempat mengharuskan mereka sepenuhnya loyal kepada negara baru.

Kenyataan umat Islam di negeri 'kedua' ini membayar pajaknya kepada negara di mana mereka berdomisili, tetapi zakat harta mereka dikembalikan ke negeri asal, bahkan sebagian di antara mereka masih menyerahkan hewan kurban dan kambing akikah ke negerinya. Sebagian juga masih membangun rumah di negeri asal termasuk dana yang dikumpulkan diinvestasikan ke negeri asalnya.

Kegigihan dan keuletan umat Islam bekerja di tempat lain tentu saja memberikan dampak lain di negara yang dituju. Suatu saat Wali Kota Philadephia, AS, memberanikan diri untuk memberikan pengakuan atas komunitas muslim di wilayahnya dan ternyata tidak mengundang reaksi dari kalangan mayoritas beragama Nasrani di wilayahnya.

Para imigran muslim lebih mudah menyatukan diri dengan warga setempat. Peru bahan positif warganya di bagian utara Philadelphia mengundang simpati banyak orang. Black American di bagian utara tadinya memiliki kebiasaan buruk, seperti jorok, penggemar alkohol, angka kriminal tinggi, perjudian, dan prostitusi.

Akan tetapi, setelah kebanyakan di antara mereka masuk Islam ternyata lingkungan mereka menjadi bersih, kebiasaan buruk narkoba dan alkohol berkurang, mutu sekolah mereka lebih baik daripada Philadelphia selatan yang didominasi orang kulit putih.

Umat Islam yang berada di mana-mana tidak sulit menjadi pengungsi di negara lain karena ada lembaga khusus PBB yang begitu berwibawa mengawasi mobilitas pengungsi. Sebagai pekerja ulet dan tekun, tidak sedikit populasi muslim menembus kelas menengah atas dalam perekonomian di AS dan Eropa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
  • Idul Fitri dan Keadilan Sosial

    12/4/2024 05:05

    KEADILAN sosial sebagai isu yang belakangan terkenal ialah tidak adanya ketimpangan yang sangat mencolok dalam berbagai bidang, minimal secara ekonomi.

  • Kembali Fitri Merajut Harmoni

    09/4/2024 05:05

    IDUL Fitri merupakan momen kemenangan bagi umat yang menunaikan ibadah Ramadan. Dalam ajaran Islam, secara fikih, Idul Fitri berarti kembali berbuka atau makan.

  • Ramadan dan Kalender Islam Pemersatu

    05/4/2024 05:05

    SETIAP mengakhiri puasa Ramadan, muncul pertanyaan kapan Lebaran dilaksanakan?

  • Iktikaf Politik Bangsa Indonesia

    02/4/2024 05:05

    SEKARANG ini kita memasuki malam 10 hari terakhir Ramadan. Pada masa ini, Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan agar kita memperbanyak melaksanakan ibadah dan bersedekah.

  • Sabar ketika Berjaya

    25/3/2024 05:15

    SECARA psikologis manusia memiliki sifat-sifat yang mendorongnya untuk berbuat baik atau jahat.

  • Ramadan dan Keadaban Demokrasi Kita (2)

    19/3/2024 05:05

    TURUNNYA kualitas demokrasi Indonesia tidak lepas dari rendahnya sikap saling percaya (trust) di kalangan komponen bangsa.

Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah