Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KELOMPOK sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) kembali beraksi. Kali ini, seorang warga Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menjadi korbannya, pada Minggu (19/4).
Sebelum membunuh warga yang diketahui berprofesi sebagai petani itu, Ali Kalora cs lebih dulu menculiknya di saat korban tengahberistirahat di pondok kebunnya di wilayah KM 09 Gunung Desa Kawende, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Pol Didik Supranoto mengatakan, petani yang meninggal dunia itu bernama Ambo Ajeng alias Papa Angga. Sebelum dibunuh, korban diculik oleh kelompok MIT yang saat itu diketahui berjumlah lebih dari lima orang.
"Saat menculik korban, kelompok MIT sempat membuang tembakan sebanyak tiga kali ke arah petani lainnya yang kebetulan berada tidak jauh dari pondok Papa Angga," terang Didik kepada sejumlah jurnalis di Palu, Senin, (20/4).
Menurutnya, saat membuang tembakan tersebut tidak satu pun warga yang terkena hingga warga melarikan diri ke perkampungan. Warga yang selamat berusaha menyampaikan kejadian itu kepada keluarga korban, dan sekitar pukul 16.00 WITA keluarga korban naik ke kebun dan mendapati korban sudah dalam keadaan meninggal dunia dengan luka benda
tajam di bagian leher dan bagian tubuh lainnya.
"Kami menduga belum lama menculik Papa Angga, kelompok MIT langsung
membunuhnya," ungkap Didik.
Seusai menemukan jenazah Papa Angga, pihak keluarga kemudian mengevakuasi ke rumah duka di Desa Kilo. Saat tiba di rumah duka, korban juga langsung divisum oleh tim Inafis Polres Poso bersama dokter puskesmas setempat.
Hasil visum luar terhadap korban terdapat luka gorok di leher dan diduga tebasan tidak beraturan serta leher hampir putus, luka- luka lain pada bagian tubuh korban. "Kalau dilihat dari visum itu korban sempat melakukan perlawanan karena banyak luka yang tidak beraturan. Dan pagi tadi sudah dimakamkan oleh pihak keluarga," sebut Didik.
Berdasarkan keterangan para saksi yang bersama-sama korban saat di kebun atau tempat kejadian perkara patut diduga pelaku adalah DPO MIT. Karena mereka diketahui ada yang membawa senjata api panjang dan beberapa senjata tajam.
Alasan mengapa Papa Angga dibunuh kelompok MIT, kepolisian masih mendalami motifnya. "Yang pasti dari kasus sebelum-sebelumnya, MIT membunuh warga khususnya petani karena dituduh sebagai pembantu polisi," imbuh Didik.
Kapolda Sulteng Irjen Pol Syafril Nursal mengatakan, pembunuhan yang kembali dilakukan kelompok MIT sangat kejam dan tidak manusiawi. Pasalnya, menurut Kapolda, petani yang tidak punya salah dan kerjanya hanya mengharapkan hasil kebun untuk menghidupi keluarganya di rumah dibunuh secara keji.
"Petani itu tidak salah dan petani itu bukan pembantu aparat di Poso apalagi pembantu polisi. Ini tidak bisa dibiarkan dan harus ditindak tegas," tegas Syafril dalam pernyataan tertulis yang diterima Media Indonesia.
Menurutunya, Polda tidak mau MIT sampai meresahkan masyarakat. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat tidak resah dan bersatu untuk bersama-sama melawan terorisme di bumi Kabupaten Poso.
"Silahkan berikan informasi sebanyak-banyaknya melalui jaringan media yang ada kepada Satgas agar Ali Kalora cs dapat segera ditangkap," ujar Syafril.
Sampai saat ini, tambah Kapolda, Satgas yang terdiri dari personel TNI dan Polri tengah memburu kelompok MIT di hutan dan pegunungan Desa Kawende.
Satgas menduga, para DPO masih berada di sekitar pegunungan Kawende pasca membunuh Papa Angga. "Perburuan akan terus berlangsung sampai semuanta tertangkap hidup atau pun mati," tandas Syafril.
Sebelumnya, seorang warga yang juga berprofesi sebagai petani bernama Daeng Tapo dibunuh saat berada di perkebunan Maitangi, Dusun Sipatuo, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Sebelum ditemukan tewas, Tapo dilaporkan hilang karena diduga diculik
kelompok MIT, pada Sabtu (4/4) lalu. (OL-13)
Baca Juga: Regulasi Tumpang Tindih dan Bertentangan Persulit Penegakan Hukum
Baca Juga: Jadi Zona Merah Banjarmasin Segera Terapkan PSBB
FESTIVAL Tampo Lore 2024 di Desa Hanggira. Kecamatan Lore, Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), dinilai berpotensi mendukung pembangunan ekonomi pariwisata berkelanjutan.
Lahan seluas 1.550 hektar (ha) disediakan untuk reforma agraria di Poso, Sulawesi Tengah. Adapun, total luas Hak Pengelolaan Lahan (HPL) Badan Bank Tanah di Poso sebanyak 6.648 ha.
Penata Penanggulangan Bencana BPBD Poso, Muhammad Ruum mengatakan, banjir yang terjadi pada Kamis (16/5) malam sekitar pukul 23.00 itu melanda Desa Maranda dan Trimulya
Karhutla di Poso, Sulawesi Tengah, dipastikan tidak menimbulkan korban jiwa.
Dalam sehari, pagi atau sore Asmarani pasti menengok kebun kakao miliknya yang memiliki luas 500 meter persegi.
DPW Partai NasDem, Sulawesi Tengah, melakukan penjaringan untuk mencari Bakal Calon Anggota Legislatif (Bacaleg) berkualitas di Poso.
DPW NasDem Sulsesl ajak masyarakat SIgi menangkan AHmad Ali - Abdul Karim
KEPOLISIAN Daerah (Polda) Sulawesi Tengah (Sulteng), menangkap Ibu Rumah Tangga (IRT) karena kedapatan membawa narkotika jenis sabu-sabu di Pelabuhan Taipa, Kota Palu.
Ketua DPD Perindo Palu, Andono Wibisono mengatakan, penyerahan B.1-KWK dilakukan DPP dalam forum Mukernas.
Ahmad Ali dinilai berpengalaman pimpin Sulteng
ADA dua nama calon potensial yang masuk dalam survei kedua Golkar untuk Pilkada Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Dua nama tersebut ialah Gunardi dan Faisal.
DPP PPP telah merekomendasikan pasangan Ahmad Ali (AA) dan Abdul Karim Aljufri (AKA) sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved