Anak Muda Penguat Demokrasi

09/1/2025 05:00
Anak Muda Penguat Demokrasi
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TAN Malaka pernah bilang, idealisme ialah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa tanpa anak muda, sangat mungkin politik bakal berjalan tanpa idealisme. Bila kaum muda mager alias malas bergerak, politik hari ini mungkin hanya dijadikan alat untuk melindungi kepentingan dan kekuasaan kaum tua.

Saya tidak tahu apakah ucapan Tan Malaka itu yang menginspirasi empat mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, saat mengajukan permohonan uji materi Pasal 222 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu ke Mahkamah Konstitusi. Saya juga tidak tahu apakah idealisme mereka sebagai anak tersetrum oleh kalimat itu sehingga punya kepercayaaan diri untuk menggugat ketentuan soal ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.

Tentu, saya berasumsi, Rizki Maulana Syafei, Tsalis Khoirul Fatna, Enika Maya Octavia, dan Faisal Nasirul Haq yang selama ini berkutat dengan ilmu hukum dan tata negara saat berkuliah di Fakultas Syariah dan Hukum UIN punya banyak sosok inspiratif. Pasti tidak cuma Tan Malaka. Pun, tidak cuma terinspirasi dari Sukarno, misalnya, yang juga kerap menggelorakan perlunya pemuda untuk bergerak dalam pidato-pidatonya.

Siapa atau apa pun yang menjadi inspirasi, yang pasti, dengan bekal idealisme seperti yang ditanamkan Tan Malaka dan keberanian ala Sukarno, keempat anak muda itu telah memulai pergerakan untuk meluruskan jalan demokrasi politik yang mereka nilai sudah menyimpang. Faktanya perjuangan mereka menuai hasil maksimal. Gugatan mereka akhirnya menghasilkan putusan penting dari MK yang menihilkan ambang batas pencalonan presiden.

Atas putusan tersebut, MK pantas mendapat banyak pujian dan apresiasi. MK disebut telah membuat putusan fenomenal karena sudah membuka pintu keramat demi mengembalikan muruah demokrasi di Republik ini. Disebut keramat karena sudah bertahun-tahun pintu itu tak bisa dibuka ataupun ditembus. Sedikitnya sudah ada 32 gugatan uji materi tentang presidential threshold sejak 2017 yang masuk ke MK, tapi tak satu pun yang dikabulkan alias ditolak.

Akan tetapi, kita juga tidak boleh melupakan peran empat mahasiswa UIN tersebut. Merekalah sejatinya aktor di belakang layar dari episode penghapusan presidential threshold. Tak berlebihan rasanya bila apresiasi dan pujian yang tak kalah tinggi juga mesti kita berikan kepada mereka.

Mereka berempat tidak sekadar mampu membangun dalil dan argumentasi dalam permohonan uji materi yang kuat sehingga dapat meyakinkan mayoritas hakim MK yang menyidangkan perkara tersebut, tapi sekaligus mampu menumbangkan anggapan publik bahwa anak muda era kini tak lagi memiliki idealisme dan kepedulian yang cukup.

Banyak pakar menyebut mereka telah menjadi motor dari perubahan lanskap demokrasi dan politik di Indonesia. Saya pun sangat setuju. Mereka punya andil besar dalam menciptakan sistem politik dan pemilu yang lebih inklusif, sistem politik yang memungkinkan masyarakat lebih punya banyak pilihan dalam mencari sosok pemimpin. Sistem yang lebih menempatkan rakyat sebagai subjek, bukan lagi sekadar objek.

Sesungguhnya anak-anak muda seperti inilah yang kita butuhkan di tengah gempuran budaya cuek dan apatis terhadap politik pada era digital sekarang ini. Kehadiran mereka menjadi harapan baru bahwa telah muncul kembali kesadaran dari generasi muda untuk bersikap lebih partisipatif jika ingin membenahi atau melakukan perubahan politik.

Mereka memilih tidak menghindar meskipun selama ini politik kerap dipersepsikan sebagai sesuatu yang kotor, kumuh, penuh intrik, penyelewengan, serta tipu daya. Mereka tidak menjadi apatis, apalagi apolitik sekalipun politik juga sering digambarkan sebagai tempat bersemainya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merusak negeri.

Mereka memilih untuk melawan, mendobrak ketidakberesan dunia politik dengan cara yang sungguh elegan. Kegeraman, kemuakan, dan keresahan yang mereka rasakan, mereka ekspresikan melalui jalur yang tepat. Terbukti kini bahwa pilihan mereka untuk melawan tidak salah dan sedikit banyak berhasil memulihkan kelemahan sistem politik demokrasi kita melalui kemenangan gugatan mereka di MK.

Kiranya benar yang dikatakan mantan calon presiden Anies Baswedan dalam akun X pribadinya saat mengomentari putusan MK perihal penghapusan presidential threshold. Ia secara khusus memuji kiprah empat mahasiswa UIN Yogyakarta yang memohonkan uji materi. 'Enika Maya Oktavia, Rizki Maulana Syafei, Tsalis Khoirul Fatna, dan Faisal Nasirul Haq. Mereka adalah anak muda yang memperkuat demokrasi Indonesia, bukan anak muda yang melucutinya', tulis Anies.

Betul, kita layak semakin yakin demokrasi di Indonesia masih bisa diselamatkan, bahkan diperkuat karena para penguatnya, anak-anak muda macam Enika dkk, akan terus bermunculan. Namun, ngomong-ngomong, memangnya sebelum ini ada anak muda yang melucuti demokrasi? Ah, sudahlah.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima