Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Teladan Pengorbanan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
19/6/2024 05:00
Teladan Pengorbanan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

ASAP tebal rapat mengurung

Jeritan yang panjang, rintihan yang dalam

Derak yang terbakar, dia tak diam 

Bertanya kepada-Nya, "Mesti apalagi?"

Semua tlah dikerjakan tak ada yang tertinggal

Geladak makin terbenam, harapan belum pudar

Masih ada yang ditunggu mukjizat dari-Nya

Atau bila segalanya harus selesai

Pasrah terserah kepada-Nya

Dia nampak duduk terpekur tengah berdoa

Ia hadirkan semua putranya, ia pamitan

Tanggung jawab yang ia junjung dan rasa kemanusiaan

Ia telah bersumpah selamatkan semua

Ia rela berkorban jiwa dan raga

Di tengah badai pusaran air tegak bendera

Ia tlah gugur begitu jantan, ia pahlawan

Pengorbanannya patut dikenang, jasa-jasanya pantas dicatat

Taburkanlah kembang di atas kuburnya

Berbelasungkawa bagi pahlawan.

 

Penggalan lirik lagu Sebuah Tragedi 1981 karya Ebiet G Ade itu didedikasikan oleh sang empunya lagu untuk Kapten Abdul Rivai. Kapten Rivai gugur hampir empat setengah dekade lalu. Ia nakhoda kapal Tampomas II yang tenggelam bersama 450 lebih penumpang di perairan Masalembo, Sulawesi, setelah kapal itu terbakar hebat selama lebih dari 30 jam pada 26 Januari 1981.

Sosok Kapten Abdul Rivai yang tabah dan setia hingga akhir hidupnya menjadi cerminan utuh tentang bagaimana layaknya seorang pemimpin bersikap kesatria dan rela berkorban bagi orang lain. Ia teladan sebuah pengorbanan. Ia punya kesempatan untuk selamat dengan cara 'lari dari tanggung jawab seorang nakhoda'. Akan tetapi, ia pantang melakukan itu.

Sejak awal kapal terbakar kurang lebih 30 jam, Kapten Abdul Rivai dengan tenang membagikan pelampung bagi penumpang yang takut terjun ke laut. Seperti yang dituliskan oleh jurnalis kenamaan Bondan Winarno dalam buku Neraka di Laut Jawa: Tampomas II, Kapten Abdul Rivai menolak 'lari dari tanggung jawab'.

"Sebaiknya kita turun, Kep," kata seorang awak kapal yang berada di dekatnya.

"Buat apa kita turun kalau semua penumpang belum selamat?" sahut sang Kapten.

Hingga detik-detik akhir menjelang tenggelam, Kapten Abdul Rivai masih menolong beberapa penumpang perempuan. Seusai menolong, ia melambaikan tangannya dan masuk kembali ke dalam kapal demi kembali berikhtiar menyelamatkan orang lain.

Lalu, pada 26 Januari 1981, Tampomas II yang terbakar hebat itu akhirnya tenggelam di perairan Masalembo, bersama sang nakhoda Kapten Abdul Rivai. Jasad Kapten Abdul Rivai sudah tak dikenali lagi dan sempat dimakamkan secara massal dengan korban Tampomas II lainnya. Hingga kemudian nakhoda KM Sonne yang terlibat dalam pencarian mengungkap keberadaan jasad Kapten Abdul Rivai. Identitasnya terkuak berkat tanda cincin bertuliskan 'Hasanah' yang merupakan nama istrinya.

Lalu, pada Senin siang yang mendung, jasad Kapten Abdul Rivai dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer. Namanya dipahat dengan pahatan emas sebagai teladan pengorbanan seorang pemimpin, yang akhir-akhir ini dirasakan kian langka.

Bila di Indonesia ada Kapten Abdul Rivai yang memberi pelajaran moral paling berharga dari tenggelamnya sebuah kapal, sejumlah bilioner juga memberi pelajaran serupa dari tenggelamnya kapal 'legendaris' Titanic.

Seperti yang dituliskan Hamid Basyaib di akun media sosialnya, John Jacob Astor IV, misalnya, berada di Titanic ketika kapal itu karam dan akhirnya tenggelam di Samudra Atlantik Utara (1912). Uang di rekening banknya disebut-sebut cukup untuk membangun 30 kapal supermewah itu.

Namun, ketika menghadapi ancaman kematian, John yang saat itu berusia 48 tahun memilih apa yang dianggapnya secara moral benar. Ia menyerahkan tempatnya di sekoci untuk menyelamatkan dua anak kecil yang ketakutan, yang tak dikenalnya.

Miliuner Isidor Straus, 67, pemilik Macy’s, jaringan toserba terbesar di Amerika, yang juga berada di Titanic, berkata, “Saya tidak akan pernah masuk ke dalam sekoci sebelum orang lain."

Istrinya, Ida Straus, juga menolak untuk naik ke sekoci. Ia memberikan tempatnya kepada pembantu barunya, Ellen Bird. Ia memutuskan untuk menghabiskan saat-saat terakhir hidupnya bersama sang suami.

Orang-orang superkaya ini lebih memilih untuk melepaskan kekayaan, bahkan nyawa, daripada mengorbankan prinsip moral mereka. Pilihan mereka yang mendahulukan nilai-nilai moral, kata penulis Paulyn Pickle, menunjukkan kecemerlangan peradaban manusia dan sifat manusia.

"Mereka yang berpikir, bersikap, dan bertindak sebaliknya, tentu menimbulkan dampak sebaliknya pula pada peradaban umat manusia," tulis Hamid.

Saya tersentak untuk mengumpulkan teladan pengorbanan dari peristiwa tenggelamnya kapal-kapal itu lewat jahitan tulisan di forum ini, seraya berharap siapa tahu masih bisa kita temukan teladan baru dari para pemimpin di antara 'tumpukan jerami' keusangan hal-hal baik.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.