Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ADA dua perasaan yang datang sekaligus saat saya membaca pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) ihwal pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 sebesar 5,11%. Pertama, rasa gembira. Kedua, rasa waswas.
Saya ingin memulainya dari rasa gembira terlebih dahulu. Rasa senang itu muncul karena capaian pertumbuhan 5,11% tersebut merupakan pertumbuhan kuartalan tertinggi sejak 2015. Capaian itu lumayan tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara berkapasitas ekonomi besar seperti Amerika Serikat dan Malaysia.
Kegembiraan berikutnya, sektor konsumsi pemerintah tumbuh eksponensial, yakni 19,9%. Itu merupakan pertumbuhan konsumsi pemerintah tertinggi sejak 2006 atau 18 tahun lalu. Maklum, karena di tiga bulan pertama tahun ini pemerintah menggenjot bantuan sosial kepada masyarakat.
Namun demikian, kegembiraan itu sekaligus diliputi rasa waswas. Kekhawatiran layak diapungkan karena pengelola negeri ini tidak kunjung menemukan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sumbu pertumbuhan selalu disulut sektor konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.
Hal itu berpotensi capaian pertumbuhan seperti kuartal I ini tidak kembali terulang pada kuartal II tahun ini. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11% pada periode tiga bulan pertama tahun ini utamanya didorong momen pemilihan umum (pemilu) dan Ramadan. Kedua sentimen itu mendongkrak sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah.
Dengan terdapatnya momen Ramadan pada Maret, konsumsi rumah tangga yang merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi meningkat 4,91% secara tahunan. Angka pertumbuhan itu lebih tinggi daripada pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun lalu sebesar 4,53%.
Sementara itu, gelaran Pemilu 2024, percepatan penyaluran bansos, dan pembayaran tunjangan hari raya (THR) aparatur sipil negara (ASN) mendongkrak belanja barang pemerintah sehingga konsumsi pemerintah melesat 19,90% secara tahunan. Angka itu merupakan angka pertumbuhan konsumsi pemerintah tertinggi sejak 2006.
Dengan tidak adanya lagi sentimen-sentimen tersebut pada periode mendatang, kecuali pilkada serentak dan libur akhir tahun, laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat. Apalagi, perekonomian nasional masih dihadapi fenomena suku bunga tinggi, yang bakal berimplikasi terhadap pelemahan permintaan domestik dan global.
Pelemahan permintaan global sebenarnya sudah terlihat dari sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari kinerja dagang internasional atau net export. Keuntungan bersih ekspor kita, sebagaimana disampaikan BPS, terkontraksi sekitar 0,2%.
Jadi, selama sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru tidak ditemukan atau dikreasi, perekonomian Indonesia pada sisa paruh pertama tahun ini masih akan menghadapi sejumlah tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, inflasi pangan yang tinggi imbas dari fenomena El Nino berpotensi menekan konsumsi rumah tangga.
Dari eksternal, faktor geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, juga Iran-Israel membuat rantai pasok menjadi kacau. Selain itu, kebijakan The Fed akhir-akhir ini kian 'tidak ramah' terhadap masuknya arus modal ke portofolio kita. Keluarnya aliran modal besar-besaran akhir-akhir ini ialah akibat imbal hasil di Amerika Serikat yang menggiurkan, buah kebijakan suku bunga The Fed.
Dengan semua tantangan dan kondisi seperti itu, tidak mengherankan laju pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini tidak jauh-jauh dari angka 5%-5,1%. Padahal, dalam berbagai kesempatan pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi kita pada 2024 mampu mencapai 5,2%.
Sebetulnya, sejumlah potensi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru cukup tersedia. Kita punya produk usaha mikro, kecil, dan menengah yang variatif. Hilirisasi, asal dilakukan secara adil, transparan, dan merata, juga bisa jadi peluang. Belum lagi ekonomi hijau dan digitalisasi yang belum maksimal disentuh.
Mengandalkan sektor konsumsi untuk pertumbuhan ekonomi memang tidak salah. Namun, semata mengandalkan itu bisa amat berisiko pada stagnasi pertumbuhan. Belum lagi bila daya beli terus tergerus, bisa-bisa pertumbuhan ekonomi bakal lunglai.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved