Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Rasuah Timah

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
02/4/2024 05:00
Rasuah Timah
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

BERLIMPAHNYA sumber daya alam di Indonesia tentu pada akhirnya akan habis juga. Baik itu sumber daya kebumian beserta flora dan fauna di atasnya maupun juga sumber daya kelautan dan sumber daya lainnya.

Yang tidak ada habis-habisnya di bumi Indonesia ialah kasus korupsi. Ditangkap satu koruptor, tumbuh seribu koruptor. Regenerasi koruptor terus berjalan. Pola-pola, modus, dan sandi praktik rasuah terus berkreasi untuk menyiasati aparat penegak hukum (APH).

Secanggih apa pun jurus mencoleng uang negara, di tangan APH yang berkompeten, profesional, dan independen, bukan perkara sulit untuk membongkar dan membuktikannya di meja hijau. Affirmanti non neganti incumbit probatio.

Berbeda jika kasus hukum berkelindan dengan orang dekat kekuasaan atau berada dalam lingkar kekuasaan, pergerakan APH akan melingkar-lingkar pula, berputar-putar, hanya mengulur waktu sampai media lelah memburunya karena jawaban APH selalu normatif bahwa kasusnya masih dalam proses hukum atau pendalaman.

Selain memberikan jawaban normatif, sang penegak hukum juga bilang, "Lebih baik membebaskan seribu orang yang bersalah daripada menghukum satu orang yang tidak bersalah.” Memang benar, siapa pun yang waras dan punya hati nurani sepakat dengan adagium hukum itu.

Namun, strategi mengulur waktu dari penegak hukum apabila kasus terkait dengan kekuasaan bukan perkara baru. Pada akhirnya, kasus itu lenyap dari muka bumi bukan karena dihentikan penyelidikan atau penyidikannya secara hukum, melainkan hilang dengan sendirinya tersapu oleh angin politik. Padahal, justice delay, justice denied. Keadilan yang tertunda sama halnya dengan menyangkal keadilan.

Publik terus dikejutkan dengan kasus-kasus korupsi di Tanah Air dengan potensi atau nilai kerugian negara yang fantastis alias megakorupsi. Sebelumnya, kita terkejut dengan kasus bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Dalam kasus yang terjadi pada 1997-1998, pemerintah memutuskan untuk memberikan bantuan likuiditas Bank Indonesia terhadap korporasi atau perseorangan karena badai krisis moneter melanda Indonesia. BLBI diberikan sebesar Rp147,7 triliun kepada 48 bank. Penanganan kasus BLBI yang dimulai sejak 2000 terseok-seok. Satgas Penanganan Hak Tagih Negara aset eks BLBI bak macan ompong.

Kini, publik dikejutkan kasus dugaan tindak pidana korupsi tata niaga komoditas timah wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah Tbk periode 2015-2022. Kerugian perekonomian negara atas kerusakan lingkungan dalam kasus itu mencapai Rp271,06 triliun. Kasus itu ditangani Kejaksaan Agung.

Kerugian itu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2014 tentang Kerugian Lingkungan Hidup akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup. Itu belum kerugian negara yang sekarang sedang dihitung Badan Pemeriksa Keuangan.

Kejagung menetapkan 16 tersangka. Dua tersangka terakhir ialah pesohor 'crazy rich dari PIK' Helena Lim dan suami aktris Sandra Dewi, Harvey Moeis. Dalam penggeledahan di kediaman Helena Lim, petugas Kejagung menyita Rp10 miliar.

Patgulipat bisnis pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menurut seorang kawan yang dekat elite di Babel, berjalan sudah lama. Setidaknya satu dekade. Ada 'orang-orang kuat' di belakang layar yang mengendalikan bisnis pertimahan di daerah tersebut. Mereka yang ditetapkan sebagai tersangka diduga ialah aktor-aktor lapangan, belum menyentuh aktor intelektual yang mampu bergerak di segala lini.

Melenggangnya bisnis haram timah di Babel melahirkan banyak pertanyaan, ke mana otoritas perizinan, pengawasan, dan penegakan hukum, baik level daerah maupun pusat.

Namun, tak ada kata terlambat untuk melakukan perbaikan (taubatan nasuha). Terkuaknya kasus rasuah bisnis timah menjadi momentum membongkar mafia sumber daya alam lainnya.

Sejak berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi, sektor SDA masuk skala priotas. Lembaga antirasuah itu menginisiasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia (GNP-SDA) sejak 2009 dengan menggandeng kementerian/lembaga. Namun, seiring dengan berjalan waktu, gerakan nasional itu semakin redup ditelan kasus-kasus korupsi di sektor SDA.

Pemerintah harus benar-benar hadir menjaga SDA sesuai dengan Pasal 33 yang berbunyi, 'Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat'.

Pemerintahan Joko Widodo beserta aparatur di bawahnya harus berkomitmen menjaga anugerah besar Sang Khalik itu. Aparatur pemerintah jangan 'pagar makan tanaman'. Etika pemerintahan dan etika lingkungan laksana dua sisi mata uang. Saling melengkapi dan menguatkan.

Korupsi SDA ialah korupsi masa depan Indonesia. Berbagi waktu dengan alam, kata Soe Hok Gie, kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Tabik!



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.