Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pemilu Minus Adab

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
09/2/2024 05:00
Pemilu Minus Adab
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SOAL pengalaman menghelat pemilihan umum, Republik ini boleh dibilang sudah cukup matang. Sudah belasan kali pesta demokrasi itu digelar sehingga semestinya dari edisi ke edisi menjadi lebih baik, lebih berkualitas, lebih beradab. Bukankah nenek moyang kita membuat pepatah pengalaman adalah guru terbaik?

Dalam sejarahnya, pemilu di negeri ini telah berlangsung 12 kali dengan beda situasi dan kondisi, lain suasana dan semangatnya. Di era Orde Lama, yakni Pemilu 1955, suasana demokratis kental terasa.

Hajatan elektoral pertama sejak Indonesia merdeka itu bahkan disebut sebagai pemilu paling demokratis. Sebanyak 36 partai politik, organisasi masyarakat, dan perorangan menjadi partisipan untuk memperebutkan 257 kursi DPR dan 514 kursi konstituante. Yang menarik dari Pemilu 1955 ialah tingginya kesadaran berkompetisi secara sehat. Ia berlangsung bebas, jujur, tanpa tekanan, apalagi paksaan.

Setelah cuma satu episode berjalan, pemilu sebagai perwujudan demokrasi memburuk pada zaman Orde Baru. Awalnya, sih, Pemilu 1971 masih terbilang demokratis dengan diikuti 10 partai politik dan ormas.

Setelah itu, masa kelam menjelang. Partai politik diperas hanya menjadi tiga, yakni Golkar, PDI, dan PPP. Faktanya, dari 1971 hingga 1997, pemilu tak lebih sekadar formalitas untuk mengukuhkan kekuasaan. Asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, alias luber jurdil, cuma manis di bibir. Di lapangan rakyat jauh dari kebebasan dalam menjatuhkan pilihan.

Episode pun berganti di Orde Reformasi. Di era ini, di Pemilu 1999 hingga 2019, asas luber jurdil mendapatkan tempat lebih terhormat. Memang masih ada kelemahan, tetapi daulat rakyat lebih dimuliakan. Di era reformasi pula, pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dilakukan.

Dengan segudang pengalaman itu, pemilu kali ini semestinya berlangsung lebih baik. Akan tetapi, tanda-tanda kebalikan justru amat terlihat. Ada kekhawatiran luar biasa, Pemilu 2024 justru lebih buruk, lebih tidak bermutu. Kekhawatiran dan keyakinan yang sah-sah saja karena tanda-tandanya kian terasa, semakin nyata.

Pemilu yang baik, yang beradab, pasti berlangsung menyenangkan. Di setiap pesta, termasuk pesta demokrasi tentu saja, yang ada suasana riang gembira, penuh sukacita. Sebaliknya, pemilu yang buruk, yang tidak beradab, bergulir dalam situasi mencekam, waswas, sarat dengan tebaran ketakutan. Jika itu terjadi, berarti ada yang salah dalam sistem dan demokrasi.

Sayang, kiranya memang ada yang keliru di pemilu kali ini. Pemilu dikatakan beradab jika semua tahapan dari hulu sampai hilir, dari awal hingga akhir, berlangsung di atas rel keadaban, bertopang prinsip keelokan, berfondasikan aturan.

Pemilu disebut berkualitas jika semua pihak baik peserta, penyelenggara, maupun pemerintah meninggikan etika dan mematuhi semua regulasi yang ada. Faktanya, keadaban dan etika justru direndahkan. Realitasnya, ia malah dirusak, diacak-acak, oleh mereka yang didukung penguasa.

Putusan Mahkamah Konstitusi membuat norma baru ihwal syarat usia capres-cawapres minimal 40 tahun dengan menambah kata-kata atau yang sudah berpengalaman sebagai kepala daerah ialah fakta telanjang aturan seenaknya dipermaikan, etika dimatikan. Anak kecil saja tahu, putusan itu ialah karpet merah buat Gibran, anak Presiden Jokowi untuk maju.

Tak ada yang kebetulan dalam putusan MK itu. Vonis Dewan Kehormatan MK bahwa paman Gibran, Anwar Usman, melanggar etika berat lalu diberhentikan dari jabatan Ketua MK ialah bukti sahih. Itulah cacat sejarah demokrasi negeri ini sampai kapan pun.

Pemilik akal sehat kiranya juga paham, putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu bahwa komisioner KPU melakukan pelanggaran ihwal penerimaan pendaftaran Gibran sebagai cawapres selepas putusan MK kian menebalkan kecurangan dan pelanggaran. Pencawapresan Gibran semakin pekat dengan noda perusakan etika.

Belum lagi beragam kecurangan dan pelanggaran lainnya. Personifikasi dan politisasi bansos, cawe-cawe penguasa yang semestinya pantang cawe-cawe, ketidaknetralan aparat yang seharusnya netral, dan intimidasi aparat yang selayaknya mengayomi membuat kebrutalan pemilu makin menjadi.

Wajar Wapres Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla menyebut Pemilu 2024 yang terburuk. Wajar Romo Magnis merasa ada kemungkinan masa demokrasi, masa reformasi, akan berakhir. Juga wajar para guru besar dan sivitas akademika lainnya bergerak. Saya hakulyakin mereka melawan karena tanggung jawab moral, bukan sebab elektoral, bukan lantaran partisan seperti yang dituduhkan para penikmat kekuasaan.

Ketika di Orde Baru pemilu buruk, nirkualitas, kita bisa bilang hal itu salah tapi lumrah karena terselenggara di zaman otoritarian. Namun, ketika pemilu buruk, bermutu rendah, minus adab itu terjadi di masa reformasi, di era kebebasan, sial betul kiranya bangsa ini.

Pemilu seharusnya menjadi instrumen terbaik untuk distribusi jabatan, sirkulasi kekuasaan. Kata Gus Dur, ''Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian."

Celakanya, di Pemilu 2024, ada nafsu besar, syahwat berlipat, untuk mengabadikan jabatan dan kekuasaan. Haruskah rakyat diam? Harus tegas dikatakan, tidak. Caranya? Sederhana, cerdaslah memilih di bilik suara.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.