Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
TIDAK perlu repot mencari ke mana-mana, konfirmasi bahwa politik kekuasaan di negeri ini memang cenderung dikuasai oligarki tiba-tiba datang sendiri. Selama ini isu tentang penguasaan panggung kekuasaan oleh oligarki memang terus menjadi sorotan, tapi kebanyakan percakapan yang terjadi di ranah publik masih berupa asumsi atau sebatas dugaan-dugaan.
Kini, dugaan itu mendapat konfirmasi. Pemantiknya ialah klaim yang diungkapkan pengusaha Garibaldi Thohir atau Boy Thohir bahwa para taipan penyumbang sepertiga kekuatan perekonomian nasional Indonesia siap membantu memenangkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024 dalam satu putaran.
Boy bahkan menyebut nama sejumlah grup perusahaan nasional raksasa yang siap mem-back up kemenangan Prabowo Gibran itu. Namun, kiranya tak perlu kita ungkapkan nama-nama perusahaan itu karena sebagian besar sudah memberikan klarifikasi yang pada intinya membantah klaim Boy Thohir tadi. Biarlah itu menjadi polemik di antara mereka. Kita yang tidak masuk kelompok 'sepertiga' itu tidak perlu ikut-ikutan.
Yang pasti, pernyataan itu menguatkan asumsi bahwa keberadaan sekelompok kecil dengan kekuatan besar yang memegang sekaligus mengontrol kekuasaan politik di Indonesia memang benar adanya. Itu persis seperti pengertian oligarki menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang bermakna 'pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu'.
Kalau menurut Plato, oligarki merupakan bentuk kemerosotan dari pemerintahan aristokrasi atau pemerintahan yang dipimpin kaum cerdik pandai menjadi kekuasaan yang dipimpin sekelompok kecil yang menjalankan pemerintahan demi melayani syahwat dan kepentingan golongan itu sendiri.
Memang, para oligark atau kelompok kecil itu tidak melulu berkaitan dengan mereka yang memiliki kekuatan uang alias pebisnis atau pengusaha. Selain mereka, aktor oligarki berasal dari orang-orang yang punya kekuatan secara politik, seperti elite partai politik, penegak hukum, dan birokrat.
Akan tetapi, kata Jeffry Winters, ilmuwan politik dari Universitas Northwestern, AS, kekayaan ialah kunci utama dalam oligarki. Ia menyebut ada satu hal yang akan dilakukan semua oligark secara politik, yaitu mempertahankan kekayaan atau wealth defense. Artinya, kelompok dengan kekuatan finansial memang menjadi elemen terpenting dari konsep oligarki. Boleh jadi merekalah pengendali sesungguhnya.
Tumbuh suburnya oligarki di Indonesia pun dipicu kuatnya kongsi di antara para elite oligark itu. Kongsi antara kekuatan uang dan keserakahan politik. Nah, celakanya, ketika dua kekuatan itu terus-terusan bercumbu dalam selimut oligarki, praktik kartel dan korupsi otomatis menjadi keniscayaan yang sulit dimatikan.
Di sisi lain, penciptaan kebijakan yang mencerminkan kepedulian terhadap kepentingan dan kebutuhan masyarakat banyak tak pernah menjadi perhatian utama, malah cenderung diabaikan. Dalam bangunan oligarki, rakyat hanya penonton, sebatas objek yang tidak perlu didengar suaranya, bahkan sewaktu-waktu bisa dibungkam.
Karena itu, membaca klaim dukungan Boy Thohir dkk semestinya bikin kita merinding. Jika itu benar, kita patut curiga sekaligus khawatir bahwa praktik kekuasaan oligarki yang sekian lama mendekap negeri ini bakal diteruskan di pemerintahan berikutnya bila kandidat yang mereka dukung berhasil memenangi Pemilu 2024.
Rakyat berhak merasa cemas karena konsep kekuasaan yang hanya menguntungkan segelintir kelompok elite itu nyatanya justru sedang diorkestrasi lagi untuk tetap eksis. Semakin mengkhawatirkan lagi karena saat ini oligarki seperti menemukan sohib kental mereka, yaitu politik dinasti.
Tidak terbayangkan bagaimana bobroknya demokrasi di Republik ini apabila dua antitesis prinsip demokrasi itu berkolaborasi, ditumpuk pula dengan fakta kian lunturnya etika dari sebagian elite politik saat ini.
Oleh sebab itu, jangan kita hanya merasa khawatir dan kemudian pasrah dalam dekapan oligarki. Rakyat mesti bergerak. Kendati ekosistem politik kita masih membuka celah tumbuhnya oligarki, rakyat sejatinya juga punya kekuatan untuk mencegah terjadinya monopoli kekuasaan oleh kelompok oligarki dan politik dinasti itu. Jalan konstitusionalnya ialah melalui partisipasi aktif dalam Pemilu 2024.
Pemilu kali ini, tidak bisa tidak, harus menjadi momen bagi publik untuk secara bijak dan cerdas memilih pemimpin yang betul-betul punya komitmen kuat untuk memutus, atau setidaknya menjauh dari lingkaran setan oligarki.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved