Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
POLITIK kesukarelaan kini muncul di mana-mana. Penyulutnya anak muda, yang awalnya ngeri melihat wajah politik kita. Mulanya, mereka mengira politik itu palagan orang 'dewasa'. Panggung bagi yang berkantong tebal. Politik itu penuh intrik nan jauh dari semangat kegembiraan dan spirit kolaboratif yang selama ini melekat pada diri mereka.
Maka, ketika muncul siaran langsung pertama kalinya calon presiden Anies Baswedan di Tiktok, Jumat, 29 Desember 2023, publik heboh. Anak muda menjadi paham bahwa politik atau politikus itu juga manusia yang bisa hangat, bisa jadi tempat curhat, dan nasihatnya bermanfaat.
Anies yang tampil orisinal, tidak dibuat-buat, justru membikin netizen heboh. Saat Anies terlihat kebingungan karena baru pertama kalinya berselancar di Tiktok, simpati anak muda justru muncul. Bukan cibiran atau cemoohan, justru 'tutorial' langsung diberikan tanpa bermaksud melecehkan. Etika mereka, anak muda itu, ternyata luar biasa.
Apalagi, ketika menjawab sejumlah pertanyaan para tiktokers, Anies terlihat sebagai sahabat yang memberikan nasihat tanpa menggurui. Bahkan, Anies dianggap sosok ayah yang menawarkan solusi bagi perjalanan hidup yang macet. Anies mereka nilai memberikan motivasi saat mereka suntuk, energi mereka meredup, dan kebingungan menjalani hidup.
Anies dinilai memberikan pencerahan kepada mereka, anak-anak milenial dan gen Z itu, saat mereka seperti merasa hanya menyaksikan kegelapan masa depan. Nyaris tidak ada pembicaraan politik praktis. Tidak ada kampanye atau ajakan agar mereka memilih Anies. Semua disampaikan secara santai dan menyejukkan.
Seorang netizen malah meminta izin memanggil Anies dengan sebutan ‘abah’. Anies dengan senang hati memperbolehkan. “Boleh dong, boleh sekali,” ucap Anies saat live Tiktok di akun pribadinya itu. Sebagian terharu karena mereka merasa menemukan sosok ayah yang memandu, memotivasi, kawan diskusi, hingga tempat curhat.
Wajar belaka bila live TikTok tersebut tembus lebih dari 320 ribu viewer. Kini, akun @aniesbaswedan punya lebih dari 1,4 juta pengikut. Antusiasme pun meningkat saat siarang langsung di media yang sama episode-episode berikutnya.
Sejak itu, Anies dipanggil ‘abah’ oleh para anak muda. Dalam tempo cepat, tagar #AbahNasional menjadi tren di platform Twitter (X) melalui akun netizen dengan nama @aniesbubble, yang menyebarkan potongan video Anies di TikTok. Kata bubble ini terinspirasi dari platform yang dipakai penggemar idola K-Pop. Tidak mengherankan bila sebagian menggunakan bahasa Korea, menyematkan julukan ala Korea, juga menyematkan emoji ala Korea. Semuanya orisinal, sukarela, riang gembira, jauh dari gambaran mengerikan.
Akun-akun itu semua murni inisiatif penggemar K-Pop. Tidak ada yang memobilisasi dan sama sekali tidak terkait dengan Timnas Anies-Muhaimin. Video yang diunggah di antaranya ada yang bertanya soal skripsi, kisah seorang guru murid usia dini, hingga saran soal buku apa yang mesti mereka baca. Maka, kesan politik itu angker jadi luruh. Politik itu tegang menjadi lumer.
Sejak itu, antusiasme menggulung. Partisipasi terus bersemi. Politik kesukarelaan (political voluntarism) menemukan ruang amat luas. Anak muda, dengan beragam kreativitasnya, seperti sudah mual dijejali joget-joget tanpa solusi. Mereka memang menyukai gemoy, tapi lebih suka yang memotivasi, menebarkan cinta tanpa basa-basi, kesengsem sosok yang lebih orisinal, yang sangat autentik.
Seperti bola salju, efek antusiasme itu berlanjut ke kreativitas lainnya: membuat video elektronik alias videotron untuk mengenalkan sosok Anies. Bila videotron kandidat lain kebanyakan dipasang dan didanai oleh tim kampanye, videotron Anies ini berasal dari kocek pribadi. Ketika ada pihak yang men-take down videotron di Bekasi dan Jakarta, reaksi keras pun muncul dari netizen.
Reaksi dan berita penurunan itu pun tersebar luas. Orang-orang pun menjadi tahu materi video itu tanpa harus melintasi jalan raya di Jakarta dan Bekasi. Gerakan perlawanan anak muda pun muncul di mana-mana. Mereka pun membuka donasi untuk memasang videotron di sejumlah kota. Maka, muncullah videotron Anies di Surabaya, Yogyakarta, Medan, Gorontalo, Aceh, dan di berbagai tempat lainnya.
Kini, bahkan muncul videotron tiga dimensi dalam versi bergerak. LED itu diangkut truk. Tiap hari, LED truk itu bergerak mengelilingi jalanan di Jakarta dan sekitarnya. Biayanya penuh dari saweran kocek pribadi para anak muda itu. Mereka mengikuti pepatah, 'mati satu tumbuh seribu, patah tumbuh hilang berganti'.
Dalam sebuah perbincangan hangat di Instagram, anak muda itu berjanji akan membuatkan videotron serupa untuk Muhaimin Iskandar, cawapres Anies, bila Gus Imin tampil sukses di debat cawapres kedua. Seusai debat, Gus Imin menulis kata 'videotron', di akun media sosialnya. Keesokan harinya, muncullah LED truk lengkap versi Anies dan Gus Imin.
Demokrasi sejati dibangun di atas fondasi partisipasi atau kesukarelaan, bukan mobilisasi atau keterpaksaan. Anak muda, generasi milenial dan gen Z, itu sudah mempraktikannya.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved