Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Guyon Waton

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
22/12/2023 05:00
Guyon Waton
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MANUSIA perlu humor agar saraf tidak tegang, biar otot tidak kejang. Menurut kajian psikologi, selera humor yang sehat bahkan bisa membantu seseorang menghadapi masa-masa sulit. Lelucon, kelakar, tertawa, baik pula untuk kesehatan.

Mengutip Verywell Mind, tawa merupakan tingkat paling dasar untuk melatih diafragma. Saat tertawa, seseorang menghirup lebih banyak oksigen dan merangsang paru-paru. Di kala otot rileks selama tertawa, fungsi pembuluh darah dan kesehatan jantung meningkat.

Psikolog tenar Amerika Scott Bea menyebut tertawa terbahak-bahak dapat membuat tidur lebih berkualitas dan mendukung imunitas tubuh karena memicu sel antibodi. Tak cuma untuk individu, tertawa bersama bisa pula mempererat ikatan sosial. Tertawa adalah perekat hubungan, pereda ketegangan, pengurai perselisihan.

Maka dari itu, sering-seringlah tertawa. Kerap-keraplah berkelakar. Namun, tertawa, bercanda tentu ada batasnya. Kalau suka tertawa tanpa sebab, ada baiknya lekas datang ke dokter jiwa karena bisa jadi kejiwaan Anda terganggu. Kalau bergurau kelewat batas bisa celaka.

Para elite negeri ini kiranya juga suka bercanda, gemar berkelakar. Apa pun mereka jadikan bahan lelucon, modal gurauan. Sayangnya, barang yang amat sensitif sekalipun tak luput dari guyonan yang alih-alih membuat orang tertawa.

Kelakar juga makin sering dijadikan dalih ketika elite terpeleset, membuat blunder. Calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto, misalnya. Dia memantik kontroversi ketika dalam sebuah acara internal partainya, Partai Gerindra, melontarkan ucapan yang dinilai tak pantas.

''Bagaimana perasaan Mas Prabowo? Soal etik, etik, etik. Ndhasmu etik.'' Begitu Prabowo berkata. Ndhasmu yang artinya 'kepalamu' adalah umpatan kasar di kalangan masyarakat Jawa. Dia mirip dengan matamu atau cangkemmu.

Setelah banjir kritikan dan kecaman, kubu Prabowo menguar alasan. Kata mereka, ucapan itu hanya gurauan dan tanda keakraban antara pimpinan dan kader Gerindra. Kata ndhasmu memang biasa diucapkan ketika seseorang begitu karib dengan yang lain.

Namun, tak sedikit pula yang meyakini ucapan Prabowo itu sebagai ekspresi kejengkelan, bentuk nyinyirisme, terhadap Anies Baswedan. Itu buntut dari debat pertama capres, Selasa (12/12), ketika rivalnya itu gencar mempersoalkan etika. Data dari Drone Emprit menyebut, sentimen atas ucapan Prabowo dominan negatif yakni 62%.

Kelakar lebih fatal keluar dari mulut Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN, partai pendukung dan pengusung Prabowo-Gibran. Fatal karena Zulhas membawa-bawa agama. Fatal sebab dia menjadikan ibadah wajib umat Islam sebagai candaan saat membuka Rakernas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (19/12).

"Saudara-saudara, tapi di sini kan aman. Saya keliling daerah, di sini aman, Jakarta tidak ada masalah. Yang jauh-jauh ada lo. Jadi kalau salat Magrib baca Al-Fatihah wa lad-dollin, ada yang diem sekarang. Ada, Pak, sekarang diem, banyak. Saking cintanya sama Pak Prabowo. Itu kalau tahiat akhir itu kan gini (gestur 1 telunjuk), sekarang banyak gini (gestur 2 telunjuk)," kata Zulhas.

Sami mawon dengan Pak Prabowo, Bang Zul juga memicu kontroversi. Entah kenapa, sasaran kelakar juga sama, yakni Anies. Dalam salat, di akhir bacaan Al-Fatihah, baik imam maupun makmum mengucap amin, yang dalam pentas pilpres kali ini bisa jadi dikaitkan dengan Amin, Anies-Muhaimim. Pun dengan tasyahud, kaum muslim pasti menunjuk satu jari. Kebetulan nomor urut Amin ialah 1, bukan 2 milik Prabowo-Gibran.

Banyak yang menganggap candaan itu keterlaluan. Ini sah-sah saja. Tidak sedikit yang menilai Zulhas telah melakukan penodaan agama sehingga harus diproses hukum seperti halnya penoda-penoda agama lainnya. Ini wajar-wajar saja.

Sama wajarnya pihak Bang Zul membela diri. Kata Ketua Fraksi PAN Saleh Daulay, jika video tersebut diikuti secara keseluruhan, dapat dipahami bahwa Bang Zul ingin mengajak semua pihak untuk menjaga agar pilpres tetap teduh, tertib, aman, dan damai. Tidak ada maksud untuk melecehkan agama.

Begitulah pembelaannya. Tapi, rasanya kok malah ibarat jaka sembung bawa golok, tidak nyambung, bok. Kalau ingin pilpres tetap teduh, bukankah elite seharusnya berucap yang meneduhkan? Bukan yang memanaskan?

Bercanda memang perlu. Humor memang dibutuhkan agar dunia terang, supaya pikiran tenang, hati senang, tidak tegang. Namun, guyon tidak boleh waton. Tidak boleh asal.

Novelis dan penulis Mark Twain pernah bilang, ''Lelucon orang Jerman bukanlah bahan tertawaan.'' Dalam berbagai survei, Jerman memang dinobatkan sebagai bangsa yang paling tidak lucu. Begitu pun candaan elite-elite kita, bukannya membuat kita tertawa, tapi malah sebaliknya. Garing dan berbahaya.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.