Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Wakanda No More

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
14/12/2023 05:00
Wakanda No More
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PARA penggemar Marvel Cinematic Universe pasti kenal betul dengan Wakanda. Sebuah negeri kerajaan yang digambarkan terletak di Afrika Sub-Sahara dengan dikelilingi pegunungan dan hutan lebat. Wakanda ialah kampung halaman Black Panther, satu-satunya superhero ciptaan Marvel yang berasal dari Benua Afrika dan berkulit hitam.

Meski dikesankan primitif, kehidupan di negeri ini sesungguhnya sangat maju. Wakanda dikisahkan merupakan salah satu negeri dengan teknologi paling maju di muka bumi berkat tanahnya yang menyimpan berlimpah kandungan unsur vibranium. Konon, vibranium merupakan logam terkuat di bumi.

Sejatinya, baik Black Panther, Wakanda, maupun vibranium hanyalah fiksi semata. Hanya tokoh, negara, dan logam rekaan yang diciptakan para pekerja superkreatif di semesta Marvel. Namun, karena saking populernya komik dan film Black Panther, istilah-istilah itu, terutama Wakanda, menjadi sangat akrab di telinga kebanyakan orang dan menjelma menjadi seolah-olah nyata, tak sekadar fiksi.

Fenomena itu juga melanda Indonesia. Namun, di Indonesia barangkali memang paling unik dan menarik. Entah dari mana dan kapan munculnya, Wakanda tiba-tiba kerap dipakai warga dan warganet Tanah Air sebagai pengganti kata Indonesia di unggahan-unggahan mereka yang bernada kritik terhadap kerja pemerintahan ataupun perilaku pejabat publik.

Istilah Wakanda ditengarai digunakan untuk menyamarkan objek kritikan demi menghindari jerat hukum yang mungkin saja muncul. Sebutlah contoh, kita semua tahu betapa superiornya UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang bisa dengan mudah menggigit para pengkritik melalui pasal-pasal karetnya.

Boleh jadi tak cuma UU ITE, barangkali banyak aturan lain yang bisa dipakai untuk membungkam kritik yang dilontarkan secara blak-blakan. Belum lagi ancaman intimidasi yang juga acap dilakukan oleh aparat atau kelompok pendukung penguasa. Karena itu, wajar kalau kemudian di antara kritik-kritik itu muncul kreativitas publik menyamarkan Indonesia dengan istilah Wakanda yang kebetulan memang sedang populer.

Akan tetapi, di sisi lain harus diakui itu fenomena yang meresahkan. Yang kita tahu, Indonesia masih negara yang menganut sistem demokrasi, tapi kok bisa sampai rakyatnya merasa ngeri untuk sekadar menyampaikan pendapat yang mungkin berseberangan dengan penguasa?

Kita juga tidak sedang dipimpin penguasa otoritarian, tapi kenapa warganya sampai mesti memasang self-censorship yang teramat ketat sebelum memberikan kritik? Bahkan nama negaranya sendiri harus disamarkan dengan nama negara fiktif.

Dalam konteks ideal, sistem yang demokratis semestinya mengedepankan keterbukaan, kebebasan berbicara, dan kepercayaan publik. Sebaliknya, kalau mengandalkan rasa takut masyarakat untuk menjalankan dan mengendalikan kekuasaan, itu namanya sistem otoritarianisme, hanya rezim otoriter yang melakukan itu.

Keresahan soal penggunaan istilah Wakanda, juga Konoha (ini juga diambil dari kisah fiksi, nama sebuah desa di cerita anime Naruto) itu sebetulnya sudah berulang kali disampaikan oleh calon presiden Anies Baswedan dalam beberapa kali kesempatan, bahkan sebelum masa kampanye pemilu dimulai.

Namun, gongnya terjadi pada debat capres Pemilu 2024 seri pertama, Selasa (12/12) malam lalu. Di situ, dalam pernyataan pemungkas debat, Anies kembali menyentil soal kian luruhnya kebebasan berpendapat dan rasa takut masyarakat yang semakin besar. Ia pun, lagi-lagi, menyinggung soal istilah Wakanda.

Menariknya, Anies memlesetkan gestur dan jargon Negeri Wakanda yang populer di film Blak Panther, yaitu 'Wakanda Forever'. Sambil membuat gerakan tangan menyilang di depan dada, Anies mengatakan,"Wakanda no more". Sesaat kemudian, dengan mengangkat kedua tangan dengan telunjuk mengacung, ia melanjutkan, "Indonesia forever."

Pesan yang bisa kita tangkap, publik mestinya tak perlu takut lagi untuk berbicara dan menyampaikan pendapat. Tidak perlu lagi mengganti kata Indonesia dengan kata ganti Wakanda atau Konoha atau istilah apa pun untuk tujuan menyamarkan. Sudah seharusnya demokrasi dikembalikan ke jalur yang benar, jalur yang membuka ruang seluas-luasnya partisipasi dan pendapat publik.

Sampai hari ini, satu capres sudah menjamin itu. Publik berharap jaminan yang sama juga diberikan oleh dua capres lain, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo sehingga siapa pun pemenang kontestasi Pilpres 2024 nanti dan menjadi pemimpin bangsa, kebebasan berpendapat dan berekspresi publik betul-betul dapat dijunjung tinggi.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.