Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Musim Menumpuk Janji

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
13/12/2023 05:00
Musim Menumpuk Janji
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

JANJI itu utang. Al wa'du dainun, begitu kalimat dalam bahasa Arab yang kerap disebut sebagai hadis. Sebagian menyebut itu hadis lemah, atau dhoif.

Namun, yang jelas, di Kitab Suci disebutkan bahwa janji itu harus dipenuhi. Persisnya secara teks berbunyi: 'Dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya'.

Di kalangan masyarakat religius yang menjunjung tinggi ajaran agama, mestinya ketaatan memenuhi janji tidak bisa ditawar-tawar lagi karena ia tertera di Kitab Suci. Jadi, bila tanpa sebab darurat yang bisa dimaklumi argumentasinya, janji tetaplah utang yang wajib dilunasi.

Namun, publik di negeri yang religius ini seperti sudah terbiasa disuguhi janji-janji yang gagal dipenuhi. Banyak pula kalimat sindiran atas ketidakmampuan melunasi janji itu hidup di kalangan masyarakat.

Ada yang bilang 'lidah memang tidak bertulang'. Ada pula yang bilang, 'setinggi gunung seribu janji', 'ojo ming lamis (jangan sekadar obral janji)', hingga kalimat, 'betapa banyak kata tak berjawab, janji yang tidak dilunasi'. Ada pula yang bilang 'esuk dhele, sore tempe (pagi kedelai sore tempe)' untuk menggambarkan orang yang plin-plan.

Kalimat tersebut memang sebanyak janji yang terapung dan tidak sedikit dari janji itu yang tidak sanggup dilunasi. Apalagi janji politik untuk menghadirkan keadilan, rasa aman, kemakmuran, kemudahan mendapatkan pekerjaan, perbaikan taraf hidup, dan sejenisnya yang mudah menguar, tapi sekaligus gampang menguap.

Bulan-bulan ini hingga awal Februari 2024 ialah hari menumpuk utang, yakni utang janji. Melalui kampanye, debat, hingga gimik politik menjelang Pemilu 2024 muncul tumpukan utang janji yang harusnya bisa dilunasi dalam satu periode pemilu lima tahun ke depan.

Bila janji-janji itu dibiarkan mengonggok dari waktu ke waktu, rakyat bisa kian sesak napas tertimbun oleh janji. Negeri ini akan disesaki inflasi utang janji, tapi defisit melunasi janji. Dari waktu ke waktu, kemiskinan ekstrem yang dijanjikan saat kampanye bakal hilang dari Bumi Pertiwi pada faktanya masih jadi masalah yang membelit hingga kini.

Janji menghadirkan pekerjaan seluas-luasnya, tapi yang muncul pengangguran masih ada di mana-mana. Pekerjaan formal kian susah didapat sehingga orang berduyun-duyun berebut pekerjaan informal. Bahkan, sesungguhnya sebagian mereka setengah menganggur.

Janji memangkas ketimpangan, justru yang muncul kelompok rentan yang kian menjulang. Angka kemiskinan memang turun, tapi mereka hanya setengah naik kelas. Mereka hanya sedikit beringsut ke level rentan miskin. Karena rentan, sedikit saja ada gejolak kenaikan harga kebutuhan pokok, mereka langsung turun kelas ke miskin lagi.

Di sisi bersamaan, penguasaan aset oleh kelompok yang amat sedikit masih tinggi. Berdasarkan sejumlah data terungkap hanya 1% penduduk tapi menguasai 39% aset. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

Ada janji siap menjunjung tinggi demokrasi, tapi kian bertambah orang takut berekspresi. Dalam kebebasan menyatakan pendapat ada tanda-tanda dihambat. Orang bersuara kritis malah diintimidasi. Karena takut dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, banyak warganet menyebut Indonesia sebagai negeri Konoha dan Wakanda saat mengkritik ketidakberesan di negeri ini. Alih-alih mendapatkan perlindungan, rakyat justru merasa terancam.

Biar tidak makin menimbun utang janji, para kandidat pemimpin di negeri ini mestinya ingat pada janji kemerdekaan. Setidaknya ada dua janji kemerdekaan yang mesti terus-menerus ditagih karena tidak kunjung tuntas dibereskan. Kedua janji itu ialah melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum.

Melindungi tumpah darah itu berarti menghadirkan rasa aman, melindungi kekayaan negeri ini dari para penjarah baik dari dalam maupun luar, menghadirkan keadilan dan kesetaraan. Memajukan kesejahteraan umum itu artinya membabat habis kemiskinan, menghadirkan pekerjaan, meniadakan ketimpangan.

Karena itu, lunasi janji-janji kemerdekaan. Silakan bikin janji, tapi beri tahu rakyat tentang bagaimana pelunasan janji-janji itu dilakukan. Yakinkan kami, rakyat ini, bahwa janji-janji itu memang realistis untuk dijalankan, bukan bualan.

Jangan biarkan janji menggantung seperti lagu tempo doeloe yang dipopulerkan Tuty Subardjo: 'Janjimu yang kunantikan siang malam selalu. Janjimu yang kunantikan, mungkinkah kau lupakan?'.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.