Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Janji yang Meleset

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
01/11/2023 05:00
Janji yang Meleset
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

AKHIR pekan lalu, Lembaga Penelitian Ekonomi dan Manajemen Universitas Indonesia (LPEM UI) menerbitkan 'buku putih' berisi ulasan perkembangan ekonomi kita menuju satu abad Indonesia merdeka. Intinya, lembaga itu mengingatkan bahwa mimpi mewujudkan Indonesia menjadi negara maju dan rakyatnya berpendapatan tinggi pada 2045 bisa kandas jika tidak ada terobosan radikal.

Salah satu fakta yang disodorkan LPEM UI ialah perekonomian kita yang berhenti di angka pertumbuhan 5% dalam sembilan tahun terakhir. Padahal, untuk mewujudkan mimpi menjadi negara maju, negeri ini butuh rara-rata pertumbuhan ekonomi minimal 7% per tahun. Akan lebih bagus lagi bila bisa tumbuh di atas itu.

Namun, rasa-rasanya, hanya keajaiban yang bisa membawa Indonesia tumbuh 7% tahun ini dan tahun depan. Pasalnya, kondisi global yang penuh ketidakpastian dan risiko kelesuan ekonomi dunia mengincar Indonesia. Selain itu, upaya mewujudkan titik-titik pertumbuhan baru tidak kunjung membuahkan hasil.

Dengan kondisi ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) siap-siap menelan pil pahit. Janji yang digadang-gadang saat kampanye di 2014 harus dikubur dalam-dalam. Selama sembilan tahun kepemimpinannya, ekonomi Indonesia belum juga tumbuh 7% dalam setahun penuh. Jaraknya bahkan amat jauh, rata-rata kurang 2% per tahun.

Presiden Jokowi saat kampanye Pilpres 2014 lalu berjanji menciptakan pertumbuhan ekonomi bahkan di atas 7%. Pada Agustus 2015, Jokowi kembali menegaskan bahwa ekonomi Tanah Air akan meroket setelah kuartal II-2015. Namun, apa kenyataannya? Di kuartal saat itu Indonesia ternyata hanya tumbuh 4,97% (year on year/yoy). Alih-alih melesat, target pertumbuhan justru meleset. Bahkan, ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh rata-rata 4,12% pada 2014-2015

Ekonomi Indonesia, pada masa pandemi, memang sempat melambung ke level 7,08% (yoy) pada kuartal II-2021. Namun, lonjakan pertumbuhan lebih disebabkan oleh basis perhitungan yang sangat rendah pada kuartal II-2020, yakni kontraksi sebesar 5,32% (yoy). Pertumbuhan ekonomi bahkan melenceng jauh dari yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Tercantum dalam dokumen RPJMN, ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 6% pada 2022 pada skenario optimis sementara di skenario moderat di 5,7%. Kenyataannya, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,31%. Dalam tiga tahun terakhir (2020-2022), realisasi ekonomi sangat jauh melenceng jika dibandingkan dengan skenario optimistis dan moderat pada RPJMN itu.

Salah satu faktor melesetnya pertumbuhan ekonomi dari target ialah pertumbuhan investasi yang juga jauh di bawah target. Investasi diharapkan tumbuh 6,6-7%, tetapi nyatanya hanya tumbuh di kisaran 3%. Dari sisi lapangan usaha, pemberat utama ada di sektor konstruksi. Sektor tersebut diharapkan tumbuh 6%, tetapi nyatanya hanya di 2%.

Karena target pertumbuhan meleset, target memangkas kemiskinan juga meleset. Jokowi menargetkan kemiskinan bisa dipangkas hingga tinggal 7% atau 8% pada 2019. Namun, empat tahun berlalu, angka kemiskinan masih 9,34%.

Pun target memangkas ketimpangan demi pemerataan ekonomi juga masih jauh panggang dari api. Saat awal memerintah, Jokowi menargetkan angka ketimpangan yang ditandai oleh rasio gini bakal turun, dari 0,41 pada 2014 menjadi 0,30 di 2019. Hari ini angka rasio gini masih di 0,388.

Tingkat kemiskinan dan rasio gini sulit mencapai target karena pemerintah hanya mengandalkan banjir bantuan sosial (bansos). Apalagi, bansos yang diberikan sifatnya terus-menerus dan cenderung tidak efektif. Sementara itu, langkah fundamental guna menekan kemiskinan dan ketimpangan justru minim dilakukan.

Langkah itu, misalnya, menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu meningkatkan taraf hidup dan daya beli masyarakat. Di mana-mana, kebijakan pengurangan kemiskinan dan ketimpangan seharusnya berorientasi pekerjaan, bukan melulu bansos. Kebijakan bansos berisiko membuat masyarakat mudah bergantung kepada pemerintah dan berpotensi membuat kantong negara jebol.

Benar bahwa ada lapangan kerja tercipta, tapi jumlahnya tidak signifikan untuk mengakomodasi angkatan kerja. Akibatnya, target memangkas pengangguran juga meleset. Jokowi berharap mampu menekan angka pengangguran hingga berada di 4% sampai 5% di akhir 2019. Namun, realisasinya masih jauh dari harapan. Tahun ini, atau empat tahun kemudian, tingkat pengangguran terbuka masih 5,45%. Itu belum termasuk mereka yang setengah menganggur atau tiga per empat menganggur.

Sejumlah indikator kemelesetan dari sejumlah target di atas kiranya bisa menjadi bahan utama untuk dievaluasi saat para kandidat capres beradu gagasan. Resep-resep baru yang lebih segar mesti diapungkan. Berbagai perubahan strategi mesti cepat dirumuskan karena rakyat tidak bisa terus-menerus dinina bobokkan rupa-rupa bantuan yang sifatnya jangka pendek dan tidak permanen.

Pesan ekonom Joseph Stiglitz relevan untuk selalu diingat bahwa bernegara seharusnya memberi kesejahteraan bersama (share properity) bukan semakin memperlebar kesenjangan sosial.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.