Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Dulu Jokowi Sekarang Gibran

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
27/10/2023 05:00
Dulu Jokowi Sekarang Gibran
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DALAM berpolitik, inkonsistensi rupanya bisa menurun. Itulah kiranya yang terjadi antara Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka.

Like father like son. Ungkapan dalam bahasa Inggris ini biasa digunakan untuk menggambarkan bagaimana seorang anak punya kesamaan dengan ayahnya. Kalau pepatah kita, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Namanya bapak dan anak, antara Jokowi dan Gibran punya kemiripan. Tak perlu kita mengulik kemiripan pribadi, tapi untuk urusan kepublikan penting rasanya diungkapkan. Bahwa ada keserupaan dalam hal inkonsistensi, itulah yang belakangan banyak diperbincangkan orang.

Sejak sebelum hingga setelah menjadi presiden, Jokowi tidak jarang inkonsisten. Mari sedikit kilas balik ke belakang. Dulu, di 2013 atau setahun jelang Pilpres 2014, dia berulang kali mengatakan 'tak mikir urusan capres. 'Enggak ngurus copras-capres', begitu dia menjawab acap kali ditanya wartawan.

Kata Jokowi yang ketika itu menjabat Gubernur DKI Jakarta, dia hanya memikirkan Jakarta, bukan yang lain. Dia cuma ngurusin banjir, macet, kaki lima, bukan soal survei-survei, bukan soal bagaimana kalau nanti diusung menjadi calon presiden. Namun, sejarah mencatat, Jokowi akhirnya berlaga di pilpres, menang, lalu meninggalkan kursi gubernur, menanggalkan amanah warga Jakarta yang baru dua tahun dipikul.

Lain dulu beda kemudian. Inkonsistensi juga dilakukan Jokowi saat menjabat. Dia bahkan dicap sebagai manusia yang dalam dirinya penuh kontradiksi.

Bagaimana dengan Gibran? Tidak jauh beda. Dulu, dia terang-terangan mengaku tidak tertarik menjadi politikus. "Kalau jadi pebisnis, saya tertarik. Namun, kalau politikus, tidak," katanya di Cikini, Jakarta Pusat, 11 Maret 2018.

Gibran yang kelahiran 1 Oktober 1987 memang pengusaha. Dia mendirikan katering Chili Pari, lalu jualan martabak dengan merek Markobar, makanan ringan, minuman tradisional, dll.

Namun, lidah tak bertulang. Gibran yang tadinya tidak berminat pada politik berbalik arah dan terjun ke politik praktis. Dia berkontestasi di Pilkada Surakarta 2020, menang, dan menjadi wali kota termuda sepanjang sejarah Kota Bengawan pada usia 33 tahun. Konon, Gibran bisa diusung PDIP karena Jokowi minta langsung ke Megawati.

Sejarah berulang. Apa yang dilakukan Jokowi dilakukan pula oleh Gibran. Hanya sekitar dua tahun menjadi wali kota, dia ikut berkompetisi di pilpres sebagai cawapres. Dia menjadi pendamping Prabowo Subianto.

Dalam berproses, Gibran juga serupa bapaknya. Pada sebuah kesempatan di Mei 2023, dia mengaku tidak memikirkan pilpres. Alasannya, umur belum cukup. Alasan lain, dia baru dua tahun bertugas di Surakarta. Dia bilang masih perlu banyak belajar dan menjadi cawapres merupakan tugas berat. "Fokus saya masih di sini (Surakarta). Fokus saya tidak ke sana (pilpres)," katanya di kesempatan yang lain.

Soal umur, Jokowi pun sempat mengamini. Kata dia, wacana Gibran berduet dengan Prabowo tidak logis karena usia Gibran masih muda, belum 40 tahun. Dalih lain, Gibran baru dua tahun menjadi wali kota. ''Yang logis sajalah,'' tukasnya di Gedung Sarinah Jakarta, 4 Mei 2023.

Dalam salah satu lagunya, Agnes Monica menyebut cinta kadang-kadang tak kenal logika. Ternyata, tidak cuma cinta, syahwat untuk berkuasa tak perlu logika pula. Faktanya, melalui rentetan upaya termasuk memanfaatkan lembaga nanmulia Mahkamah Konstitusi yang diketuai sang paman, yang tak logis dalam diri Gibran bisa dilogis-logiskan.

Gibran juga pernah bilang tidak mungkin keluarganya membangun dinasti. Katanya, kasihan rakyat kalau ada dinasti. Namun, itu dulu. Sekarang?

Tidak ada manusia, apalagi politikus, yang tidak pernah berubah sikap. Hadis mengumpamakan hati laksana bulu yang tertempel di pangkal pohon diembus angin sehingga terbalik. Namun, lain cerita jika perubahan itu tidak cuma sekali dua kali. Konsekuensinya akan berbeda jika inkonsistensi itu dilakukan oleh pejabat publik atau pemegang kuasa yang hendak punya kekuasaan lebih besar.

Konsistensi ialah salah satu syarat utama seorang pemimpin. Pemimpin pantang plin-plan. Tidak boleh hari ini begini, besok begitu, lusa begono. Tidak boleh janjinya ke sini, realisasinya ke sana. Ia juga tidak boleh jarkoni, bisa berujar tidak bisa nglakoni. Apakah Gibran termasuk pemimpin yang seperti itu? Silakan para pembaca menilainya.

Pada 1 September 2020, penulis Australia Ben Bland meluncurkan buku berjudul Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia. Jangan sampai dia menulis tema serupa tentang Mas Gibran.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.