Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Cemas Jatah Beras

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
07/10/2023 05:00
Cemas Jatah Beras
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

RAK-RAK khusus beras di sejumlah toko di Jakarta dan sekitarnya hampir kosong. Sejumlah toko pun membatasi konsumen hanya boleh membeli beras 10 kilogram dalam sehari. Selain langka, harga pangan mayoritas rakyat Indonesia itu pun terus membubung. Pembatasan dilakukan agar konsumen beras mendapat jatah merata.

Jangan salah, itu bukan situasi tahun 1960-an saat kelangkaan pangan melanda negeri ini. Laporan di atas ialah fakta hari ini, atau enam dekade kemudian, saat negeri yang dikenal sebagai lumbung padi ini dipukul limbung oleh kelangkaan beras dan mahalnya harga pangan pokok.

Di sejumlah ritel modern, rak-rak khusus beras premium yang biasanya penuh dengan berbagai jenis beras, saat ini hanya terlihat satu jenis beras premium. Stok beras di rak juga banyak yang mulai kosong. Petugas toko mengatakan akhir-akhir ini stok beras sedang kosong. Dia bilang sudah sekitar dua pekan beras susah didapat. Tidak ada jalan lain, penjatahan pun dilakukan.

Harga beras sudah naik lebih dari 30% dalam dua bulan terakhir, dari sekitar Rp12 ribu per kg menjadi hampir Rp15 ribu per kg. Persediaan beras di gudang-gudang Bulog terus menipis. Pada saat bersamaan, pasokan beras dalam negeri dan beras dari luar negeri juga amat minim.

Di dalam negeri, sejumlah petani gagal panen karena bencana kekeringan. Di luar negeri, sejumlah negara pemasok beras utama dunia juga menyetop atau mengurangi keran ekspor. India, salah satu pemasok beras terbesar di dunia, menyetop ekspor beras nonbasmati ke seluruh dunia demi mengamankan pasokan dalam negeri mereka. Thailand dan Vietnam mulai mengurangi pasokan juga.

Badan Pusat Statistik (BPS), saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi tahun 2023, sudah memprediksi akan terjadi defisit beras di dalam negeri. Jumlah kekurangan itu sebanyak 0,09 juta ton di September dan 0,27 juta ton pada Oktober. Mengkhawatirkan bukan? Apalagi, beras itu urusan perut, hal yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.

Produksi beras di dalam negeri diperkirakan hanya sebanyak 2,46 juta dan 2,28 juta ton. Padahal, konsumsi beras diperkirakan 2,55 juta ton per bulan. Dalam beberapa bulan ke depan hingga awal 2024, BPS memprediksi produksi beras akan memasuki level terendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Situasi ini sebenarnya bukan sesuatu yang tiba-tiba. Gejalanya sudah diwanti-wanti jauh-jauh hari, bahkan hampir setahun yang lalu. Karena itu, kata teman saya, menuding El Nino dan seretnya setok beras global sebagai kambing hitam sejatinya bentuk ngeles atas ketidakmampuan mengatasi keadaan.

Situasi mundur 60 tahun ke masa lampau ini, tukas sang teman, ialah cermin kegagalan menyiapkan perencanaan. "Jangan-jangan, memang tidak ada antisipasi dan mitigasi? Sepertinya business as usual," tandas sang teman yang kerap meneliti soal pangan rakyat ini.

Saya sepakat dengan analisis itu. Dalam pandangan saya, ada orkestrasi yang tidak mulus dari para pemangku kebijakan bidang pangan. Kondisi ini diperparah oleh data perberasan yang tidak kunjung bisa disatukan.

Bila situasi sudah terdesak, yang ada justru anjuran-anjuran aneh dari pejabat ihwal pentingnya diversifikasi pangan, mendesakkan substitusi pangan. Rakyat yang menuntut pemerintah menyediakan beras dalam jumlah cukup dan dengan harga terjangkau, eh, malah dijawab dengan anjuran mengganti konsumsi beras dengan jagung, ketela, ubi, sagu, sukun, sorgum, kentang, talas alias keladi, dan lain sebagainya.

"Makanan-makanan tersebut sehat dan mengandung karbohidrat yang baik untuk kesehatan. Masyarakat di area perkotaan pun telah banyak yang beralih pada makanan nonberas untuk menghindari gula yang berlebihan," Mendagri Tito Karnavian menyarankan.

Tidak semua pernyataan Tito keliru, tetapi menyarankan mengganti beras dengan sukun saat rakyat betul-betul membutuhkan beras saat ini seperti petugas apotek memberi obat panu kepada pasien yang butuh obat sakit kepala.

Saya menjadi ingat ceramah KH Zainuddin MZ yang pernah mengkritik pejabat yang sering menjawab kebutuhan masyarakat dengan anjuran-anjuran aneh. Kata 'Dai Sejuta Umat' itu, "Saat harga cabe mahal, rakyat disuruh nanam cabe. Ketika harga beras mahal, rakyat diminta nanam padi. Nanti bila harga telur mahal, masa iya rakyat dianjurkan bertelur?"

Rakyat sedang risau. Kondisi saat ini, walau tidak sama persis, hampir mirip dengan situasi di tahun '60-an. Semoga saja, respons negara tidak mereplikasi suasana 60 tahun lalu.

Saat itu, di tengah kepiluan rakyat akibat kelangkaan pangan, di Istana, suasana tetap gembira ria. Bung Karno masih suka mendendangkan lagu Mari Bersuka Ria yang dinyanyikan dengan musik irama Lenso bersama penyanyi top saat itu, yakni Bing Slamet, Nien Lesmana, dan Rita Zahara:

'Ayo Bergembira.

Siapa bilang bapak dari Blitar

Bapak kita dari Prambanan

Siapa bilang rakyat kita lapar

Indonesa banyak makanan

Mari bergembira… bergembira bersama...'.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.