Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Sendirian Melawan Kekeringan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
04/10/2023 05:00
Sendirian Melawan Kekeringan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MARI kita tunggu datangnya hujan

Duduk bersanding di pelataran

sambil menjaga mendung di langit

agar tak ingkar, agar tak pergi lagi

Kau dengar ada jeritan

ilalang yang terbakar dan musnah

Usah menangis

simpan di langit

Jadikan mendung

segera luruh jatuh ke bumi

Basahi ladang kita yang butuh minum

basahi sawah kita yang kekeringan

basahi jiwa kita yang putus asa

Kemarau ini begitu mencekam

Saya tulis lagi petikan lirik lagu Doa Sepasang Petani Muda karya Ebiet G Ade tersebut untuk kali kedua di forum ini. Bukan untuk mengajak Anda melow, tapi siapa tahu dengan mengingat pesan dalam lagu itu, Anda tergerak untuk menengok kanan-kiri Anda, lalu beraksi meringankan mereka yang tengah merana. Hingga kini sudah lebih dari sejuta petani dan penduduk desa di berbagai Tanah Air, amat merindukan kucuran air dari langit.

Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti bahwa puncak musim kering tahun ini akan terjadi pada Agustus dan September. Namun, pekan ini, saat bulan Oktober sudah tiba, kekeringan masih terjadi di banyak tempat.

Peringatan itu ternyata masih saja jauh kalah riuh bila dibandingkan dengan saling intip bakal calon wakil presiden di koalisi capres Prabowo ataupun koalisi Ganjar Pranowo pada Pemilu 2024. Padahal, peringatan dini itu amat serius. Bahkan, faktanya, di alam nyata, dampak kekeringan itu terbukti amat sangat serius.

Bencana yang bertambah parah karena menguatnya intensitas El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) itu sedikitnya telah membuat merana lebih dari 166 ribu jiwa akibat krisis air bersih hingga akhir September 2023 lalu. Itu baru yang terdata. Di lapangan, angkanya bisa 5, bahkan 10 kali lipat.

Dalam dua bulan terakhir, warga yang terdampak kekeringan di Tanah Air semakin banyak. Data informasi bencana mingguan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan dampak meluasnya kekeringan di Tanah Air. Laporan sejak Senin, 25 September hingga awal pekan ini menyebutkan, kekeringan melanda beberapa wilayah di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Bahkan, di beberapa tempat di Sumatra Selatan, Riau, Kepri, dan Kalimantan, kekeringan mulai membuat warga terpaksa menutupi dengan masker karena polusi meningkat.

Kementerian Pertanian juga memprediksi El Nino berpotensi menyebabkan 870 ribu hektare lahan pertanian kekeringan. Adapun pada tahun normal, hanya 200 ribu hektare lahan kekeringan. Itu berarti meningkat empat kali lipat. Selain kekeringan, El Nino juga berpotensi menyebabkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, hingga peningkatan intensitas serangan hama dan penyakit tanaman.

Namun, saya belum melihat upaya ekstra dari pemangku kepentingan di sejumlah tempat untuk mengatasi bencana ini. Ada sejumlah langkah sudah dilakukan, tetapi selalu saja menggunakan pola serupa dari waktu ke waktu: sporadis, instan, tidak terstruktur, dan tidak sistematis.

Kita mengapresiasi langkah sejumlah partai politik di sejumlah tempat yang giat mengirim air bersih ke beberapa titik warga yang terdampak. Namun, bila melihat luasnya skala kekeringan, jelas mengandalkan langkah seperti itu tidak cukup.

Berulang kali di berbagai forum diteriakkan agar negara menyiapkan langkah mitigasi yang lebih matang dan tersistematisasi. Nyatanya, teriakan itu masih membentur dinding-dinding tebal kedap suara. Negara, baik itu di level pusat maupun daerah, misalnya, belum banyak tergerak untuk menyiapkan politik anggaran bencana kekeringan.

Anggaran mitigasi dan penanggulangan bencana saja hingga kini belum menunjukkan tingkat kesepadanan dengan posisi negeri ini sebagai wilayah berisiko tinggi terhadap bencana. Pendanaan mitigasi bencana, dari waktu ke waktu, tidak sampai 1% dari APBN atau APBD. Usulan wakil rakyat agar anggaran mitigasi bencana dialokasikan 2% dari APBN dan APBD, kini hanya sayup-sayup terdengar, begitu bencana covid-19 berakhir.

Kita patut iri pada Jepang, negara dengan risiko bencana serupa dengan Indonesia. Di Negeri Sakura itu, politik anggaran lebih kentara keberpihakannya. Didedikasikan setidaknya 5% dari total APBN atau APBD Jepang untuk dana mitigasi bencana tiap tahun. Bahkan, nilainya bisa naik ketika ada kejadian bencana.

Padahal, di forum-forum dunia, Indonesia termasuk yang lantang mengingatkan bahaya perubahan iklim, termasuk bencana kekeringan. Dunia diingatkan bakal membutuhkan investasi setidaknya US$6 miliar per tahun untuk biaya pengelolaan risiko bencana. Teriakan lantang di forum global tersebut mestinya juga tecermin dalam tindakan di dalam negeri.

Jangan sampai rakyat dari waktu ke waktu terus menghadapi perkara yang sama dengan intensitas yang lebih tinggi, dibiarkan 'bertarung' sendirian melawan bencana. Di sejumlah tempat memang mulai muncul mendung. Namun, mendung tidak berarti hujan, bukan?



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.