Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KATA banyak orang, Pemilu 2024 milik anak muda. Selain semakin banyak yang menjadi kontestan dalam kontestasi, anak muda mendominasi kuantitas pemilih. Mereka ialah kekuatan yang menentukan.
Anak muda begitu dominan tecermin pada daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 yang telah diumumkan KPU yang berisi 204.807.222 orang. Mayoritas dari kelompok generasi Z dan milenial.
Generasi milenial ialah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994. Jumlah pemilih dari generasi itu 66.822.389, atau 33,60%. Generasi Z merujuk pada orang yang lahir pada 1995 sampai 2000-an. Pemilih dari kelompok itu 46.800.161, atau 22,85% dari total DPT.
Jika diakumulasikan, pemilih dari generasi milenial dan generasi Z lebih dari 113 juta orang, atau mencakup 56,45% dari keseluruhan pemilih.
Itu soal pemilih. Pemain dari anak muda juga banyak. Untuk bakal calon penghuni Senayan yang ditetapkan KPU, misalnya. Meski masih didominasi umur di atas 40 tahun yang mencapai 6.661 orang, atau 67% dari total 9.925 caleg sementara, usia 21-30 tahun cukup banyak. Jumlahnya 1.507 orang. Sementara itu, bakal caleg berusia 31-40 tahun sebanyak 1.757.
Anak-anak muda mewarnai pula persaingan rumpun eksekutif. Tidak sedikit yang telah memenangi pilkada dan kiranya akan semakin banyak yang tampil di pilkada tahun depan. Anak muda bahkan sedang diperjuangkan untuk bisa menduduki kursi orang nomor dua di Republik ini. Ketentuan soal batas minimal usia cawapres diuji materi dari 40 tahun menjadi 35 tahun.
Kata para bijak, anak muda ialah agen perubahan. Mereka pemilik masa depan untuk menggantikan pengampu masa lalu, yang dewasa, yang tua-tua. Karena itu, patut kiranya kita berharap agar anak-anak muda tak lagi sekadar menjadi penonton dalam kompetisi penentuan arah negeri. Jadi, kalau anak muda kian tertarik politik, bolehlah kita sambut baik.
Namun, yang dibutuhkan bangsa ini bukan anak muda yang asal muda. Yang kita perlukan ialah anak-anak muda yang memang punya kapasitas, bukan besar karena fasilitas. Yang kita harap ialah anak muda yang benar-benar hebat, bukan besar karena kerabat.
Itulah persoalannya. Sulit untuk dimungkiri, banyak politikus muda ujug-ujug, makbedunduk. Karier politik mereka melesat cepat karena orangtua atau mertua mereka seorang pejabat. Mereka menjadi caleg, mendapat nomor urut bagus dari daerah pemilihan lumbung suara pula, karena orangtua, mertua, encang, teteh, pakde, bude, om, tante mereka petinggi partai. Menguatnya dinasti politik, itulah yang tengah menjadi sorotan dalam daftar caleg kali ini.
Salahkah? Tidak. Patutkah? Tidak juga. Namun, bukankah kepatutan, fatsun, etika, atau apalah namanya dalam politik kita memang bukan sesuatu yang penting?
Fenomena politikus muda tak hanya terjadi di Indonesia. Di mancanegara, hal serupa juga menggejala. Bedanya, pemimpin muda di luar negeri umumnya besar karena kehebatan diri sendiri. Bukan lantaran nama besar orangtua atau mertua, bukan karena berdarah biru.
Kita ingat Emmanuel Macron dari Prancis, Justin Trudeau (Kanada), Sebastian Kurz (Austria), atau Sophie Wilmes (Belgia). Terakhir ada Sanna Marin yang menjadi pemimpin Finlandia pada 2019 dalam usia 34 tahun sekaligus menjadi perdana menteri termuda di dunia.
Marin kiranya mewakili politikus atau pemimpin muda yang ideal. Dia orang biasa, tidak kaya, juga bukan trah penguasa. Orangtuanya berpisah sejak dia masih kecil. Dia tinggal di apartemen sewaan dan sempat bekerja di toko roti ketika berusia 15 tahun. Setelah lulus kuliah, dia menjadi kasir hingga sempat diejek sebagai 'gadis pelayan toko'.
Marin mengawali karier politik pada usia 27 tahun dengan menjadi wali kota di kota asalnya, Tampere. Pada 2015, dia bergabung dengan parlemen hingga akhirnya menjadi perdana menteri setelah ditunjuk partainya, Partai Sosial Demokrat, menggantikan PM Rinne yang mundur karena mosi tidak percaya.
Marin telah membuktikan kepada dunia bahwa orang muda dari kalangan biasa juga bisa menjadi pemimpin. “Secara global citra seorang pemimpin masih sangat maskulin dan hanya sedikit pengambil keputusan dari generasi muda,” ungkapnya suatu saat.
Terlalu naif kiranya kalau saya menyebut semua politikus muda di Republik ini matang karbitan, eksis karena kekerabatan. Ada pula yang matang pohon, merangkak dari bawah, ditempa tantangan dan pengalaman. Politikus muda seperti itulah yang dibutuhkan jika ingin Pemilu 2014 betul-betul menjadi milik anak muda. Sama dengan orasi Bung Karno dulu yang menginginkan pemuda yang benar-benar mampu mengguncang dunia.
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved