Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Menyudahi Soal-soal

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
16/8/2023 05:00
Menyudahi Soal-soal
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KETIKA usia kemerdekaan baru tiga tahun, Bung Karno, Sang Proklamator, sudah mengingatkan bahwa kemerdekaan bukanlah akhir segalanya. Kemerdekaan justru merupakan permulaan yang membangkitkan tantangan sekaligus menuntut jawaban.

Dalam pidatonya yang diberi judul <i>'Seluruh Nusantara Berjiwa Republik'<p> pada 17 Agustus 1948, Bung Karno mengingatkan, "Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah membangunkan soal-soal; tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidakmerdekaanlah yang tidak memberi jalan untuk memecahkan soal-soal. Rumah kita dikepung, rumah kita hendak dihancurkan. Bersatulah! Bhinneka Tunggal Ika. Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula!"

Kemerdekaan menuntut banyak hal, yang hanya bisa dipenuhi oleh jiwa merdeka. Tapi, di sinilah letak paradoks Indonesia masa kini. Di satu sisi, ledakan kebebasan membangkitkan harapan rakyat akan kehidupan yang lebih baik, lebih adil, lebih sejahtera. Tapi kenyataannya, sebagian janji meraih kebaikan, keadilan, dan kesejahteraan itu bergerak seperti siput.

Masih banyak janji kemerdekaan yang belum tuntas dan lunas. Sebagian janji memang sudah dilunasi. Tapi, sebagian janji lainnya dirasakan jalan di tempat, bahkan mungkin putar arah dan mundur. Ada beberapa jalan yang melenceng, tapi belum kembali ke arah yang benar walau sudah berulang diteriakkan.

Kita sudah membangun ribuan kilometer jalan tol. Kita juga sudah punya bandar udara baru di beberapa tempat. Kita bahkan sudah punya rupa-rupa kereta, dari kereta ringan hingga, sebentar lagi, kereta cepat. Pokoknya, infrastruktur yang membanggakan, yang menginterkoneksikan wilayah sudah ada, walaupun sebagian dibangun dari uang utang dan sebagian ada kontribusi keringat warga manca.

Tapi, masih ada janji yang belum tuntas. Tidak mengherankan bila masih banyak yang menagih, misalnya, walau sudah 78 tahun merdeka, nyatanya masih ada warga yang belum menikmati listrik. Meski sudah tujuh dasa warsa plus sewindu kemerdekaan diproklamasikan, masih ada lebih dari 25 juta rakyat miskin. Lebih dari 5 juta di antaranya bahkan sangat-sangat miskin.

Jelas belaka bahwa merdeka bukan hanya menggulung kolonialisme. Kalau hanya itu, kemerdekaan sama dengan menyudahi soal-soal. Kemerdekaan berarti memberi kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itulah soal-soal baru, yang solusinya mesti dipecahkan oleh para pengisi kemerdekaan.

Urusan keadilan sosial, misalnya, masih menemui jalan terjal hingga saat ini. Keadilan yang bermakna kegiatan menyusun aturan hingga sampai pengimplementasiannya di masyarakat belum merata. Masih benjol sana benjol sini. Ada sejumlah aturan yang disusun mengabaikan prinsip keadilan bahkan sejak dalam perencanaan.

Keadilan sosial memang kerap diucapkan. Teramat sering, malah. Namun, banyak pihak yang tidak menerapkan dalam kehidupan. Padahal, semua pihak banyak menuai manfaat usai Indonesia merdeka. Tapi, rakyat bertanya, apa timbal balik yang dilakukan semua pihak atas manfaat yang didapat itu.

Ketika keadilan sosial diterapkan, mestinya tidak ada lagi ketimpangan. Setidak-tidaknya, jurang ketimpangan yang menganga terus terpangkas. Tapi, perwujudan keadilan dan kesejahteraan untuk semua, nyatanya, masih jauh panggang dari api. Secara ekonomi, teramat lama negeri ini berada dalam suasana ketimpangan menengah.

Rasio gini kita seperti mandek di angka 0,39 hingga 0,38. Masih jauh dari kata 'terpangkasnya jarak senjang antara si kaya dan si miskin'. Situasi itu tidak banyak berbeda jika dibandingkan dengan kondisi 42 tahun lalu, saat raja dangdut Rhoma Irama memekikkan narasi, 'yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin'. Bahkan, tingkat kedalaman ketimpangan era kini lebih parah ketimbang era Orde Baru.

Kini, yang kaya terus bisa belanja, sebaliknya yang miskin harus makin prihatin. Kondisi itu mengindikasikan bahwa masih ada ketidakadilan ekonomi yang dicirikan oleh masih tingginya ketimpangan pendapatan masyarakat daripada era sebelumnya. Tren penguasaan aset serta akses terhadap sumber daya ekonomi tidak banyak berubah dan ada indikasi dikuasai oleh sekelompok kecil pelaku ekonomi.

Kemerdekaan akan makin bermakna bila janji-janji kemerdekaan bisa dilunasi dengan memangkas ketimpangan melalui serangkaian kebijakan yang adil untuk semua sejak dari niat hingga aksi. Kemerdekaan akan berarti bila aset-aset diredistribusi. Kemerdekaan mestinya jadi jalan memecahkan soal-soal, termasuk meniadakan kemiskinan yang masih melekat pada seperempat juta orang.

Pidato Bung Karno pada 17 Agustus tahun 1950 kiranya relevan untuk kita gemakan: 'Janganlah mengira kita semua sudahlah cukup berjasa dengan turunnya Si Tiga-Warna. Selama masih ada ratap-tangis di gubuk-gubuk, belumlah pekerjaan kita selesai. Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat'. Dirgahayu Indonesiaku.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.