Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Paradoksal Negeri Religius

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
04/8/2023 05:00
Paradoksal Negeri Religius
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KETIKA menghadiri acara Zikir dan Doa Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (1/8), Presiden Jokowi mengucap syukur karena Indonesia merupakan negara paling religius di dunia. Dia bilang, tingginya religiusitas ialah modal bagi bangsa untuk mengarungi kehidupan yang sarat terpaan badai dan topan.

Pak Jokowi menyebut, berdasarkan survei internasional yang pernah dia baca, 96% masyarakat Indonesia percaya kepada Tuhan. ''Angka ini ialah tertinggi di dunia. Alhamdulillah tertinggi di dunia,'' begitu katanya.

Pak Jokowi benar. Sejumlah survei menunjukkan bahwa Indonesia memang menjadi salah satu negara paling religius, paling percaya pada ajaran agama. Yang disebutkan Pak Presiden itu ialah sigi Pew Research Center bertajuk The Global God Divide yang menghasilkan 96% responden kita menganggap seseorang mesti beriman kepada Tuhan untuk dapat bermoral, lalu 98% menganggap agama penting dalam hidup mereka.

Majalah CEOWORLD dan Global Business Policy Institute juga pernah melakukan survei untuk mengukur tingkat religiusitas di 148 negara. Hasilnya, Indonesia masuk 10 besar, tapi bukan yang paling religius. Kita berada di posisi tujuh dengan skor 98,7. Posisi puncak ditempati Somalia dengan nilai 99,8, disusul Nigeria (99,7), Bangladesh (99,5), Etiopia (99,3), Yaman (99,1), dan Malawi (99).

Hasil jajak pendapat yang dihelat Statista Global Consumer Survey mirip-mirip. Indonesia masuk jajaran negara yang tingkat religiusitasnya 80-99%. Peringkat pertama di daftar ini ialah Peru. Ada pula empat negara Asia Tenggara lainnya, yakni Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.

Yang agak berbeda ialah hasil survei oleh US News terhadap 17.000 warga dari negara pada 2022. Di survei ini, Arab Saudi bercokol di posisi teratas mengungguli Israel, sedangkan Indonesia tak masuk 10 besar.

Percaya kepada Tuhan ialah kompas, penuntun hidup. Ia ialah padom, penunjuk arah, sehingga dengan bersandar padanya kita tak akan tersesat. Kalau punya kompas, jika memiliki padom, bisalah kita tenang hati. Pertanyaannya, apakah tinggi-rendahnya tingkat religiusitas berbanding lurus dengan maju-mundurnya sebuah bangsa?

Sayangnya, hasil survei justru berkebalikan. Negara-negara maju pada umumnya malah tak masuk jajaran bangsa religius. Siapa yang meragukan majunya peradaban Kanada, Finlandia, Swedia, Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, Australia, atau Korea Selatan? Namun, soal religiusitas, tingkatan mereka hanya 40-59%. Siapa yang menyangsikan kehebatan Tiongkok dan Jepang? Asal tahu saja, tingkat religiusitas kedua negara cuma 20-39%.

Jika begitu, buat apa orang percaya agama? Tunggu dulu. Semua agama mengajarkan kebaikan, mendorong kemajuan, meninggikan peradaban. Semua agama melarang manusia berbuat keburukan, menebar kerusakan. Jadi, kalau korelasi dengan fakta tak linear, yang salah pasti bukan agama, tetapi orangnya.

Agama mengharamkan yang haram-haram, tapi banyak orang termasuk di negeri ini pilih-pilih mana yang haram. Mereka setengah mati menolak makanan haram, tetapi getol mencari uang dengan cara yang haram. Maka, tak mengherankan jika di negara-negara religius, termasuk negeri ini, korupsi merajalela.

Agama mengajarkan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Namun, di negara-negara religius, kemauan dan semangat untuk hidup bersih tetap saja langka. Masih banyak lagi paradoks antara ajaran agama dan perbuatan masyarakat di negeri religius. Agama mengajarkan ini orang melakukan itu. Agama menuntun ke sini, mereka maunya ke sana.

Beda jauh dengan negara-negara yang tingkat religiusitasnya rendah. Di sini, di negeri semacam inilah yang sesungguhnya mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Barangkali petikan puisi Ketika Agama Kehilangan Tuhan yang pernah beredar luas ini bisa menjadi perenungan kenapa negara-negara religius malah tertinggal dari mereka yang kurang religius: Dulu agama menghancurkan berhala. Kini agama jadi berhala, Tak kenal Tuhannya, yang penting agamanya.

Dulu orang berhenti membunuh karena agama. Sekarang orang saling membunuh karena agama.

Dulu orang saling mengasihi karena beragama. Kini orang saling membenci karena beragama.

Agama tak pernah berubah ajarannya dari dulu. Tuhan pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya? Manusianya.

Dulu orang belajar agama sebagai modal untuk mempelajari ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja....

 

 



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.