Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Utang dan Negara Gagal

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
29/7/2023 05:00
Utang dan Negara Gagal
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APAKAH Indonesia termasuk negara gagal versi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) seperti yang kini sangat ramai diperdebatkan di media sosial? Jawabannya: tergantung dari sudut mana kita memandang. Tapi, jika pertanyaannya diganti menjadi: apakah Indonesia bisa menjadi negara gagal sebagaimana disampaikan oleh PBB? Jawabannya amat benderang: bisa.

Perdebatan soal apakah Indonesia masuk sebagai salah satu negara gagal versi PBB ramai di media sosial beberapa hari terakhir. Pemicunya ialah tweet yang diunggah Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan (@AnthonyBudiawan).

Ia mengatakan bahwa negara yang membayar bunga pinjaman lebih besar daripada anggaran kesehatan atau pendidikan masuk kategori negara gagal sistemik.

Faktanya, bunga utang yang mesti dibayar oleh pemerintah masih di bawah anggaran pendidikan, tapi di atas anggaran kesehatan. Justinus Prastowo, Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani di Bidang Komunikasi Strategis, menegaskan Indonesia masuk kategori negara berpendapatan menengah versi Bank Dunia.

Justinus memaparkan fakta total anggaran pendidikan dan kesehatan dalam APBN 2022 yang mencapai Rp649 triliun, atau 168% dari total belanja bunga utang Rp386 triliun. Tapi, itu anggaran gabungan. Bila kita pilah satu per satu, akan terlihat bahwa apa yang dikritisi oleh Anthony Budiawan tidak sepenuhnya meleset.

Pada APBN tahun lalu, total anggaran pendidikan Rp472,6 triliun. Itu lebih besar daripada anggaran untuk membayar bunga utang yang Rp386 triliun. Tapi, bila perbandingannya ialah anggaran kesehatan, kritik Anthony benar. Total anggaran kesehatan di APBN 2022 ialah Rp176,7 triliun, atau kurang dari separuh biaya untuk membayar bunga utang.

Anthony boleh jadi benar karena menggunakan kata 'atau' di antara kata 'pendidikan kesehatan'. Berbeda dengan Justinus yang menggunakan kata 'dan' di tengah-tengah kata 'pendidikan kesehatan'. Anthony memilih salah satu, sedangkan Justinus menggabungkan keduanya.

Asal mula perbincangan soal 'negara gagal' diungkapkan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres. Ia menyebut separuh dunia tenggelam dalam bencana pembangunan yang dipicu krisis utang. Bahkan, PBB mengeklaim sekitar 3,3 miliar orang hidup di negara yang terlilit utang. Negara tersebut lebih banyak menghabiskan anggaran mereka untuk membayar bunga utang ketimbang untuk pendidikan atau kesehatan.

Dari situlah mulai muncul narasi bahwa jangan-jangan Indonesia termasuk salah satu negara yang tenggelam dalam bencana pembangunan itu. Apalagi, Sekjen PBB menggunakan kata 'atau' di tengah kata 'pendidikan kesehatan'. Guterres memberikan peringatan tersebut terutama untuk negara miskin, seperti Afrika, yang memiliki tingkat bunga utang paling tinggi, yakni 11,6%.

Guterres memang tidak menunjuk 'hidung' Indonesia secara langsung. Tapi, saya termasuk yang yakin bahwa peringatan Sekjen PBB itu amat mungkin melanda Indonesia bila kehati-hatian dalam mengelola utang mengendur. Rasio utang terhadap produk domestik bruto yang berada di angka 38%, meski masih dalam batas yang diperkenankan undang-undang, mesti segera diwaspadai.

Apalagi, potensi angka utang Indonesia masih akan membesar. Itu karena neraca APBN masih defisit. Juga, pagu rasio utang terhadap PDB masih terbuka bagi negara untuk menambah utang. Padahal, kita tidak tahu sampai kapan ketidakpastian global akan berlangsung.

Baik kiranya kita simak kembali analisis peneliti penting Daron Acemoglu (Institut Teknologi Massachusetts) dan James A Robinson (Universitas Harvard), yang mereka tuliskan dalam buku Mengapa Negara Gagal?. Menurut mereka, kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh desain institusi politik dan ekonominya.

Suatu negara dapat terus berjalan dan mencapai kemakmuran bila dikelola dengan sistem yang tepat, bukan tergantung orang. Meskipun negara kaya sumber daya alam dan ditopang iklim yang mendukung (seperti Indonesia), bisa saja menjadi negara gagal bila tidak dijalankan dengan sistem yang tepat.

Kedua akademisi itu memisahkan institusi politik dan ekonomi ke dalam dua bentuk: inklusif dan ekstraktif. Institusi politik ekonomi inklusif bersandar pada kebijakan yang tidak hanya menguntungkan kaum elite, tapi juga memberi kemakmuran kepada rakyat. Sebaliknya, institusi ekstraktif terjadi ketika sumber daya hanya dikuasai segelintir orang (oligarki) yang didukung kekuatan politik dan kekuasaan.

Dalam sistem kebijakan politik ekonomi inklusiflah pengelolaan utang mesti disandarkan agar negeri ini terhindar dari jerat utang yang mendatangkan petaka pembangunan. Jadi, beri ruang partisipasi publik untuk bicara utang, termasuk kritik pedas sekalipun. Pemerintah enggak perlu terus-menerus menangkis, apalagi nyolot, saat ada yang mengkritisi soal utang.



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.