Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Gelar yang Memabukkan

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
13/6/2023 05:00
Gelar yang Memabukkan
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEBINGUNGAN melanda ratusan mahasiswa dari 23 perguruan tinggi yang kampusnya ditutup Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek). Ke-23 kampus tersebut sebagian besar tersebar di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sisanya terbagi di sejumlah wilayah di Tanah Air.

Mereka kebingungan bagaimana menyelesaikan studi. Uang sudah banyak masuk ke kampus, sementara izin operasional kampus dicabut oleh pemerintah. Namun, pemerintah tidak tinggal diam. Pemerintah akan membantu pindah ke PTS lain asalkan ada bukti hasil belajar yang bisa diakui oleh PTS baru.

Kemendikbud-Ristek tidak mengumumkan nama-nama PTS yang ditutup karena khawatir akan merusak citra mahasiswa dan lulusan PTS tersebut. PTS-PTS yang ditutup itu terbukti melakukan berbagai pelanggaran serius, seperti menjual ijazah tanpa proses belajar mengajar yang memadai, hingga menyalahgunakan program kartu Indonesia pintar (KIP) kuliah.

Alasan lainnya penutupan ialah perguruan tinggi tersebut tidak memenuhi standar nasional pelaksanaan pendidikan tinggi, antara lain dalam hal penerapan kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian. 

Selain itu, penutupan terjadi karena konflik internal di perguruan tinggi. Konflik mencuat antara pengelola PTS dengan keluarga atau pendiri kampus tersebut sehingga mengganggu penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi yang bersangkutan.

Secara moralitas yang paling parah ialah kampus yang melakukan bisnis jual-beli ijazah, penyimpangan KIP kuliah, dan tidak melaksanakan praktik belajar mengajar sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Mereka memilih PTS tersebut hanya berburu ijazah secara mudah dan bisa mendapatkan gelar meskipun gelarnya pun abal-abal. Fenomena jalan pintas untuk mendapatkan ijazah/gelar merupakan cerminan masyarakat. Sebagian masyarakat kita masih menganggap bahwa gelar yang berjejer di belakang nama dianggap keren. Sebaliknya, jika tidak ada gelarnya, dianggap tidak keren. Lihat saja, baliho-baliho bakal calon anggota legislatif yang marak di Tanah Air menjelang Pemilu 2024 sebagian besar diembel-embeli gelar meskipun tetangga atau rekannya si bacaleg tidak mengetahui juga di mana orang yang mereka kenal itu berkuliah. Tiba-tiba simsalabim menggunakan ‘gelar’.

Kasus ijazah palsu setiap pemilu selalu mencuat. Tak sedikit di antaranya sang caleg terpilih menjadi wakil rakyat. Hal ini tentu saja membuat miris karena untuk mendapatkan singgasana terhormat, caleg harus membeli ijazah atau mengikuti proses pendidikan yang tidak semestinya di sebuah PTS. Dari mereka tak bisa diharapkan lagi bisa memegang amanah dari yang memilihnya karena mereka sudah melakukan perbuatan tercela. Persyaratan utama integritas sudah gugur, belum lagi kapasitas sebagai anggota dewan.

Bayangkan saja fungsi anggota Dewan yang mentereng berada di tangan orang-orang yang melakukan praktik lancung untuk mendapatkan ijazah/gelar. Fungsi dewan (DPR, DPRD provinsi, dan kabupaten/kota), yakni legislasi (membuat undang-undang), budgeting (menyusun anggaran), dan pengawasan kepada pemerintah sebagai pelaksana undang-undang.

Untuk mengatasi fenomena penyakit masyarakat di atas, ijazah palsu/gelar abal-abal, diperlukan dua hal, yakni secara kultural dan legal. Secara kultural, tokoh-tokoh masyarakat, baik formal ataupun informal perlu mengajarkan kepada masyarakat bahwa penghargaan terhadap seseorang bukan karena ijazah/gelarnya, tetapi karena karyanya atau bermanfaat untuk masyarakat. Selanjutnya, secara legal perlu efek jera kepada pelakunya, baik yang mengeluarkan ijazah bodong atau penerima ijazah/gelar tersebut.

Dalam konteks pemilu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) harus mendorong penegakan hukum yang tegas dan konsisten untuk para pelaku ijazah palsu.

Sejumlah kasus ijazah palsu dalam pemilu dijatuhkan sanksi ringan. Padahal, aturan hukum cukup keras mengganjarnya.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur larangan penggunaan ijazah dan gelar akademik palsu.

"Setiap orang yang memalsukan atau membuat palsu ijazah atau sertifikat kompetensi dan dokumen yang menyertainya dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau pidana denda paling banyak kategori V," bunyi Pasal 272 ayat (1) KUHP.

Terkait PTS abal-abal, Kemendikbud-Ristek jangan ragu untuk memberikan sanksi yang lebih keras kepada penyelenggara pendidikannya. Tidak cukup dengan penutupan PTS karena para pelaku sudah merusak dunia pendidikan nasional. Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, sanksinya 10 tahun penjara dan denda Rp1 miliar.

Merebaknya PTS abal-abal karena pengawasan dari pemerintah lemah. Bagaimana bisa PTS dengan status ‘terdengar’ bisa berdiri kukuh bertahun-tahun sehingga banyak mahasiswa yang terjebak di dalamnya. Selain banyak calon mahasiswa yang tak cermat memilih PTS, banyak juga di antara mereka memilih PTS yang ‘gampangan’ alias bisa diatur untuk mendapatkan ijazah dan gelar akademik jadi-jadian.

Pendidikan formal bukan segalanya. Apalagi, sekadar berburu gelar akademik. Pendidikan, kata John Dewey, bukan persiapan untuk hidup. "Pendidikan ialah hidup itu sendiri," ujarnya. Tabik!



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.