Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kerja Menunggu Viral

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
04/5/2023 05:00
Kerja Menunggu Viral
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI era kini, media sosial sejatinya tidak hanya menjadi platform untuk menampilkan eksistensi seseorang. Dulu, ketika awal-awal media sosial baru saja booming, mungkin masih begitu, tujuan orang bermedia sosial sebatas untuk memampangkan siapa dirinya, aktivitas apa yang sedang dilakukan, atau dengan siapa saja ia bergaul.

Namun, laiknya habitat tempat ia hidup, yakni dunia digital yang terus berkembang, fungsi media sosial pun ikut bertransformasi. Kini, ia tak sekadar menjadi platform untuk pamer diri, walaupun praktik ini sampai kapan pun tampaknya bakal terus ada. Belakangan media sosial juga telah berkembang menjadi semacam watchdog, anjing penjaga.

Beberapa platform media sosial saat ini bahkan sangat efektif sebagai sarana untuk menyampaikan sinisme dan kritik, dari kritik sosial hingga kritik terhadap penguasa alias pemerintah. Mulai dari sinisme remeh, yang (sayangnya) kadang masih dibumbui ujaran kebencian, sampai kritikan yang betul-betul serius yang disertai dengan data-data penunjang.

Harus diakui, sebagai watchdog, semakin ke sini media sosial semakin dipandang. Kian ditakuti. Gonggongannya mungkin sudah hampir sama kerasnya dengan gonggongan pers ketika mengkritik sebuah kebijakan. Dalam beberapa hal tertentu, postingan kritik di media sosial bahkan lebih didengar dan lebih cepat direspons.

Coba perhatikan saja, begitu objek sasaran kritikan sudah viral di platform media sosial, siap-siap saja si pelaku atau pemangku kepentingan atas objek kritikan itu 'dirujak' netizen alias warganet. 'Dirujak' adalah istilah yang kerap digunakan para komentator di dunia maya untuk menggantikan kata di-bully. Setelah habis-habisan dirujak di dunia maya, mereka 'dihabisi' lagi di dunia nyata.

Contohnya banyak. Ramai-ramai soal flexing yang kemudian membuka tabir kelakuan tak peka sosial sejumlah pejabat di pusat sampai daerah, itu juga diawali dari viralnya postingan di platform Twitter. Mereka, para pelaku flexing (atau keluarganya) awalnya hanya menjadi bulan-bulanan di media sosial. Tetapi, atas desakan warganet juga, pihak berwenang kemudian turun tangan. Mereka pun harus menjadi pesakitan di dunia menghadapi pemeriksaan pengawas internal instansi, polisi, bahkan KPK.

Contoh lain misalnya kasus penganiayaan di Medan yang melibatkan anak seorang perwira polisi sebagai pelaku. Peristiwa yang terjadi Desember 2022 itu sepertinya tidak bakal diusut kalau tidak ada yang menguak video penganiayaan itu ke media sosial. Setelah viral di Twitter, barulah polisi menangkap Aditya Hasibuan dan menjadikannya tersangka. Ayah pelaku, AKB Achiruddin Hasibuan, yang diketahui ikut menyaksikan penganiayaan, belakangan juga dipecat dari kepolisian dan ikut dijadikan tersangka.

Dua contoh tadi sedikit banyak memperlihatkan kekuatan dan pengaruh media sosial yang begitu besar saat ini. Banyak fakta dan kasus yang masih terpendam (atau memang sengaja dikubur dalam-dalam) akhirnya mendapat perhatian setelah diviralkan di platform media sosial. Ada sisi bagusnya, tapi ada pula sisi buruknya karena pada saat yang sama ini juga membuktikan nihilnya pengawasan. Seolah-olah menjadi sebuah tren: viral dulu baru ditangani.

Yang terjadi di Lampung pun hampir sama. Setelah seorang Tiktoker asal Lampung mengkritik kinerja Pemerintah Provinsi Lampung, terutama terkait banyaknya infrastruktur jalan yang rusak parah di platform Tiktok, Gubernur Lampung dan sejumlah bupati di provinsi itu menjadi sasaran rujakan di media sosial karena respons yang mereka berikan justru membikin marah warganet. Alih-alih langsung memperbaiki, malah mengancam orangtua si pengkritik.

Pada akhirnya, program perbaikan jalan di Lampung memang dilakukan. Terlebih, Presiden Joko Widodo, yang mungkin juga mengikuti isu yang viral tentang jalanan Lampung, mendadak ingin berkunjung ke sana. Maka, dikebutlah perbaikan jalan-jalan rusak itu. Namun, lagi-lagi, sesungguhnya itu memperlihatkan sebuah pola kerja yang memprihatinkan.

Masa mesti viral dulu baru diperbaiki? Masa harus menunggu dirujak warganet dulu baru sigap bekerja? Ada ungkapan dalam bahasa Jawa, ngono yo ngono, ning ojo ngono. Responsif terhadap kritik yang disampaikan di media sosial itu bagus. Gerak sigap menyelesaikan poin-poin kritikan yang viral di media sosial, itu juga diperlukan.

Namun, itu bukan berarti pemerintah atau penegak hukum bisa seenaknya mengabaikan pengawasan dan evaluasi terhadap diri sendiri, bukan? Apa perlu tukar tempat dengan warganet?



Berita Lainnya
  • Kaya sebelum Tua

    01/8/2024 05:00

    JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.

  • Kisah kian Resah Kelas Menengah

    31/7/2024 05:00

    ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.

  • Tambang Berkemajuan

    30/7/2024 05:00

    DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.

  • Pensiunan Agung

    29/7/2024 05:00

    “APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.

  • Resah Gongahwah

    27/7/2024 05:00

    SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.

  • Jangan Panggil Dia Profesor

    26/7/2024 05:00

    WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.  

  • Antara Miskin dan Bahagia

    25/7/2024 05:00

    SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta

  • Horor Guru Honor

    24/7/2024 05:00

    SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran

  • Welcome Kamala Harris

    23/7/2024 05:00

    Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.

  • Lucu-Lucu Mobil Dinas

    22/7/2024 05:00

    HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.

  • Ma’ Olle Salamet Tengka Salana

    20/7/2024 05:00

    ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu

  • Menyoal Rencana Asuransi Mobil Motor

    19/7/2024 05:00

    TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya

  • Kamar Reyot Senator

    18/7/2024 05:00

    DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.

  • Jiwa Besar

    17/7/2024 05:00

    BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.

  • Kemerdekaan Hakim Eman

    16/7/2024 05:00

    Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).

  • Dokter di Balik Harga Obat Mahal

    15/7/2024 05:00

    INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.