Sihir Desa

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
25/4/2023 05:00
Sihir Desa
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KEHIDUPAN di desa tiba-tiba hiruk pikuk. Sejumlah mobil dan sepeda motor berpelat B masuk ke desa. Para pemudik sudah tiba di kampung halaman. Wajah mereka semringah, bisa menginjakkan kaki di kampung setelah melalui perjalanan panjang nan melelahkan dari Ibu Kota Jakarta. Mereka bertekad ingin melaksanakan salat Idul Fitri di masjid atau lapangan kampung seperti saat masa kecil bersama orangtua tercinta.

Presiden Jokowi mengatakan jumlah pemudik Lebaran 2023 adalah yang tertinggi dalam sejarah. Pada arus mudik tahun ini terjadi peningkatan jumlah pemudik sebanyak 45%, dari 86 juta menjadi 123 juta orang. Jumlah pemudik meningkat antara lain karena pemerintah memberikan kelonggaran dengan mencabut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di akhir 2022. Artinya, pandemi covid-19 sudah landai dan Indonesia bersiap menuju endemi.

Mudik yang merupakan ritual tahunan sebenarnya merupakan modal sosial untuk memperkuat kohesi masyarakat kota dan desa. Kendati arus modernitas melintasi zaman dari masa ke masa, pun gaya hidup warga perkotaan yang tinggi, tetap saja kerinduan terhadap kampung halaman tak pernah pudar. Tak mengherankan bila dengan berbagai cara pemudik berusaha keras pulang kampung saat Lebaran. Mereka bekerja banting tulang mengumpulkan uang sebagai modal untuk mudik. Gambaran suram nan melelahkan sekaligus menjengkelkan karena terjebak macet berjam-jam tidak menyurutkan tekad untuk mudik.

Fenomena mudik adalah khas Indonesia. Di dalamnya terkandung kearifan lokal yang patut dibanggakan, seperti silaturahim di antara sesama keluarga, pun dengan tetangga dan warga lain di desa. Dalam sebuah acara halalbihalal yang di dalamnya dihadiri oleh pemudik dari Jakarta, biasanya disampaikan berbagai persoalan dalam keluarga, seperti bad news atau good news. Tak segan pimpinan di desa itu menyampaikan kebutuhan bantuan dana kepada para pemudik untuk pembangunan masjid, musala, madrasah, jembatan, sarana olahraga, dan fasilitas publik lainnya.

Mudik juga membuktikan bahwa kaum urban atau warga yang tinggal di kota mengamalkan ungkapan ‘kacang tidak lupa akan kulitnya’. Jiwa mereka tetap terkoneksi dengan kampung halaman.

Meskipun demikian, semangat mudik harus direvitalisasi. Pemudik harus memberikan kontribusi demi kemajuan desa. Tidak bersifat bantuan dana, melainkan kemampuan soft skill untuk para pemuda di desa. Mereka harus diberikan pelatihan menjadi pemuda desa yang mandiri. Misalnya, pelatihan keterampilan membuat berbagai bisnis, oleh-oleh kampung, wisata desa, hingga pemasaran digital (digital marketing). Proses transfer knowledge dari pemudik ke warga desa memberikan sumbangsih untuk ketahanan desa, di mana warga bisa berkarya dan menghidupi diri sendiri, keluarga, dan lingkungannya.

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) di desa sangat tepat dilakukan. Pembangunan pariwisata dilakukan tidak sekadar mengumpulkan uang tiket masuk. Ekosistem kepariwisataan pun harus dibangun sehingga memiliki multiplier effect secara ekonomi bagi masyarakat. Menurut definisi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.

Kementerian yang dipimpin oleh Sandiaga Uno itu menyiapkan tujuh desa di Indonesia untuk menjadi contoh keberhasilan dari konsep sustainable tourism. Salah satunya wisata di Desa Pujon Kidul, 30 km dari pusat Kota Malang. Lokasinya berada di dataran tinggi sehingga memiliki lingkungan sejuk dan keasrian alam yang memesona. Beberapa atraksi wisata yang dilakukan di destinasi yang dikelola anak muda ini ialah menanam sayuran, memetik sayuran, hingga memerah susu sapi. Menariknya, ada pula Kafe Sawah yang dikelola Badan Usaha Milik Desa Pujon Kidul di Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pariwisata berkelanjutan tidak boleh sekadar jargon pembangunan. Jika sekadar jargon, pembangunannya pun sekadar proyek. Setelah diresmikan oleh pejabat, tak berapa lama kemudian bubar jalan.

Karena itu, konsep pariwisata tersebut harus memiliki diferensiasi, apa kelebihan desa itu yang tak dimiliki desa lainnya. Misalnya, apakah keunikan budaya dan tradisi masyarakat desa tersebut memberikan magnit untuk pengembangan pariwisata. Termasuk pula soal manajemen pengelolaan pariwisata yang baik. Pengelolaan harus berdasarkan prinsip good governance (akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi).

Pembangunan desa menjadi perhatian pemerintah setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Alokasi dana desa pada 2015 sebesar Rp20,77 triliun, dan pada 2021 menjadi Rp72 triliun, atau meningkat 3,5 kali lipat. Total dana desa sampai 2022 mencapai Rp468,9 triliun. Kendati begitu, aliran dana yang besar ke desa masih belum bisa membendung laju anak muda mencari peruntungan ke kota. Dana desa gagal membuat ‘gula-gula’ di kampung untuk menahan laju urbanisasi. Sedihnya lagi, di balik besarnya arus dana desa, sejumlah kasus korupsi mengemuka. Belum lagi politisasi perangkat desa menjelang Pemilu 2024. Membangun desa memerlukan mental pejuang, bukan pemburu proyek sehingga menilap dana desa. Indonesia harus diperkuat dari desa. Tabik!



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima