Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DALAM suatu kesempatan bertemu dengan pejabat kepolisian, sang pimpinan menyatakan tekad untuk melakukan reformasi birokrasi, di antaranya meniadakan pungutan liar, baik dalam pembuatan SIM/STNK, di jalan raya, maupun di berbagai pelayanan masyarakat. Menurutnya, sekitar tiga atau empat bulan masa jabatannya dia telah memberangus praktik pungli. Dia meminta masyarakat untuk melaporkan setiap pungli yang dialaminya melalui berbagai saluran telepon yang disediakannya secara terbuka. Bisa pula informasi pungli tersebut disampaikan melalui media sosial milik lembaganya.
Yang menarik, dia mengaku kesulitan memberantas pungli karena masyarakat seringkali tidak mau menyampaikan bukti-bukti pungli yang dilakukan aparaturnya. “Hanya omongan kita sulit untuk menindaklanjutinya,” ujarnya. Bagi saya, aneh pernyataan pimpinan kepolisian seperti itu, bukankah kepolisian memiliki keahlian, peralatan, dan strategi untuk membongkar misteri kejahatan sesulit apa pun. “Apalagi cuma pungli, tinggal investigasi, menyamar, dan tangkap pelakunya,” ujar saya menimpali.
Di kesempatan lain saya bertemu dengan pejabat sebuah instansi, sama dan sebangun keluhannya dengan pejabat kepolisian bahwa sang bos sulit mengeyahkan pungli yang dilakukan bawahannya. “Saya perlu laporan autentik dari masyarakat untuk menghilangkan pungli. Jangan sampai jadi fitnah,” ujarnya sembari meminta masyarakat jangan membiasakan ‘salam tempel’ kepada aparatnya. Baik di instansi kepolisian maupun sipil yang dipimpin mereka, saya melihat tulisannya ‘menolak pungli’.
Dua model kepemimpinan di atas mungkin mewakili sebagian besar birokrasi di Republik ini, yakni menerima laporan, tidak proaktif, safety player, minim gagasan/inovasi, dan pimpinan yang biasa bermain di wilayah comfort zone. Karakteristik kepemimpinan seperti yang mengakibatkan birokrasi tidak berubah dalam melayani masyarakat. Seorang kawan jurnalis senior yang pernah malang melintang di dunia kepolisian dan pemerintahan membisiki bahwa model kepemimpinan seperti itu boleh jadi karena dirinya bagian yang harus direformasi, bukan hanya birokrasinya. “Patut diduga mereka promosi jabatan karena fulus atau gengnya sedang berkuasa sehingga mereka melakukan jurus aji mumpung,” ujarnya.
Karakter kepemimpinan di atas sangat berbahaya bagi organisasi atau lembaga. Pasalnya, mereka akan menciptakan patologi birokrasi. Terminologi ‘patologi’ semula memang hanya milik dunia kedokteran, yakni ilmu yang mempelajari penyakit dan proses terjadinya suatu penyakit. Istilah patologi berasal dari bahasa Yunani, yakni pathos yang artinya ‘emosi, menderita’, atau ‘gairah’, sedangkan logi artinya ilmu. Patologi ialah cabang ilmu kedokteran yang sangat penting untuk mendiagnosis penyakit. Patologi terdiri atas patologi klinik, anatomi, dan umum.
Namun, belakangan para ilmu administrasi publik juga menggunakan istilah patologi birokrasi yang menjelaskan berbagai penyakit birokrasi, seperti Gerald E Caiden (1991) dan Bary Bozeman (2000) dari Amerika Sserikat serta Sondang P Siagian (19940 dari Indonesia. Patologi birokrasi mengungkapkan berbagai praktik penyimpangan birokrasi, seperti birokrasi yang bertele-tele, birokrasi tambun, pemborosan, ABS (asal bapak senang), dan sebagainya. Pelesetan, “Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah.” Birokrasi yang mempersulit ini tujuannya UUD (ujung-ujung duit).
Revolusi industri 4.0 yang menyasar birokrasi juga tak juga bisa menghilangkan birokrasi. Meskipun sistem pelayanan via online alias tak bertemu muka, sistem yang berbasiskan teknologi masih bisa diakali. Prinsip man behind the gun berlaku di sini. Artinya, perbaikan sistem dengan revolusi mental sumber daya manusianya harus seiring sejalan, segendang sepenarian. Inovasi pelayanan dengan berbasiskan teknologi jangan sekadar selebrasi, ekspos media besar-besaran demi menangguk pencitraan, tetapi faktanya jauh panggang dari api. Pelayanan masyarakat tetap terpinggirkan dan korupsi jalan terus.
Sejumlah aturan memayungi reformasi birokrasi di Tanah Air, yakni Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan beberapa Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sejumlah aturan tersebut bertujuan agar birokrasi dilaksanakan berdasarkan prinsip good governance (akuntabilitas, transparansi, dan partisipatif). Terdapat tiga sasaran reformasi birokrasi, yakni birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang kapabel, dan pelayanan publik yang prima.
Birokrasi yang buruk dalam melayani masyarakat memberikan kontribusi terpuruknya Skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia, dari 38 pada 2021 menjadi 34 di 2022. Hasil ini juga membuat peringkat Indonesia turun dari posisi 96 menjadi 110. Di kawasam Asia Tenggara, Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain. Skor IPK Indonesia anjlok hingga empat poin ini merupakan terburuk 1995 atau sebelum reformasi.
Dalam iklim budaya yang masih paternalistik, diperlukan kepemimpinan yang tangguh, inovatif, risk taker, dan menginspirasi untuk mengakselerasi kinerja birokrasi. Birokrasi yang ideal, kata Max Weber, bapak teori organisasi dari Jerman, ialah birokrasi yang memberikan kepastian dalam pembagian kerjanya, hierarki yang jelas, kontrak jabatan, kualifikasi profesionalitas, pengendalian, dan pengawasan.
Semua fungsi organisasi harus berjalan secara rasional, tidak ada like and dislike, apalagi geng-gengan seperti sinyalemen Komisi Pemberantasan Korupsi di Kementerian Keuangan. Sinyalemen geng-gengan ini mencuat pascaterungkapnya transaksi jumbo dari rekening Rafael Alun Trisambodo, mantan pejabat eselon III di Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu yang tengah diperiksa KPK. Tabik!
JUDUL di atas ialah ungkapan harapan. Meski demikian, sejauh ini yang terjadi justru memperlihatkan tanda-tanda sebaliknya.
ULISAN ini merupakan episode ke sekian yang membahas kelas menengah. Saya bilang ke sekian karena saya belum sempat menghitungnya kembali.
DALAM Kongres Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1922, pendiri persyarikatan KH Ahmad Dahlan menyampaikan pidato yang menggetarkan berjudul Tali Pengikat Hidup.
“APALAH arti sebuah nama,” kata pujangga Inggris William Shakespeare. Akan tetapi, dalam sistem ketatanegaraan negeri ini, nama punya arti. Perubahan nama justru memantik kontroversi.
SEJUMLAH teman, beberapa tahun lalu, mengidentifikasikan diri sebagai kelas menengah. Puncak kelas menengah, malah.
WHAT'S in a name? Apalah arti sebuah nama? Begitu William Shakespeare bilang. Apalah arti sebuah gelar? Begitu kira-kira Fathul Wahid berujar.
SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta
SUATU kali, kolumnis beken Mahbub Djunaidi amat risau dengan banyaknya penghalusan bahasa yang tidak hanya digunakan para pejabat, tapi juga dipakai wartawan di sejumlah koran
Perempuan pertama yang menjadi wapres dalam sejarah AS itu memiliki rekam jejak yang kinclong.
HEBOH soal mobil dinas sudah menjadi tabiat lima tahunan KPU. Mobil dinas menjadi sorotan dan rebutan sejak KPU dibentuk pertama kali.
ADA sebuah pantun unik berbahasa Madura yang menggambarkan persatuan. Disebut unik karena meskipun berbahasa Madura, pantun itu tidak ditemukan di 'Pulau Garam' itu
TEMAN saya yang satu ini kembali uring-uringan. Ia kesal, marah, geram setelah membaca sebuah artikel lewat telepon pintarnya
DEWAN Perwakilan Daerah (DPD), bersama otonomi daerah, sejatinya merupakan anak kandung reformasi. Keduanya amat krusial bagi upaya pemerataan pembangunan nasional.
BUNG Karno kerap menyebut bahwa kita ialah bangsa besar. Indonesia bangsa besar karena didirikan manusia-manusia berjiwa besar.
Hakim Eman diketahui rajin menyampaikan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN).
INDUSTRI farmasi tumbuh subur, tetapi harga obat selangit. Argumentasi usang terkait dengan harga yang mahal ialah 95% bahan baku obat masih impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved