Kekuasaan Membuat Bodoh

Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
22/10/2021 05:00
Kekuasaan Membuat Bodoh
Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APAKAH Anda terganggu dengan pernyataan itu? Semoga tidak, terutama menimbang panjangnya daftar bupati ditangkap KPK.

Bodoh memiliki sejumlah makna. Bodoh tak lekas mengerti. Bodoh tak mudah tahu. Bodoh tak dapat (mengerjakan).

Menggunakan makna yang terakhir, kekuasaan membuat bodoh bila dengan kekuasaan itu orang tak dapat mengerjakan amanah.

Masih menurut kamus, ‘membodohkan’ berarti membiarkan bodoh, menganggap bodoh, juga berarti ‘menipu’, ‘mengakali’. Demikianlah kekuasaan membuat orang bodoh bila orang menggunakan kekuasaan untuk menipu atau mengakali rakyat.

Kebodohan yang jarang disadari ialah di dalam berkuasa orang berubah. Diri yang berkuasa ialah diri yang berbeda dari diri sebelum berkuasa. Perubahan itu dipandang sebagai kewajaran bahkan keniscayaan, ‘bahwa aku bukan lagi aku yang kemarin’. Padahal, rakyat yang memilihnya masih tetap rakyat yang ‘kemarin’: nasibnya, hidupnya, tak berubah.

Aku yang ‘baru’ itu memerlukan pengakuan yang juga baru. Semakin besar pengakuan yang diperlukan, didambakan, semakin besar pula perlakuan superioritas kekuasaan terhadap inferioritas yang dikuasai. Yang terjadi ialah penaklukan.

Berkuasa berpotensi mengandung rasa tak aman. Kian besar rasa tak aman di dalam kekuasaan yang terjadi bukan lagi dorongan untuk menaklukkan, melainkan dorongan untuk melumpuhkan. Kiranya itulah sebabnya dulu seorang raja memelihara orang-orang kasim di sekitar dirinya. Orang-orang yang telah dikebiri itu kehilangan kemampuan untuk tak bersetia. Raja merasa aman di kelilingi orang-orang yang telah ‘terlucuti’.

Yang cenderung tidak disadari kekuasaan ialah ketidakmampuan menguasai diri sendiri. Kiranya inilah perkara tersulit berkuasa. Eksesnya yang terparah terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi merupakan salah satu bentuk terbodoh dan terburuk dari ketidakmampuan kekuasaan menguasai diri sendiri.

Bila di suatu negara lebih banyak orang yang berkeinginan berkuasa tanpa disertai keinginan menjadi orang yang terbaik, kiranya itu pertanda bahwa di negara itu lebih banyak kekuasaan membuat bodoh. Salah satu fenomenanya ialah meluasnya gairah untuk menjadi kepala daerah, berapa pun ongkosnya. Setelah berkuasa, berujung ditangkap KPK. Ini pun sebuah kebodohan.

Demikianlah menjadi berkuasa dapat membuat bodoh. Semakin lama berkuasa semakin bodoh. Oleh karena itu, baiklah kekuasaan dibatasi. Di dalam pengertian inilah rasa hormat orang abadi kepada George Washington, presiden AS pertama. Ia tak ingin menjadi bodoh, menjadi presiden tiga periode. Cukup dua periode, sekalipun terbuka kemungkinan sangat besar dirinya terpilih untuk ketiga kali.

Kesadaran bahwa berkuasa dapat membuat bodoh telah lebih dulu ditunjukkannya dalam kedudukannya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Darat Kontinental. Washington mengundurkan diri setelah kemenangan di depan mata. Bagi George Washington, yang utama memenangkan perang, bukan ‘memenangkan’ dirinya, sebagai panglima perang. Kiranya tak salah George Washington tetap diakui sebagai presiden AS yang terbaik. Hemat saya, hal itu berkat pengertian dan pemahamannya yang amat mendalam bahwa berkuasa membuat bodoh.

Bandingkanlah keputusan George Washington pada 1797 itu dengan keputusan Presiden Trump pada 2020 yang malah menunjukkan kebodohannya. Saking sangat bernafsunya dia ingin berkuasa dua masa jabatan, Trump tidak mengakui kemenangan Joe Biden. Sebuah kebodohan dalam riwayat demokrasi AS.

Kiranya tak ada yang lebih menyakiti hati rakyat daripada berkuasa dengan kebodohan yang antara lain ditandai banyaknya yang berkuasa ditangkap KPK. Mestinya inilah persoalan besar yang dihadapi rakyat saban pemilu/pilkada, yakni meyakinkan diri sendiri bahwa yang dipilih bukan orang yang di dalam kekuasaannya nanti akan menjadi bodoh.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima