Menteri Ngamuk atau Marah-marah

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
05/10/2021 05:00
Menteri Ngamuk atau Marah-marah
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BEREDAR video di media sosial seorang menteri 'ngamuk', seraya berteriak, "Tak tembak kamu, ya. Tak tembak kamu!" Di video itu, tampak sang menteri menghampiri seseorang yang dibahasakannya sebagai 'tak tembak kamu..'.

Di dalam bahasa Indonesia, 'tak' sama dengan 'tidak' yang biasa dipakai bersambung dengan kata lain, seperti 'tak boleh', 'tak akan'. Sang menteri mengunakan kata 'tak' dalam bahasa Jawa, yang berarti 'saya'.

Apa makna 'tak tembak' (saya tembak) di dalam amukan menteri itu? Apakah itu berarti orang yang 'ditembak' itu akan dipecat atau digeser dari jabatannya? Menteri itu tidak memegang pistol. Dia memegang alat tulis. Dia tampak mendorong orang yang mau 'ditembak'.

Kata 'tembak' di kalangan remaja punya makna isimewa. Jika seorang gadis bilang dia telah 'ditembak', itu berarti 'si doi' telah menyatakan cintanya. Sesuatu yang lembut, yang romantis.

Ada yang menyebut sang menteri bukan mengamuk, melainkan marah-marah. Mengamuk bermakna menyerang dengan membabi buta karena marah sekali. Sulit dipercaya di level menteri membabi buta. Lebih masuk akal sang menteri marah-marah, yang berarti di suatu saat atau dalam sehari berkali-kali marah. Begitu kerap dia marah sehingga diberi gelar pemarah.

Marah tergolong emosi paling primitif. Emosi marah telah tampak pada balita yang membanting apa pun yang sedang dipegangnya. Oleh karena itu, edukasi bagaimana mengelola kemarahan dianjurkan dilakukan sejak usia dini.

Marah dapat mengintimidasi orang lain. Dia mengandung maksud agar yang dimarahi patuh. Penagih utang (debt collector) menggunakan marah sebagai strategi mengintimidasi yang menunjukkan dia kuat. Kemarahan sistematis penagih utang membuat yang ditagih terteror sehingga akhirnya membayar utangnya. Apakah kualitas ini yang ingin dicapai menteri yang marah-marah itu? Kiranya tidak demikian. Tak elok membahasakan seorang menteri bagaikan penagih utang yang hanya dengan mengintimidasi berhasil menunaikan tugasnya.

Para negosiator juga tak selamanya berwajah manis di dalam berunding. Mereka pun menggunakan amarah sebagai taktik memenangi keinginannya. Inilah marah sebagai topeng. Perlukah menteri bertopeng? Mungkin.

Kenaikan status membuat marah berkurang pengaruhnya untuk mengintimidasi. Di masa SMA, membuli orang lebih mempan ketimbang di masa perguruan tinggi. Barangkali inilah alasan ada yang berpendapat ketika Anda wali kota, marah ekspresi yang diperlukan, yang kudu ditinggalkan ketika Anda naik status berperan di level nasional sebagai menteri. Menjadi menteri memiliki kekuasaan pemerintahan yang memerlukan penerimaan publik yang berbeda dengan penerimaan publik ketika menjadi wali kota. Sebagai wali kota, publik kiranya dapat mengerti dia mengajak tanaman dan pohon berbicara ketika menanam. Dia mengajak anak buahnya untuk minta izin dan minta maaf kepada pohon yang akan ditebang. Kenapa ketika menjadi menteri 'keramahan' terhadap pohon itu tak tersublimasikan menjadi keramahan kepada manusia?

Studi yang dilakukan Larissa Z Tiedens menyimpulkan ekspresi kemarahan lahiriah dapat mengubah yang dipersepsikan. Dia menemukan bahwa orang lebih mendukung Presiden Clinton ketika mereka melihatnya mengekspresikan kemarahan tentang skandal Monica daripada ketika mereka melihatnya mengekspresikan kesedihan. Apakah temuan Tiedens itu memberi inspirasi kepada sang menteri untuk memilih marah daripada sedih atas kenyataan buruk yang ditemuinya? Hasilnya sebaliknya. Gubernur di provinsi menteri itu marah-marah memprotes keras agar Presiden mencopot sang menteri.

Studi yang dilakukan Michael Greenstein dan Nancy Franklin berkesimpulan bahwa marah meningkatkan kerentanan akan misinformasi. Marah menurunkan akurasi dan membuat pertimbangan orang yang lagi marah itu tidak benar.

Di dalam marah, orang akan cepat mengambil keputusan. Inilah keputusan yang rawan keliru. Apa akibatnya apabila yang keliru mengambil keputusan itu seorang menteri?

Saran yang tergolong obat generik ialah jangan ambil keputusan di kala marah. Ada yang menganjurkan lebih baik tumpahkan dulu kemarahan itu di atas kertas. Tulislah, tuanglah semarah-marahnya, lalu buang ke keranjang sampah.

Ada pula yang menganjurkan mengendalikan amarah, tariklah napas dalam-dalam. Lakukan berulang kali. Demikianlah emosi marah kiranya dapat dikendalikan. Semua itu tak perlu biaya.

Akhirnya, jika marah berubah menjadi marah-marah, bahkan acap kali mengamuk, perlulah kiranya yang bersangkutan berkonsultasi ke psikolog. Yang ini bukan hanya perlu ongkos, melainkan juga trust kepada ahlinya.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima