Merayakan Surplus Dagang

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
18/9/2021 05:00
Merayakan Surplus Dagang
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI tengah hiperinflasi kabar buruk, kehadiran sejumlah kecil kabar baik sudah cukup menjadi oase. Apalagi bila kabar baik itu bukan cuma secuil. Sekujur tubuh serasa dialiri energi segar nan menyegarkan. Optimisme melihat masa depan pun membuncah.

Itulah yang saya rasakan saat membaca berita performa neraca perdagangan kita beberapa bulan terakhir, khususnya Agustus. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan surplus neraca dagang kita pada Agustus 2021 mencapai US$4,74 miliar. Itu merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah sejak Republik ini berdiri.

Surplus neraca dagang tertinggi sebelumnya pernah terjadi, tapi cukup lama, yakni pada Desember 2006, dengan nilai surplus US$4,64 miliar. Surplus kali ini juga sekaligus menandai capaian keuntungan dagang kita dalam kurun lebih dari setahun secara berturut-turut. Itu menyamai capaian surplus berturut-turut di periode satu dasawarsa lalu.

Apa yang membuat surplus itu terjadi, bahkan di tengah suasana perekonomian yang murung akibat pandemi korona? Jawabannya simpel: negeri ini sukses menggenjot ekspor sekaligus sanggup mengendalikan impor. Ekspor terus naik, sebaliknya impor bisa ditekan. Barang-barang yang sudah bisa disediakan di dalam negeri (substitusi) tak perlu lagi diimpor.

BPS mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2021 mencapai US$21,42 miliar. Angka tersebut tumbuh sebanyak 20,95% jika dibandingkan dengan ekspor Juli, serta tumbuh 64,10% ketimbang ekspor Agustus tahun lalu.

Impor kita pada Agustus ini mencapai US$16,68 miliar. Memang naik, tapi kenaikannya tidak seeksponensial ekspor. Itu artinya, sebagian besar yang diimpor itu ialah bahan baku untuk produksi (barang modal), yang hasil akhir produksinya diekspor. Itu artinya impor yang produktif.

Kinerja ekspor Agustus ini juga melampaui angka tertinggi yang pernah dicapai pada Agustus 2011. Saat itu, ekspor mencapai US$18,60 miliar. Jadi, ini namanya dobel rekor. Rekor nilai ekspor dan rekor nilai surplus.

Jika kita orang yang pandai mensyukuri nikmat, capaian ini amat sangat layak untuk diapresiasi. Bukan perkara mudah mencapai surplus dagang di tengah 'lapangan' sempit karena gerusan pandemi covid-19. Namun, keterbatasan itu bisa ditembus.

Kinerja ekspor kita yang cukup resilience, cukup tangguh, di tengah pandemi tersebut perlu diapresiasi. Namun, sebagaimana nasihat bijak kerap disampaikan, sebaik-baik rasa syukur itu ialah menjaga pencapaian kebaikan. Salah satu bentuknya ialah menjaga keberlanjutan surplus perdagangan ke depan. Caranya, terus cermati beberapa faktor kunci.

Faktor kunci tersebut di antaranya stabilitas pertumbuhan permintaan global khususnya pada pasar utama, peran dan fungsi perwakilan perdagangan dalam mendorong peningkatan ekspor, dinamika perkembangan harga dan volume ekspor komoditas utama dan potensial, dan strategi pemerintah menjaga keseimbangan pertumbuhan impor khususnya pada komponen impor konsumsi. Juga, perbaiki daya saing ekspor kita.

Beberapa ekonom pernah mengkritik produk ekspor Indonesia belum sepenuhnya punya ketangguhan daya saing. Bukan hanya dari sisi barang, melainkan juga iklim usaha, aturan ekspor-impor, juga diversifikasi pasar. Keempat hal itu mutlak dikerjakan bila ekspor kita ingin berkelanjutan sekaligus berdaya saing.

Surplus perdagangan Indonesia juga dinilai belum mencerminkan peningkatan daya saing secara fundamental. Bahasa ringkasnya, kita bisa surplus karena negara lain mungkin sedang ‘sakit’. Amerika, misalnya. Sebagaimana dilaporkan The Economist, mereka sedang mengalami 'stagnasi besar'. Namun, kalau negara lain sedang ‘sehat’, belum tentu juga kita bisa terus surplus jika sejumlah hal tadi tidak diperbaiki.

Boleh saja kita rayakan capaian sejarah dagang ini. Namun, hari terus berganti, bulan terus berjalan. Di tengah perayaan, saatnya tetap melakukan ancang-ancang agar pesta tidak berakhir karena rekor surplus dagang akan terus datang.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima