Tiga Periode Picu Kudeta

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
09/9/2021 05:00
Tiga Periode Picu Kudeta
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

KUDETA di Republik Guinea menjadi sorotan. Kudeta pada Minggu (5/9) itu terjadi gara-gara Alpha Conde ngotot

 menjadi presiden tiga periode. Konstitusi pun diubah hanya untuk melanggengkan hasrat berkuasa.

 

Konstitusi negara miskin di Afrika Barat itu sama seperti di Indonesia, mengamanatkan presiden hanya menjabat dua periode. Conde menjadi presiden pada 2010. Pada 2015 dan 2020, ia kembali terpilih menjadi presiden negara itu untuk periode kedua dan ketiganya.

Conde melakukan amendemen konstitusi pada 2020 yang memungkinkan dia menghindari batas dua masa jabatan presiden di negara itu. Amendemen konstitusi itulah yang memicu kudeta di Guinea.

Tegas dikatakan bahwa, pada umumnya, kepentingan kekuasaan menjadi motif di balik amendemen konstitusi. Seorang presiden yang negarawan menyetujui perpanjangan periode jabatan bukan untuk kepentingan dirinya. Karena itu, perpanjangan masa jabatan tidak diberlakukan pada saat ia masih menjabat.

Indonesia kini mulai membicarakan perpanjangan masa jabatan presiden dari maksimal dua menjadi tiga periode. Eloknya, andai disetujui gagasan itu, diberlakukan untuk 15 tahun mendatang. Dengan demikian, pembahasan masa jabatan presiden jauh dari kesan kepentingan politik sesaat saat ini. Itu semata-mata dibahas untuk kepentingan bangsa dalam jangka panjang.

Kepentingan politik bisa dibaca dari uraian di Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 40/PUU-XVI/2018. Disebutkan, pada sekitar 2015, muncul pemberitaan terkait peluang Susilo Bambang Yudhoyono kembali ikut dalam Pilpres 2019. Padahal saat itu SBY tengah memerintah di periode keduanya.

Di awal 2018, isu batasan dua periode presiden-wapres kembali mencuat. Pengusung gagasan itu menghendaki Wapres Jusuf Kalla kembali berduet dengan Joko Widodo di Pilpres 2019.

Isu presiden tiga periode kembali menggelinding padahal sikap Presiden Joko Widodo sangat terang benderang. Pada 2 Desember 2019, Jokowi sempat menyampaikan sikapnya terkait wacana amendemen UUD 1945.

“Yang ngomong presiden itu tiga periode artinya tiga. Satu, ingin menampar muka saya. Kedua, ingin cari muka padahal saya sudah punya muka. Ketiga, ingin menjerumuskan. Itu saja,” tukas Jokowi saat itu.

Semakin ditolak, isu presiden tiga periode malah terus membesar. Para pengusungnya memberikan argumentasi bahwa rakyat menghendaki presiden tiga periode.

Bagaimana cara mengetahui kehendak rakyat? Di NTT dibentuk apa yang disebut Komite Penyelenggara Referendum Terbatas pada Konstitusi 1945. Komite berniat menggelar sebuah referendum untuk menentukan setuju atau tidaknya rakyat dengan wacana amendemen UUD 1945 soal masa jabatan presiden tiga periode.

Referendum cara lama. Kehendak rakyat bisa diketahui melalui survei. Semua survei dari berbagai lembaga berbeda menuai hasil yang sama, rakyat menolak perpanjangan masa jabatan presiden.

Lembaga Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) melakukan jajak pendapat terkait wacana perpanjangan masa jabatan presiden, baik menjadi tiga periode maupun bertambah durasi sampai 2027. Mayoritas masyarakat tidak setuju atau menolak.

Survei dilakukan pada 27-31 Agustus 2021 dengan total 1.200 responden. Responden itu tersebar di 34 provinsi. Survei dilakukan dengan metode wawancara langsung.

Survei Indostrategic terhadap 2.400 responden di 34 provinsi pada 23 Maret hingga 1 Juni 2021 menyimpulkan bahwa 80,7% responden tidak setuju wacana tiga periode.

Harus jujur diakui bahwa wacana perpanjangan masa jabatan presiden melalui amendemen konstitusi hanya halusinasi elite. Mayoritas publik cenderung ingin mempertahankan masa jabatan presiden hanya dua periode.

Kecenderungan itu terekam dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC. Survei yang menggunakan metode tatap muka itu dilakukan pada 21-28 Mei 2021 kepada 1.072 responden.

Eloknya, pengusung gagasan presiden tiga periode belajar dari sejarah. Terjadi perdebatan panjang di Badan Pekerja MPR. Diperdebatkan tentang presiden dua periode sampai ada pemikiran ke arah setelah dua kali masa jabatan untuk diperkenankan kembali dengan alasan tertentu.

Jangan sekali-kali lupa bahwa pembatasan periode jabatan presiden itu semata-mata dilakukan untuk keberlangsungan demokrasi. Jangan sampai demokrasi membuat masyarakat mengultuskan individu. Tiga periode picu kudeta di Guinea sebuah pelajaran penting.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima