Berburu Booster Mengabaikan Moral

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
30/8/2021 05:00
Berburu Booster Mengabaikan Moral
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TANPA etika dan moral, meminjam istilah Hobbes, setiap orang merupakan serigala bagi orang lain. Tabiat serigala tampak dalam masa pandemi covid-19. Misalnya, pejabat dapat dosis ketiga vaksin covid-19 pada saat mayoritas masyarakat belum divaksin.

Kehadiran etika dan moral sejatinya diperlukan serupa dengan kehadiran pemerintah yang baik demi kesejahteraan masyarakat. Memang, tingkat ketaatan pada etik dan moral ditentukan tingkat kesadaran pribadi.

Eloknya, pejabat negeri ini merenungkan potongan tembang puisi Emha Ainun Nadjib, “Kita telah memboroskan anugerah Tuhan ini melalui cocok tanam ketidakadilan dan panen-panen kerakusan.”

Ketidakadilan dan kerakusan persoalan mendasar vaksin dosis ketiga bagi pejabat. Sama sekali tidak ada keteladanan serta lemahnya rasa keadilan dan kesetaraan dalam merespons pandemi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pesan yang sangat tegas kepada para pemburu vaksin ketiga. Ia mengingatkan soal moral dan etika. Pesan itu disampaikan Budi dalam jumpa pers virtual, Senin (2/8).

Kata dia, masih banyak penduduk belum mendapatkan vaksin covid-19 dosis pertama. Karena itu, secara etika, tak sepantasnya warga nontenaga kesehatan meminta vaksin ketiga.

Vaksinasi ialah cara bermartabat mendapatkan kekebalan kelompok. Disebut bermartabat karena kekebalan bisa juga didapatkan secara alamiah, membiarkan beberapa orang menjadi korban agar sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap virus korona.

Menuntut kesadaran etik dan moral pejabat sama saja mengharapkan matahari terbit di barat. Moral dan etik itu pergi kian menjauhi para elite. Moralitas itu mestinya dibangun melalui keteladanan para tokoh bangsa dan elite. Jujur dikatakan bahwa inilah era yang tidak malu-malu lagi mempertontonkan miskin keteladanan.

Miskin keteladanan itulah menjadi salah satu penyebab bangsa ini mengalami krisis. Diagnosis miskin keteladanan itu tertuang dalam Tap MPR VI/2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa.

Etika politik dan pemerintahan yang diamanatkan Tap MPR itu mengandung misi kepada setiap pejabat dan elite politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, dan rendah hati.

Imbauan moral dan etika tidak mempan. Kementerian Kesehatan pun menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor: HK.02.01/1/1919/2021 tentang Vaksinasi Dosis Ketiga bagi Seluruh Tenaga Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan, dan Tenaga Penunjang yang Bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Inti dari surat edaran itu ialah vaksinasi dosis ketiga saat ini hanya diberikan kepada tenaga kesehatan ataupun tenaga pendukung kesehatan yang telah mendapatkan dosis pertama dan kedua vaksin covid-19.

Kementerian Kesehatan menegaskan peruntukan booster tidak untuk khalayak umum mengingat keterbatasan pasokan vaksin dan masih ada mayoritas penduduk sasaran vaksinasi yang belum mendapatkan suntikan.

Vaksinasi yang dimulai Januari hingga 28 Agustus, total penerima vaksin dosis pertama lebih dari 61 juta orang. Sementara itu, penerima vaksin dosis kedua mencapai 34,7 juta orang. Padahal, pemerintah menargetkan 208,26 juta masyarakat menerima vaksin sebagai upaya untuk mengendalikan pandemi covid-19.

Sungguh ironis, ada pejabat yang ikut-ikutan menerima vaksin booster. Bangga pula. Sudah tak punya etika, aturan diterobos suka-suka. Fakta itu terungkap dari rekaman video obrolan sejumlah pejabat dengan Presiden Joko Widodo. Video yang sebelumnya diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden itu kini telah disunting.

Rekaman video pada 24 Agustus itu menampilkan pengakuan sejumlah pejabat kepada Presiden Jokowi bahwa mereka telah mendapatkan vaksin dosis ketiga. Saat itu Presiden Jokowi meninjau vaksinasi covid-19 di SMPN 22 Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Meski sudah disunting, video utuh telanjur beredar luas. Sebagian pejabat mengaku telah mendapat booster dari vaksin Nusantara. Pejabat lainnya mengaku mendapat booster vaksin Moderna, sementara Presiden Jokowi mengaku baru mendapatkan dua dosis vaksin.

Tepat kiranya ilustrasi Prof Tjandra Yoga Aditama. Ketika kapal mau tenggelam dan semua orang butuh pelampung, mereka yang menggunakan vaksin dosis ketiga ibarat mengambil dua jatah pelampung, sementara banyak yang lain tidak kebagian pelampung. Para pejabat mengabaikan nasihat Plato, bukanlah keunggulan intelektual yang membedakan antara pejabat dan masyarakat, melainkan keunggulan pemahaman atas moral.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima