Pola 10 to 90 Jokowi End Game

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
26/7/2021 05:00
Pola 10 to 90 Jokowi End Game
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

‘TEKNOLOGI digital membawa dampak buruk bagi masyarakat’, tulis M Ghozali Moenawar dalam buku Media Komunikasi: Diskursus Profetik, Agama, dan Pembangunan. Salah satu dampaknya adalah hadirnya masyarakat yang rentan dan artifisial, yakni tidak sempat mencerna informasi dengan baik.

Tidak sempat mencerna informasi dengan baik tergambar dalam pola komunikasi 10 to 90. Maksudnya, hanya 10% orang yang memproduksi informasi dan 90% lainnya menyebarkan dengan sukarela di media sosial, seperti WhatsappTwitter, dan Facebook.

Pola komunikasi 10 to 90 sangat rentan dalam masyarakat yang tidak sempat mencerna informasi dengan baik. Hanya membaca judul langsung share. Pola komunikasi tanpa verifikasi, tanpa klarifikasi, tanpa crosscheck, langsung sebar.

Bayangkan kalau 10% itu berita bohong, manipulasi data, intoleransi, ujaran kebencian, radikalisme, ajakan unjuk rasa. Apa jadinya jika 90% masyarakat langsung share? Menjadi virallah informasi yang tidak bertanggung jawab itu. Ketika ditangkap polisi, selalu berkilah hanya meneruskan pesan.

Salah satu isu yang viral dalam seminggu terakhir ialah ajakan demo bertajuk Jokowi End Game. Dalam sejumlah informasi yang beredar di media sosial, aksi tersebut dijadwalkan digelar pada Sabtu (24/7). Pada poster yang beredar, massa aksi hendak melakukan long march dari Glodok hingga kawasan Istana Negara.

Menko Polhukam Mahfud MD menyebut ajakan demo Jokowi End Game sudah ditunggangi. Menurut dia, ada kelompok yang tidak murni selalu memprovokasi menyerang pemerintah. Tidak murni karena sumber pesan antipemerintah berasal dari klaster yang sama.

Meski Jokowi End Game hanya heboh di medsos senyap di dunia nyata, kepolisian tetap melakukan antisipasi. Polda Metro Jaya menyiagakan sebanyak 3.385 personel gabungan untuk pengamanan.

Ternyata, masih ada saja yang terpengaruh ajakan tidak jelas sumbernya itu. Sejumlah orang ditangkap polisi pada Sabtu (24/7) karena diduga akan ikut demonstrasi Jokowi End Game di kawasan Monas. Polisi juga meringkus dua orang di Semarang yang merupakan terduga inisiator demonstrasi Jokowi End Game.

Mereka yang ikut demonstrasi karena ajakan di media sosial membenarkan tesis tentang dampak medsos adalah hadirnya masyarakat yang rentan dan artifisial, yakni tidak sempat mencerna informasi dengan baik. Bukankah unjuk rasa berpotensi menjadi klaster baru penyebaran covid-19?

Begitu dahsyatnya pengaruh medsos bisa ditemui dalam penelitian bertajuk Di Balik Demonstrasi Mahasiswa: Pengaruh Media Sosial terhadap Perilaku Politik (2019). Penelitian dilakukan Tim Peneliti KANOPI FEB UI dan Tim Peneliti KSM Eka Prasetya UI.

Disebutkan bahwa media sosial dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku politik atau berdemo. Para peneliti mengutip Benjamin Bowyer dan Joseph Kahne yang memaparkan bahwa anak muda yang sering berada dalam komunitas daring lebih mungkin untuk ikut serta perbincangan politik.

Temuan Bowyer dan Kahne mengenai ketertarikan politik dalam media sosial, pertama, anak muda yang tergabung dalam komunitas daring nonpolitik lebih mudah tertarik pada perbincangan politik.

Kedua, anak muda yang terlibat dalam perbincangan politik daring lebih terdorong untuk berpartisipasi dalam perbincangan politik dan voting. Ketiga, anak muda dengan jaringan sosial daring yang besar lebih mudah terekspos dengan konten politik.

Harus tegas dikatakan bahwa teknologi media baru yang hadir dalam bentuk media jejaring sosial, seperti FacebookTwitter, dan juga aplikasi percakapan, seperti Whatsapp, telah mengubah secara signifikan pola-pola interaksi dan komunikasi individu. Sayangnya, perubahan itu tanpa diikuti kewajiban etis.

Sudah terlalu banyak contoh penyalahgunaan medsos yang berujung pada jerat hukum sebagai konsekuensi dari penyebaran informasi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah etika.

Microsoft pada Februari merilis Indeks Keberadaban Digital atau Digital Civility Index yang menunjukkan tingkat keberadaban pengguna internet atau netizen sepanjang 2020. Hasilnya memprihatinkan, survei itu menempatkan tingkat keadaban warganet Indonesia di posisi terbawah dari negara-negara Asia atau ranking 29 dari 32 negara di seluruh dunia yang disurvei.

Tren yang berkembang di media sosial ialah tidak adanya kedewasaan dan sikap bertanggung jawab pengguna media sosial. Kewajiban etis itu mestinya dimintai dari mereka yang aktif menggunakan media sosial sehingga tidak mempertontonkan kebiadaban.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima