Memelihara Mafia Obat

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
08/7/2021 05:00
Memelihara Mafia Obat
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MAFIA obat diuntungkan di masa pandemi covid-19. Keuntungan mafia obat itu disebut dua menteri, yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Gayung bersambut, DPR bersuara lantang meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sikat mafia obat. Akan tetapi, sejauh ini, belum ada mafia obat yang ditangkap.

Belum ditangkap karena mafia obat itu seperti angin, hanya bisa dirasakan dampaknya, tapi tidak terlihat. Penyebabnya, kalau mau jujur, pemerintah terlambat membenahi industri farmasi.

Fakta itulah yang ditemukan dalam penelitian sektor strategis terkait dengan pencegahan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat pada industri farmasi di Indonesia. Penelitian dilakukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pada 2019.

Menurut penelitian itu, peran pemerintah di dalam industri farmasi masih tampak terbatas. Berbagai peta jalan sudah dibuat, tapi masih belum bisa diterapkan sepenuhnya.

Peta jalan itu, misalnya, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengembangan Bahan Baku Obat. Regulasi bertujuan meningkatkan pengembangan dan produksi bahan baku obat dalam negeri dan mengurangi angka impor.

Delapan tahun sudah berlalu, industri bahan baku obat belum kunjung tercapai. Indonesia hanya punya industri tukang racik obat karena semunya impor. Sepertinya pengaruh mafia obat sangat kuat menuju lorong-lorong kekuasaan. Terus terang, sistemlah yang memelihara mafia obat selama ini.

KPPU mengendus skema bisnis farmasi tidak sehat dan tidak transparan. Penguasaan 70% omzet pada 2015, yang mencapai Rp56 triliun, oleh belasan perusahaan besar. Lebih parah lagi, 59% pasar masih dikuasai obat resep dokter, sedangkan obat generik hanya mendapatkan 41%. Cincai resep tak terelakkan.

Ratna Christianingrum dan Mujiburrahman dari Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR menelaah dinamika industri farmasi. Mengutip data yang dirilis Kementerian Perindustrian (2021), sektor farmasi masih memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap porsi impor Indonesia. Impor bahan baku obat Indonesia mencapai 95%.

Disebutkan bahwa impor bahan baku obat terbesar berasal dari Tiongkok (60%), diikuti India (30%), dan negara-negara kawasan Eropa (10%). Ketergantungan akan bahan baku obat impor sangat mengkhawatirkan industri farmasi Indonesia.

Ketergantungan pada bahan baku impor karena mayoritas industri farmasi lebih nyaman bermain di hilir. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pengawasan Obat dan Makanan pada 2020, saat ini terdapat 227 perusahaan farmasi. Perinciannya, terdapat 167 industri farmasi berasal dari dalam negeri, 48 industri farmasi berasal dari luar negeri, 8 industri farmasi BUMN, dan 4 industri farmasi TNI.

Dari jumlah tersebut, berdasarkan telaahan Ratna Christianingrum dan Mujiburrahman, 209 (92,1%) perusahaan secara spesifik memproduksi produk jadi kimia dan tujuh perusahaan (3,1%) memproduksi bahan baku obat.

Dari tujuh perusahaan yang memproduksi bahan baku obat, ada 3 perusahaan (1,3%) yang memproduksi produk biologi, yang memproduksi produk jadi kimia dan bahan baku obat serta yang memproduksi bahan baku obat dan produk biologi. Sementara itu, hanya terdapat masing-masing satu perusahaan (0,4%) yang memproduksi produk jadi kimia dan bahan baku obat serta radiofarmaka.

Pandemi covid-19 telah membangunkan kesadaran pemerintah dari tidur lelapnya selama ini. Menko Luhut mengakui bahwa sejak adanya pandemi, pemerintah seperti tersadar bahwa industri obat di dalam negeri sangat terbatas. Kini, kata dia, pemerintah mulai membenahi sektor farmasi, termasuk mulai memproduksi parasetamol yang selama puluhan tahun harus diimpor dari India.

Menteri Erick juga bergegas memproduksi sendiri bahan baku obat jenis parasetamol. Kata dia, ketergantungan Indonesia dengan bahan baku dari impor menyebabkan banyak munculnya praktik-praktik kotor yang dilakukan mafia.

Memproduksi bahan baku obat jalan menuju kemandirian. Obat yang dibutuhkan diproduksi dengan menggunakan bahan baku yang diproduksi di dalam negeri.

UGM dan Kimia Farma pada 2018 menandatangani nota kesepahaman dalam pengembangan bahan baku obat parasetamol. Melalui kerja sama itu, UGM mengembangkan bahan baku obat, khususnya parasetamol, dalam skala laboratorium. Sementara itu, Kimia Farma dapat memproduksi dalam skala massal. Mendukung riset bahan baku obat salah satu bentuk menolak tunduk pada mafia obat.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima