Menggoreng Isu Haji

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
05/6/2021 05:00
Menggoreng Isu Haji
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DALAM dua hari terakhir, di sejumlah grup percakapan pesan dan jagat media sosial lainnya sedang riuh dibicarakan ihwal keputusan pemerintah membatalkan pemberangkatan ibadah haji tahun ini. Umumnya, meminjam penggalan kalimat lirik lagu Iwan Fals, didominasi 'rasa sesal di dasar hati'. Maklum, ini dua musim berturut-turut umat Islam Indonesia tak bisa berhaji.

Beberapa di antaranya memilih legawa, ikhlas, dan mengambil hikmah. Tapi, ya, itu tadi, mereka yang legawa malah ditanggapi secara sinis. Malah ada yang menuding, "Wah, buzzer nih. Enggak tahu apa kalau pembatalan ini karena jangan-jangan uangnya sudah dipakai untuk keperluan lain?"

Pemerintah memang telah memutuskan untuk tidak memberangkatkan jemaah haji tahun ini. Alasan utamanya sangat jelas: pandemi covid-19 masih melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dan Arab Saudi. Wabah mematikan tersebut dapat mengancam keselamatan jemaah. Apalagi, jumlah kasus baru covid-19 di Indonesia dan sebagian negara lain dalam sepekan terakhir belum menunjukkan penurunan signifikan.

Kasus harian covid-19 di Indonesia dari 26 hingga 31 Mei, misalnya, rata-rata masih di atas 5.000-an orang. Ada sedikit penurunan pada 1 Juni 2021, tapi masih di angka 4.824. Kasus harian di 11 negara pengirim jemaah haji terbesar per 1 Juni pun relatif masih tinggi dengan data sebagai berikut: Saudi (1.251 kasus), Indonesia (4.824 kasus), India (132.788 kasus), Pakistan (1.843 kasus), Bangladesh (1.765 kasus), Nigeria (16 kasus), Iran (10.687 kasus), Turki (7.112 kasus), Mesir (956 kasus), Irak (4.170 kasus), dan Aljazair (305 kasus).

Untuk negara tetangga Indonesia, tertinggi kasus hariannya per 1 Juni 2021 ialah Malaysia (7.105), disusul Filipina (5.166), dan Thailand (2.230). Singapura, meski kasus harian pada awal Juni ialah 18, sudah memutuskan tidak memberangkatkan jemaah haji. Malaysia malah tengah memberlakukan lockdown.

Alasan pembatalan pemberangkatan haji karena pandemi itu sejatinya sudah pas dengan tujuan agama. Islam mengajarkan menjaga jiwa ialah kewajiban yang harus diutamakan. Keputusan tersebut juga selaras dengan Undang-Undang No 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang memberikan amanah kepada pemerintah untuk melaksanakan tugas perlindungan.

Karena itu, faktor kesehatan, keselamatan, dan keamanan jemaah menjadi hal utama. “Penyelenggaraan haji merupakan kegiatan yang melibatkan banyak orang yang berpotensi menyebabkan kerumunan dan peningkatan kasus baru covid-19,” tandas Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Alasan lainnya, Indonesia memutuskan untuk tidak memberangkatkan ibadah haji pada 2021 karena waktu yang tidak cukup. Waktu menyangkut persiapan teknis administrasi dan hal-hal teknis pelaksanaan ibadah. Waktu wukuf (puncak haji) akan dilaksanakan pada 19 Juli 2021. Namun, hingga saat ini sistem pembuatan visa dan layanan lainnya belum dibuka aksesnya oleh pemerintah Arab Saudi.

Hingga saat ini belum ada negara di dunia yang mendapat kuota haji dari pemerintah Arab Saudi. Tapi, hanya berselang beberapa menit setelah Menag menyampaikan konferensi pers, mulai bermunculan di medsos berita agak lawas (Maret 2021) ihwal tambahan kuota haji sebanyak 10 ribu jemaah untuk Malaysia. Narasi yang dibangun: lihatlah Malaysia dapat tambahan kuota, kita malah ketiban 'malapetaka' pembatalan pemberangkatan.

Padahal, apa yang diraih Malaysia sudah didapat Indonesia terlebih dahulu, yakni komitmen penambahan kuota haji 10 ribu juga pada 2019. Komitmen itu baru bisa terealisasi jika pagebluk covid-19 sudah bisa dikendalikan. Selama masih pandemi, ya, silakan sabar menanti.

Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia pun sudah mengirimkan surat kepada Ketua DPR-RI Puan Maharani terkait dengan ibadah haji 2021, pekan ini. Surat tersebut berisi klarifikasi mengenai Indonesia yang tidak mendapat kuota haji seperti yang disebut Wakil Ketua DPR-RI Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Komisi VIII DPR-RI Ace Hasan Syadzily. Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Essam bin Abed Al-Thaqafi menegaskan otoritas yang berkompeten di Kerajaan Arab Saudi belum mengeluarkan instruksi apa pun terkait dengan pelaksanaan haji 2021, baik untuk jemaah Indonesia maupun jemaah di dunia.

Toh tetap saja, hingga saya menulis ihwal haji ini, goreng-menggoreng isu yang bernada provokasi masih terjadi. Era post truth memang menjengkelkan. Inilah era ketika kebohongan, pemutarbalikan fakta untuk kepentingan-kepentingan tertentu terus diproduksi. Para konsumer (masyarakat pengguna) informasi yang lapar akhirnya tidak secara kritis menyimak, bahkan menelan mentah-mentah informasi yang ada.

Dalam suasana ketergesaan, dorongan ingin menjadi orang ter-update dengan informasi kian masif. Kebenaran informasi pun menjadi tanggung, justru absurd. Ini mirip seperti yang digambarkan sebagai kaum Sofis dalam filsafat Yunani. Kaum Sofis menyatakan nilai moral hanyalah konvensi, tetapi tidak tampak jelas. Ilmu retorika yang diminati kaum Sofis menjadi sarana yang ampuh dengan memusatkan perhatian pada kemenangan dari sebuah argumen tanpa menilai kebenaran dari sebuah informasi.

Di sini, 'gorengan' terkait dengan identitas keagamaan akan selalu diproduksi karena konsumennya terus mengamini, malah banyak yang kian menikmati. Jangkar penangkalnya hanya satu: melek literasi. Banyak orang pintar tapi kering literasi, ujung-ujungnya tetap saja: beternak sinisme, bahkan hoaks. Itu pula yang banyak melingkupi isu soal haji. *



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima