Jebakan Pendapatan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
20/3/2021 05:00
Jebakan Pendapatan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA momok menakutkan dalam ekonomi, yakni middle income trap atau jebakan pendapatan menengah. Sebegitu menakutkannya sampai-sampai banyak pejabat negara, termasuk pejabat Indonesia, yang mengingatkan bahayanya perangkap pendapatan menengah tersebut.

Pekan ini, Menteri/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyebut perekonomian Indonesia harus tumbuh 6% hingga 7% agar bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah. Bagi Suharso, peringatan itu penting agar negeri ini tidak berleha-leha.

Middle income trap ialah kegagalan suatu negara untuk naik kelas, dari pendapatan menengah-bawah (lower-middle income) ke menengah-atas (upper-middle income). Kondisi itu banyak terjadi pada negara yang tak cukup kemampuan berpindah dari berpendapatan menengah ke pendapatan tinggi.

Musababnya mereka tak mampu lagi bersaing dengan negara berpenghasilan lebih rendah yang bergantung pada sumber daya alam dan murahnya tenaga kerja, tetapi tidak juga mampu bersaing dengan negara maju yang mengandalkan kualitas manusia dan teknologi. Posisinya serbaterjepit.

Negara yang masuk perangkap pendapatan menengah akan kehilangan keunggulan kompetitif mereka dalam mengekspor barang-barang jadi karena gaji pekerja di negara tersebut meningkat. Pada saat yang sama, negara ini tidak mampu bersaing secara ekonomi dengan negara-negara maju di pasar dengan nilai tambah yang tinggi.

Akibatnya, negara-negara yang baru saja terindustrialisasi (seperti Afrika Selatan dan Brasil), misalnya, belum keluar dari kelompok pendapatan menengah selama beberapa dasawarsa karena produk nasional bruto per kapita mereka 'tersangkut' dalam kisaran US$1.000 hingga US$12.000. Negara-negara dalam jebakan tersebut menghadapi masalah berupa investasi yang rendah, pertumbuhan industri sekunder yang lambat, diversifikasi industri yang kurang, dan kondisi lapangan kerja yang buruk.

Karena itu, pesan penting dari Pak Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional soal capaian pertumbuhan ekonomi tersebut bukan berangkat dari ruang kosong. "Pertumbuhan ekonomi dari 2022 paling tidak rata-rata 7% sehingga kita bisa melepaskan diri atau lulus dari middle income trap," katanya dalam raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (17/3).

Suharso tentu tidak ingin Indonesia seperti Afrika Selatan atau Brasil yang rata-rata pertumbuhan ekonominya tak beranjak dari kisaran 4% hingga 5%. Ia menuturkan, jika rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi 6%, Indonesia akan lolos dari perangkap pendapatan menengah dengan pendapatan per kapita US$12.500 pada 2040. Syukur-syukur bila ekonomi bisa tumbuh rata-rata 7%, itu bisa membuat negeri ini melesat.

Fakta di atas kiranya bisa membuat pemangku kepentingan di Republik ini pening kepala. Apalagi, pascapandemi pertumbuhan ekonomi diperkirakan baru bisa digenjot di angka 5% saja. Itu jelas tidak akan cukup untuk mengeluarkan Indonesia dari middle income trap sebelum 2045. Mengapa? Karena angka 5% tersebut tidak mampu mengembalikan jumlah pengangguran ke tingkat sebelum krisis.

Hal itu terlihat dari pandemi yang menyebabkan produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia turun dari US$3.927,26 pada 2018, sempat naik menjadi US$4.174,53 pada 2019, tetapi turun ke US$3.911,72 pada 2020. Sementara itu, gross national income (GNI) per kapita Indonesia turun, dari US$3.810,23 pada 2018 dan sempat naik menjadi US$4.047,62 pada 2019, lalu turun akibat pandemi ke level US$3.806,37 pada 2020.

Jika pendapatan per kapita terus anjlok, Indonesia diperkirakan kembali turun 'kasta' ke kategori negara berpendapatan menengah ke bawah. Namun, melihat gelagat dan prediksi tren pertumbuhan ekonomi, rasa-rasanya capaian pertumbuhan 5% di 2021 setelah kontraksi 2,07% tahun lalu tergolong modal bagus. Dengan modal itu, Indonesia diperkirakan kembali menjadi negara berpendapatan menengah-tinggi pada 2022.

Untuk itu, dibutuhkan strategi jitu memperkenalkan proses-proses baru dan mencari pasar baru untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor.

Peningkatan permintaan domestik juga merupakan strategi yang penting untuk mendongkrak terciptanya kelas menengah yang semakin membesar. Kelas menengah yang menggunung tadi akan menggunakan daya beli mereka untuk membeli produk-produk inovatif dengan kualitas tinggi dan membantu mendorong pertumbuhan.

Tantangan terbesar ialah beralih dari pertumbuhan yang didorong sumber daya alam dan bergantung pada tenaga kerja berbiaya murah menjadi pertumbuhan yang didasarkan pada produktivitas tinggi dan inovasi. Namun, kita sudah memulainya dalam bentuk investasi di bidang infrastruktur yang membuka akses ekonomi secara luas.

Namun, langkah tersebut belum cukup. Harus ada terobosan menciptakan pendidikan berkualitas tinggi yang mendorong kreativitas dan terobosan dalam bidang sains dan teknologi. Jika itu bisa diwujudkan dalam tempo sesingkat-singkatnya, jalan keluar dari jebakan sudah di depan mata.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima