Sekularisasi Jilbab

Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group
05/2/2021 05:00
Sekularisasi Jilbab
Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group(MI/EBET)

SEKULER, secular, berasal dari bahasa Latin, saeculum, yang berarti dunia atau masa sekarang ini.

Pada suatu masa di Eropa, gereja memiliki, menguasai, mendominasi, berbagai hal dalam kehidupan di dunia: politik, ilmu pengetahuan, properti. Pada masa Pencerahan atau Enlightenment, berlangsung pemisahan gereja dari segala hal yang dimilikinya. Segala hal yang dilepaskan dari kepemilikan gereja disebut sekuler. Proses pemisahan gereja dari segala sesuatu yang sebelumnya dikuasainya disebut sekularisasi.

Berangkat dari sejarah kelahiran sekularisasi, istilah itu sering diterjemahkan sebagai pemisahan urusan duniawi dengan urusan agama. Biarlah segala yang duniawi menjadi urusan negara. Gereja urus saja agama dan akhirat.

Dalam pengertian sekularisasi semacam itulah kiranya Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas menilai Surat Keputusan Bersama tiga menteri tentang seragam sekolah menjadikan Indonesia negara sekuler. Indonesia, katanya seperti diberitakan mediaindonesia.com, semestinya menjadi negara religius, bukan negara sekuler.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri menerbitkan Keputusan Bersama tentang Penggunaan Pakaian Seragam dan Atribut bagi Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan di Lingkungan Sekolah yang Diselenggarakan Pemerintah Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dalam SKB itu, peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan berhak memilih seragam dan atribut tanpa kekhususan agama atau seragam dan atribut dengan kekhususan agama. Pemda dan sekolah tidak boleh mewajibkan atau melarang seragam dan atribut dengan kekhususan agama. Terbitnya SKB ini didorong kasus SMKN 2 Padang yang mewajibkan siswi nonmuslim, apalagi siswi muslim, memakai jilbab.

Anwar Abbas kiranya menilai aturan pemda dan sekolah tidak boleh mewajibkan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan memakai seragam dan atribut dengan kekhususan agama sebagai sekularisasi yang menjadikan Indonesia negara sekuler. Bila Anwar Abbas mengatakan Indonesia semestinya menjadi negara religius, itu artinya dia menginginkan Indonesia melakukan islamisasi karena konteks SKB tersebut ialah jilbab dan jilbab pakaian atau atribut Islam.

Indonesia bukan negara agama. Indonesia negara Pancasila. Berbagai agama berhak hidup di Indonesia. Penganut agama bebas menjalankan ajaran agama mereka. Mewajibkan atau melarang jilbab bertentangan dengan prinsip kebebasan menjalankan ajaran agama. Negara tidak boleh melakukan religionisasi.

Sekularisasi, menurut sosiolog Robert N Bellah, bermakna pembebasan, yakni pembebasan dari upaya penyucian atau penyakralan yang tidak pada tempatnya. Dengan perkataan lain, sekularisasi ialah desakralisasi, yakni pelepasan kesakralan dari objek-objek yang semestinya tidak sakral.

Berdasarkan defi nisi sekularisasi Bellah, cendekiawan muslim Nurcholish Madjid mengajukan tesis bahwa sekularisasi konsekuensi dari tauhid. Tauhid menghendaki pengarahan setiap kegiatan untuk Tuhan. Dengan perkataan lain, sekularisasi ialah pengalihan sakralisasi dari suatu objek ke Tuhan. Yang mutlak sakral cuma Tuhan.

Menurut saya, bila hendak dikaitkan dengan sekularisasi, SKB tentang seragam sekolah merupakan sekularisasi dalam pengertian Bellah dan Cak Nur. SKB itu melarang pemda dan sekolah mewajibkan atau menyakralkan jilbab. SKB itu mencopot kesakralan jilbab. Toh, ulama berbeda pendapat perihal kewajiban atau kesakralan jilbab.

Namun, pencopotan kesakralan jilbab tidak berarti pelarangan jilbab. Melarang jilbab sama saja menyakralkan pakaian bukan jilbab. Jika hendak dikaitkan dengan sekularisasi, sekularisasi jilbab ialah pencopotan kewajiban sekaligus pencopotan pelarang an jilbab.

Bila sekularisasi ialah konsekuensi dari tauhid seperti dikatakan Cak Nur, SKB itu sangat religius. Kiranya berlebihan bila Anwar Abbas mengatakan SKB itu menjadikan Indonesia negara sekuler.

Lagi pula, religiositas tidak diukur dari pakaian. Keislaman muslimah tidak diukur dari jilbab yang dikenakannya. Indeks negara islami, misalnya, tidak menjadikan pakaian sebagai ukuran. Yang dijadikan ukuran ialah kemakmuran ekonomi, penegakan hukum dan tata kelola pemerintahan yang baik, hak asasi manusia dan politik, serta hubungan internasional.

Pada 2018, Selandia Baru, negara yang sangat sedikit penduduknya berjilbab, diganjar predikat negara paling islami. Negara-negara yang banyak penduduknya berjilbab, seperti Iran berada di urutan 125, Mesir 137, Pakistan 140, Sudan 152, Indonesia 64, dalam deretan negara-negara islami.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima