Syekh yang Mencintai Indonesia

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
15/1/2021 05:00
Syekh yang Mencintai Indonesia
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEBUTAN syekh di Timur Tengah secara harfiah berarti orang lanjut usia, tetua. Belakangan istilah dari bahasa Arab itu berarti kepala suku, pemimpin, tetua, atau ahli agama Islam. Pemakaian syekh sebagai tetua juga digunakan kalangan Arab Kristen. Ini menunjukkan pemakaian istilah syekh bukan khas agama Islam.

Di Teluk Persia, gelar syekh ini digunakan para pemimpin di masyarakat, seperti manajer, pejabat tinggi, pemilik perusahaan besar, atau pemimpin lokal. Para anggota keluarga kerajaan Kuwait, keluarga bangsawan Bahrain, serta Qatar juga menggunakan gelar syekh.

Di Indonesia, syekh ialah elite agama Islam asli Hadramaut, keturunan teolog, dan orang bijak. Orang-orang Arab di Indonesia diketahui berasal dari Hadramaut, Yaman. Mereka yang lahir di Hadramaut, termasuk golongan syekh, lebih mencintai tanah leluhur mereka ketimbang Indonesia meski bermukim dan mencari penghidupan di Tanah Air.

Namun, orang-orang Arab yang lahir di Indonesia lebih mencintai Indonesia daripada tanah leluhur mereka. Pada 4 Oktober 1934, sejumlah 39 syekh dan sayid muda dan progresif yang lahir di Hindia Belanda menyatakan tidak lagi memandang Hadramaut sebagai tanah air mereka, tetapi Indonesia. Keesokan harinya, mereka mendirikan Persatuan Arab Indonesia.

Sayid mengklaim diri sebagai keturunan Nabi Muhammad. Sebagai keturunan Nabi, sayid memiliki hak-hak istimewa. Dalam struktur masyarakat Arab di Indonesia ketika itu, syekh posisinya berada di bawah sayid. Syekh memprotes hak-hak istimewa sayid. Terjadi perseteruan antara syekh dan sayid. Namun, pada akhir 1934, mereka bersatu atas nama cinta kepada Indonesia.

Ada orang Indonesia bergelar syekh. Namanya Syekh Nawawi al-Bantani. Dia bukan berasal dari Hadramaut. Dia lahir di Banten pada 1813. Dia kemudian bermukim di Mekah. Gelar syekh ditabalkan kepada Nawawi boleh jadi karena dia menguasai ilmu agama Islam. Syekh memang salah satu sebutan untuk ahli agama Islam.

Syekh Nawawi sangat mencintai Indonesia. Setelah tiga tahun bermukim di Mekah, dia pulang ke Banten pada 1828. Di Tanah Air dia menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda terhadap rakyat. Sebagai ulama yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, Syekh Nawawi kemudian berdakwa keliling Banten mengobarkan perlawanan terhadap penjajah. Belanda mengusirnya kembali ke Mekah.

Kemarin kita kehilangan seorang syekh yang juga mencintai Indonesia. Dia Syekh Ali Jaber. Syekh Ali Jaber berpulang dalam usia 44 tahun. Sebelumnya, Syekh Ali Jaber positif covid-19, tetapi tes terakhir menunjukkan negatif. Ia dimakamkan di Tangerang tanpa protokol covid-19.

Syekh Ali Jaber lahir di Madinah, Arab Saudi, pada 1976. Pada 2008, dia terbang ke Indonesia. Ia menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat, tempat dia mengajarkan hafalan Alquran kepada anak-anak.

Syekh Ali Jaber kemudian berkeliling Indonesia untuk berdakwah. Dakwahnya menyejukkan dan meneduhkan. Kita tak habis pikir ketika seorang pemuda di Lampung menikam pendakwah yang meneduhkan ini pada September lalu. Syekh Ali Jaber justru melarang orang-orang menghakimi penikamnya. Orang lain atas nama agama malah memerintahkan anggota organisasinya menghakimi ‘kemaksiatan’.

Konten dakwahnya yang menyejukkan menunjukkan kecintaannya kepada Indonesia. Berkat ketulusannya berdakwah di Tanah Air, Syekh Ali Jaber memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada 2011.

Syekh Ali Jaber yang lahir di Arab Saudi, lalu bermukim di Indonesia, sangat mencintai Indonesia. Ada orang yang lahir di Indonesia meski nenek moyangnya berasal dari Timur Tengah seolah membenci Indonesia dan hendak menjadikan Indonesia serupa Timur Tengah yang penuh gejolak.

Majelis Ulama Indonesia mengenang Syekh Ali Jaber sebagai sosok rendah hati yang cinta Indonesia. Jusuf Kalla mengingat Syekh Ali Jaber sebagai ulama berdedikasi. Persekutuan Gereja- Gereja Indonesia mengenalnya sebagai sosok berintegritas. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut Syekh Ali Jaber berjasa besar dalam dakwah di Indonesia. Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan Syekh Ali Jaber penyejuk dan pemersatu umat, penyambung aspirasi umat dan pemerintah.

Indonesia berduka kehilangan sosok yang mencintainya. Siapa yang mencintai Indonesia akan dicintai Indonesia. Indonesia merindukan kelak lahir sosok syekh serupa Syekh Ali Jaber yang dakwahnya menyejukkan dan meneduhkan umat, bukan sosok yang dakwahnya memanas-manasi umat.

 

 

 

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima