Solidaritas Harus Menetas

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
09/1/2021 05:00
Solidaritas Harus Menetas
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group.(MI/Ebet)

PERSABUNGAN antara harapan dan kecemasan terus berlangsung di negeri ini. Kecemasan bahkan selalu ‘mengintip’ saban muncul harapan baru. Ia seperti binatang buas yang bersiap menyantap mangsanya, kapan saja.

Itu pula yang terjadi saat vaksin covid-19 telah tiba dan tinggal menunggu izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) untuk disuntikkan. Vaksin itulah harapan. Namun, pada saat bersamaan penyebaran kasus positif korona di Tanah Air kian menggila. Penambahannya bahkan mencapai angka tertinggi sejak pandemi, yakni 10.619 orang, kemarin. Angka itu mencemaskan.

Kecemasan itu kian menumpuk saat sejumlah rumah sakit tak sanggup lagi menampung pasien. Imbasnya, tak cuma ditempatkan di selasar, pasien yang tak tertampung tersebut bahkan ada yang dirawat dengan posisi duduk sambil diinfus karena ketiadaan ranjang dan kamar. Malah, ada yang dirawat dalam posisi duduk hingga dua hari dua malam.

Dengan melihat kondisi itu, saya sepakat dengan saran ahli epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo. Ia mengingatkan masyarakat untuk tetap ketat mematuhi protokol kesehatan pencegahan covid-19. Kendati program vaksinasi akan dijalankan, disiplin protokol kesehatan ialah mutlak. Sebab, vaksin masih bersifat relatif.

“Masyarakat jangan hanya mengandalkan vaksin. Protokol kesehatan seperti 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) harus tetap dipatuhi agar pandemi ini segera berlalu,” ujar Windhu di Surabaya, Kamis (7/1), sebagaimana diberitakan medcom.id, lampost.co, dan mediaindonesia.com.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu menjelaskan program vaksinasi baru efektif mengendalikan pandemi kalau cakupannya minimal mencapai 70% dari populasi. Itu pun jika tidak ada varian baru covid-19 yang lebih ganas. Ia menjelaskan, semakin tinggi kemungkinan penularan covid-19, maka harus semakin tinggi pula proporsi yang divaksin guna membentuk kekebalan kelompok.

Masalahnya, jalan mencapai vaksinasi terhadap 70% populasi atau 189 juta orang Indonesia itu butuh waktu 15 bulan. Padahal, ketersediaan vaksin tergantung dari luar negeri, yang jumlahnya baru 11 vaksin. Kita belum bisa memproduksi vaksin sendiri. Kita baru bisa memproduksi vaksin Merah Putih tahun 2022.

Saat harapan belum sepenuhnya kita genggam, jalan terbaik ialah menebalkan solidaritas. Kita butuh solidaritas untuk saling membantu, saling menguatkan, saling mengingatkan. Jangan sampai yang muncul justru krisis solidaritas. Saat sebagian kita masih berjuang melawan civid-19, eh yang lain malah mengendurkan disiplin protokol kesehatan. Malah, masih saja ada yang menyangkal bahaya covid-19.

Krisis solidaritas itu merupakan tanda pecahnya sebuah masyarakat. Padahal, solidaritas merupakan ciri dasar manusia. Tanpa solidaritas, manusia kehilangan kemanusiaannya. Masyarakat pun kehilangan fungsi utamanya, yakni melindungi dan mengembangkan semua manusia yang ada di dalamnya.

Tanpa solidaritas, sebuah masyarakat menjadi lemah, dan dengan mudah hancur karena serangan dari kelompok lain. Peter Schmitz, pemikir Jerman, menyebutkan solidaritas ialah dasar dari perasaan kebersamaan. Karena dasar, ia bersifat hakiki. Ia conditio sine quanon, alias syarat mutlak.

Kebersamaanlah yang membuat manusia bisa bekerja sama dan menciptakan masyarakat yang kukuh. Kebersamaanlah yang membuat manusia bisa bertahan menghadapi keganasan alam yang penuh dengan bencana. Tanpa solidaritas, manusia bisa punah. Covid-19 telah memberi jalan bagi kita, anak kandung bangsa ini, untuk menjalankan modal sosial yang kita miliki: solidaritas.

Dasar dari solidaritas ialah empati atau kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Bisa juga dibilang bahwa empati ialah kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Dengan empati, manusia bisa terdorong untuk membantu orang ataupun makhluk lain.

Dorongan ini muncul dari sikap welas asih, dan bukan dari pamrih. Saat sebagian dilanda kecemasan karena covid-19, kalau kita berempati, kita tak akan menebar kecemasan baru lewat informasi palsu. Kita juga tak terus-terusan menyangkal covid-19, saat yang lain sangat disiplin menangkal covid-19.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima