Bertemu Nabi dalam Mimpi

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
22/12/2020 05:00
Bertemu Nabi dalam Mimpi
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MIMPI adalah reaksi stimulus yang mengganggu tidur. Begitu definisi mimpi menurut Sigmund Freud. Dalam dunia ilmu pengetahuan kiranya tak ada yang lebih hebat menjelaskan mimpi selain Freud dengan psikoanalisisnya.

Ketika seseorang kehilangan orang yang disayangi, selama beberapa waktu dia sering bermimpi berjumpa dengan orang yang sudah  meninggal itu seolah dia masih hidup. Stimulus ketidakrelaan atau kepasrahan menerima kenyataan orang yang kita sayangi yang memproduksi mimpi ketika kita tidur.

Karena mimpi gangguan tidur, suplemen yang tidak diundang, tidur tanpa mimpi kiranya tidur terbaik. Namun, belakangan orang kepingin ‘diganggu’ mimpi bertemu Nabi Muhammad. Teman saya di laman Facebook-nya mengungkapkan keinginannya bertemu Nabi dalam mimpi.

Pangkal orang bermimpi ingin bertemu Nabi dalam mimpi kiranya pengakuan Haikal Hassan, Sekjen HRS Center. Dalam pemakaman enam anggota laskar FPI yang tewas ditembak karena melawan polisi, Haikal mengaku bertemu Nabi dalam mimpi. Dalam mimpinya, Nabi menggandeng dua anak Haikal yang sudah meninggal. Haikal kemudian mengatakan enam anggota laskar FPI itu bersama Nabi di surga.

Bila betul Haikal bermimpi bertemu Nabi, dari sisi psikoanalisis, itu mungkin karena stimulus berupa kepasrahan Haikal kedua anaknya sudah meninggal. Stimulus lain hadir dari keyakinan dalam diri Haikal bahwa berdasarkan ajaran Islam, anak-anak, terlebih yang belum dewasa, masuk surga bila meninggal dunia. Nabi Muhammad boleh jadi simbol surga dalam mimpi Haikal.

Pernyataan Haikal keenam anggota laskar berada di surga bersama Nabi kiranya bentuk empati kepada orangtua mereka. Cerita yang menggambarkan mereka yang meninggal dunia dalam kasus semacam ini masuk surga lumrah belaka. Dikisahkan pemakaman jenazah para anggota laskar di Megamendung, Bogor, disertai pelangi dan bau harum. Diberitakan kemunculan beberapa ekor burung di atas kuburan  Amrozi dan Mukhlas, dua terpidana mati kasus terorisme Bom Bali I.

Kita yang waras, daripada baper alias membawanya ke perasaan, lebih baik mencari pembenaran rasional atas klaim-klaim pelangi, harum, dan burung-burung itu. Ada pelangi mungkin karena di Megamendung ketika itu baru saja hujan. Bau harum boleh jadi berasal dari air mawar yang biasa disiramkan ke makam. Burung-burung memang banyak beterbangan di lahan terbuka seperti permakaman.

Namun, ada yang serius merespons klaim Haikal bertemu Nabi dalam mimpi. Sekjen Forum Pejuang Islam Husin Shihab menganggap klaim Haikal bertemu Nabi dalam mimpi pembohongan publik. Husin Shihab melaporkan Haikal ke polisi. Polisi serius merespons laporan itu dan menjadwalkan memeriksa Haikal sebagai saksi.

Banyak yang mempertanyakan bagaimana orang tahu di dalam mimpinya ada Nabi Muhammad, sedangkan sosoknya tak terbayangkan. Bukankah kita dilarang menggambarkan sosok Nabi? Apakah karena ini, Husin menuding Haikal berbohong?

Namun, ada hadis yang mengatakan setan tak bisa menyamar sebagai Nabi dalam mimpi sekalipun. Itu artinya bisa saja orang berjumpa Nabi dalam mimpi. Namun, para ulama mengatakan hanya orang arif, bijak, bersih hatinya yang bisa berjumpa dengan Nabi dalam mimpi.

Apakah Haikal sudah mencapai taraf arif, bijak, dan bersih hatinya? Husin Shihab juga melaporkan Haikal telah menyebarkan keonaran dan rasa kebencian. Bila laporan Husin terbukti betul, Haikal belum mencapai taraf orang arif, bijak, bersih, sehingga mustahil berjumpa dengan Nabi dalam mimpi. Apakah ini yang memantik Husin menuduh Haikal berbohong berjumpa dengan Nabi dalam mimpi?

Banyak yang mempersoalkan laporan Husin. Mimpi kok dilarang? Mimpi kok dilaporkan? Sejak kapan di negara demokrasi seperti Indonesia mimpi dilarang dan dilaporkan?

Mimpi tak boleh dan tak bisa dilarang. Bagaimana melarang mimpi, sedangkan dia, menurut Freud, datang tanpa diundang, tanpa diinginkan? Bahkan kalaupun kita kepingin mimpi indah, misalnya, bisa saja yang datang mimpi buruk.

Mimpi sebagai pengalaman privat dan subjektif kiranya tak bisa diperkarakan. Namun, mimpi yang menjadi barang publik, diumbar ke publik, apalagi disertai klaim-klaim kebenaran, dia bisa dipersoalkan, diuji, dilaporkan.

Analoginya, orang yang, maaf, berasyik masyuk dalam ruang privat tak bisa dipersoalkan. Namun, bila adegan asyik masyuk itu sampai ke ruang publik, dia bisa diperkarakan.

Intinya, mimpi yang menjadi barang publik, apalagi dengan klaim kebenaran segala, bisa diperkarakan. Karena itu, daripada dipersoalkan kelak, saya kepingin tidur nyenyak serupa bayi tanpa terganggu mimpi.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima