Divaksinasi Duluan, Siapa Takut?

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
18/12/2020 05:00
Divaksinasi Duluan, Siapa Takut?
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

EDWARD Jenner, mahasiswa kedokteran di Inggris, menyaksikan pemerah susu sapi jarang terkena cacar. Cacar penyakit kuno dan misterius berusia 3.000 tahun dan telah menewaskan 300 juta orang pada abad ke-20 saja. Jenner berpikiran pemerah susu sapi jarang terkena cacar karena kedekatan mereka dengan ternak yang terkena cacar sapi. Ia mengambil cairan dari cacar sapi itu untuk diteliti.

Sejumlah orang mencoba mengoleskan cairan dari cacar sapi pada kulit terinfeksi cacar. Keluarga kerajaan di Inggris termasuk yang pertama mengoleskan cairan dari cacar sapi ke kulit mereka yang terinfeksi cacar. Boleh jadi lantaran diyakini mujarab, keluarga kerajaan yang pertama-tama mendapat metode pengobatan ini. Celakanya, pengobatan seperti itu gagal. Sejumlah anggota keluarga kerajaan meninggal.

Edward Jenner kemudian membuat vaksin dengan cairan dari cacar sapi. Yang pertama divaksinasi pada 14 Mei 1792 ialah anak laki-laki bernama James Phips. Penyakit cacar Phips berangsur sembuh. Vaksin cacar terus dikembangkan. Pada 1980, World Health Organization menyatakan dunia bebas cacar. Itu tentu berkat vaksin yang dikembangkan Jenner.

Sejarah memperlihatkan yang divaksinasi pertama kali bukan keluarga kerajaan, melainkan anak penderita cacar. Boleh jadi karena keyakinan vaksinasi hasil pengembangan Jennner mujarab, setidaknya lebih manjur jika dibandingkan dengan sekadar mengoleskan cairan dari cacar sapi, rakyat dulu yang divaksinasi.

Kini, para pemimpin dunia berlomba-lomba divaksinasi covid-19 lebih dulu. Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, Presiden Argentina Alberto Fernandez, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long, Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden, para pemimpin yang menyatakan bersedia divaksin pertama. Perdana Menteri Uni Emirat Arab Mohammed bin Rashid Al Maktoum bahkan sudah disuntik vaksin covid-19 pada November 2020.

Para pemimpin berlomba ingin divaksinasi lebih dulu katanya untuk membuktikan kepada rakyat bahwa vaksin covid-19 aman dan efektif dari sisi kesehatan. Berbagai survei menunjukkan sebagian masyarakat enggan divaksinasi karena takut vaksin tidak aman dari segi kesehatan.

Sejumlah negara sudah menyusun panduan prioritas penerima vaksin. Di Amerika, pada September 2020, The National Academies of Sciences, Engineering and Medicine merilis panduan prioritas penerima vaksin. Gelombang pertama yang divaksinasi ialah penduduk berisiko tinggi termasuk tenaga medis, orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti asma, obesitas, dan penyakit jantung, serta penduduk berusia lanjut. Berikutnya orang-orang yang melakukan pekerjaan penting seperti guru atau penegak hukum. Berikutnya lagi orang-orang muda dan anak-anak. Penduduk selebihnya mendapat vaksinasi pada gelombang terakhir.

Pemerintah Indonesia terus menyusun panduan prioritas penerima vaksin. Sejumlah pejabat berulang kali menyebutkan mereka yang prioritas menerima vaksin ialah tenaga medis, guru, anggota TNI-Polri, orang lanjut usia berpenyakit bawaan, dan penduduk berusia 18-59 tahun.

Prioritas penerima vaksin tidak didasarkan pada posisi, apakah pemimpin atau rakyat, tetapi pada pertimbangan etis dan kegunaan sosial. Tenaga medis diprioritaskan mendapat vaksin karena secara etis mereka sangat rentan terjangkit covid-19. Tenaga medis mesti diprioritaskan mendapat vaksinasi juga karena pekerjaan mereka punya kegunaan sosial tinggi (high social utility), yakni merawat dan menyembuhkan manusia, termasuk mereka yang terjangkit covid-19.

Celakanya, di Indonesia justru dokter takut divaksinasi lebih dulu. Bahkan sempat tersiar kabar dokter menolak mendapat vaksin covid-19. Ketua Ikatan Dokter Indonesia Daeng Faqih meralat kabar itu dengan mengatakan dokter mau divaksinasi bila Presiden Jokowi juga lebih dulu divaksinasi. Daeng beralasan Presiden divaksin lebih dulu sebagai role model atau keteladanan. Alasan Daeng sangat klise dan feodalistik, tidak saintifik, cenderung politis.

Bila dokter yang pengetahuan medisnya mumpuni ragu menerima vaksin, apalagi masyarakat awam. Siapakah sebetulnya yang tidak menunjukkan keteladanan? Keteladanan di bidang medis semestinya ditunjukkan para dokter, bukan presiden.

Presiden Jokowi sendiri berulang kali mengatakan dirinya siap divaksinasi di awal asalkan sesuai dengan aturan atau panduan prioritas penerima vaksin. Pernyataan ‘asalkan sesuai dengan panduan prioritas‘ penting supaya jangan sampai muncul tuduhan Presiden ingin selamat duluan. Tidak ada beban bagi Presiden Jokowi ketika pada 16 Desember 2020 dia menegaskan dirinya orang pertama yang akan mendapat vaksin covid-19.

Selain takut divaksin duluan, orang juga ‘takut’ bayar untuk mendapatkan vaksin. Selain menjawab tantangan untuk divaksin lebih dulu, Presiden Jokowi juga menjawab tantangan vaksin gratis. Presiden menyatakan vaksin gratis untuk masyarakat.

 

 

 

 

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima