Risau Resesi

Abdul Kohar. Dewan Redaksi Media Group
04/11/2020 05:00
Risau Resesi
Abdul Kohar. Dewan Redaksi Media Group(Dok. MI/ Ebet)

TIDAK semua orang siap dengan era keterbukaan. Bahkan, tidak sedikit yang mengidap penyakit cemas berlebihan menghadapi zaman serbaterbuka seperti saat ini. Pangkalnya karena keterbukaan melahirkan banyak informasi, bahkan inflasi informasi.

Beragam kabar berseliweran tanpa bisa dieja apa maknanya. Yang tenang menjadi risau karena banyak informasi, tapi hanya sedikit yang bisa dimengerti. Yang takut makin jeri karena
merasa ditakut-takuti bahasa informasi yang tak jarang dibikin menyeramkan.

Itu pula gambaran sebagian orang saat membaca informasi tentang datangnya resesi ekonomi. Makin panik saat bahasa yang dipilih dibuat seram, seperti ‘Ngerii.. Gais, kita memasuki resesi’ atau ada yang menambah dengan embel-embel kata ‘kubangan’, ‘jurang’, ‘lorong gelap’ sebelum kata ‘resesi ekonomi’.

Begitu pula seusai Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pengantar Sidang Kabinet, Senin (2/11). Presiden Jokowi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus sekitar 3% pada kuartal III 2020. Artinya, Indonesia masuk resesi ekonomi setelah pada kuartal sebelumnya laju ekonomi juga minus 5,32%. Di jagat maya langsung muncul sejumlah pernyataan yang isinya seolah-olah kita sedang menjemput ajal.

Sebenarnya, dalam ekonomi tidak ada patokan yang pasti dalam pendefi nisian resesi. Namun, ada indikator resesi yang paling umum dipakai sampai saat ini, yakni kontraksi produk domestik bruto (PDB) riil dua kuartal berturut-turut sebagaimana diajukan oleh ekonom Julius Shiskin pada 1974 silam. National Bureau of Economic Research (NBER) Amerika Serikat memiliki definisi lain yang lebih komprehensif dalam memandang resesi. Versi NBER, resesi ialah penurunan signifi kan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh kegiatan ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir eceran.

Okelah, kita pakai saja defi nisi umum resesi ekonomi versi Julius Shiskin. Jika merujuk pada pengertian ini, berarti Indonesia tidak sendirian mengalami resesi ekonomi akibat pandemi covid-19. Malah, kontraksi ekonomi di banyak negara di belahan dunia di luar kita lebih dalam.

Pada kuartal II/2020 lalu, banyak negara yang mengalam kontraksi ekonomi lebih dalam daripada Indonesia yang PDB-nya minus 5,3%. Rusia mengalami pertumbuhan minus 8,5%, Hong Kong -9%, AS -9,5%, Jepang -9,9%, Jerman -11,7%. Semua negara ASEAN di luar Indonesia dan Vietnam bahkan kontraksi PDB-nya hingga dua digit. Thailand minus 12,2%, Singapura -13,2%, Filipina -16,5%, dan Malaysia -17,1%.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara di atas pada kuartal III/2020 diprediksi masih negatif. Inggris bakal -10.7%, AS -2,9%, Jepang -6,6%, Singapura -6%, dan Thailand -9,3%. Sementara itu, sebagaimana dikemukakan oleh Presiden Jokowi, ekonomi Indonesia akan terkontraksi di kisaran -3%.

Dengan melihat angka-angka tersebut, mestinya tidak perlu terlalu galau, risau, apalagi cemas dan takut berlebih an. Resesi ekonomi bukan akhir dari segalanya, selama kita memandang itu dari kacamata tantangan, bahkan momentum. Bukankah kita pernah punya pengalaman serupa pada 1963 dan 1998?

Di kedua ‘periode’ resesi ekonomi itu Indonesia berhasil bangkit, bahkan saat angka-angka indikator resesi lebih dalam daripada saat ini. Di 1963, kontraksi ekonomi sampai dua digit ditambah infl asi yang menjulang hingga 600%. Pada 1998, pertumbuhan ekonomi juga minus dua digit dengan infl asi dua digit pula.

Benar belaka kata-kata klise bahwa pengalaman ialah guru terbaik. Dalam mengarungi resesi ekonomi kali ini, yang terpenting ialah ada dua sikap yang sama antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah perlu menggenjot daya beli masyarakat agar konsumsi rumah tangga yang menyokong 57,6% PDB bisa tumbuh cepat. Selain itu, perbaiki realisasi investasi sebagai penyokong kedua (32%) PDB yang sudah mulai tampak ada perbaikan.

Di kalangan masyarakat, dua hal penting yang mesti dikembangkan ialah berikan kepercayaan kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah pemulihan dan perbaikan. Kedua, kembangkan modal sosial yang amat berharga: solidaritas sesama, gotong royong, saling membantu.

Mari tanggalkan sikap selalu melihat masa lalu karena banyak lompatan besar di Republik ini tidak menjadi kenyataan karena selalu tertawan oleh masa lalu. Kebiasaan kita mengutuk masa lalu dengan mengulanginya, bukan dengan melampauinya, membuat perilaku kita tak pernah melampaui fase kekanak-kanakannya. Akhirnya, kita harus berhenti sekadar meratapi kegelapan. Gelap tak bisa disingkirkan dengan gelap. Gelap hanya bisa dienyahkan oleh cahaya.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima