Melawan Jiwa Keriput

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
28/10/2020 05:00
Melawan Jiwa Keriput
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

ORANG Jepang lebih mengenal Samuel Ullman (1840-1924) ketimbang orang Amerika Serikat. Padahal, sang penyair itu ialah warga AS. Semua gara-gara Jenderal Douglas McArthur, komandan perang AS untuk Asia-Pasifik yang bermarkas di Jepang.

Sang 'Singa Pasifik' dalam Perang Dunia II itu menyimpan prosa tulisan Ullman di dompetnya. Judulnya Youth, alias 'Pemuda'. Ke mana McArthur pergi, ia selalu memperlakukan prosa liris 'Pemuda' laiknya jimat. Ia menyelipkan ungkapan prosa itu dalam pidato-pidatonya. Sebelum pergi dari Jepang, McArthur pun membingkai prosa 'Pemuda' itu lalu ia gantung di dinding meja kerjanya di Tokyo.

Bait penting prosa liris yang ditulis saat Ullman berusia 78 tahun itu terjemahan bebasnya kurang lebih begini: 'Muda itu bukan urusan umur, melainkan sikap pemikiran; bukan berarti pipi kemerahan, bibir merah merekah dan dengkul yang lentur, melainkan terletak pada kemauan, kualitas imajinasi, kekuatan emosional, kesegaran dan kebugaran dari sumber paling dalam kehidupan'.

'Umur bisa mengeriputkan kulit, tapi kehilangan antusiasme hidup akan mengeriputkan jiwa. Tak peduli usia Anda 60 atau 16 tahun, jangan pernah kehilangan gairah yang tak habis-habisnya untuk ingin tahu apa yang terjadi, dan menikmati permainan hidup serta kehidupan', tulis Ullman.

Kutipan itu dipajang Douglas McArthur dan 40 tahun kemudian menyebar di kalangan eksekutif Jepang, baik yang muda maupun apalagi yang tua. Gairah itu menjadi dapur pacu mereka untuk maju. Pada 1990 sampai diadakan pertemuan besar pengagum Samuel Ullman.

Di Indonesia, jiwa muda seperti yang ditulis Ullman itu menemukan muaranya saat Sumpah Pemuda dipekikkan. Sumpah Pemuda itu ialah tekad. Tekad dari suatu kaum yang progresif. Penanda utama pemuda bukanlah usia, melainkan situasi mental kejiwaan (state of mind).

Itulah mengapa yang muda ialah jiwa mereka. Saat mereka memilih bahasa Melayu-Indonesia, bukan bahasa Jawa yang jadi bahasa mayoritas peserta Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, itu berarti pengorbanan. Jiwa muda mereka mampu menembus sekat.

Gairah muda mereka mengalahkan kesulitan. Pemancangan bahasa Melayu-Indonesia, misalnya, bukanlah perkara mudah. Bagi pemuda-pelajar yang terdidik dalam persekolahan bergaya Eropa, penggunaan bahasa Indonesia membawa kesulitan serius: menimbulkan kegagapan bagi pembicara dan kebingungan bagi pendengar. Namun, kurang dari tiga bulan, masalah bahasa bisa mereka atasi.

Bahasa persatuan Sumpah Pemuda itu ialah kebesaran jiwa. Meski sebagian besar pemuda-pelajar waktu itu berasal dari Tanah Jawa, mereka rela berkorban tidak memaksakan bahasa mayoritas (bahasa Jawa) sebagai bahasa persatuan. Demi mengusung gagasan kebangsaan yang egaliter, mereka sepakat menjadikan bahasa Melayu-Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Jiwa-jiwa muda itu mengalahkan jiwa keriput. Apa itu? Jiwa yang kehilangan bahasa bersama: 'bahasa optimisme'. Jiwa keriput itu kehilangan gairah maju. Ia tak punya nyali, berwajah murung, lenyap kegembiraan. Bahasanya dipenuhi keluh kesah, nyinyir, kebencian. Pokoknya bahasa geram.

Hari ini, setelah 92 tahun, Indonesia butuh menyalakan lagi Sumpah Pemuda. Agar jiwa-jiwa muda terus hidup, mengalahkan jiwa keriput yang terus mengempis. Supaya usia muda (16-30 tahun) tidak cuma menggelembung dalam struktur demografi, tetapi juga membesar secara mental muda.

Kritik bahwa tampilnya orang-orang berusia muda dalam berbagai bidang kehidupan tidak memperkuat semangat 'kaum muda' tak bisa dianggap enteng. Suara bahwa kaum muda kebanyakan tak sanggup mengambil jarak dari 'kaum tua' yang mewariskan tradisi korupsi dan keterbelakangan; kebanyakan juga tidak menunjukkan kehendak untuk memuliakan harga diri bangsa mereka melalui pengetahuan dan gagasan kemajuan, harus dijawab.

Gambaran bahwa figur-figur politik berusia muda beradu cepat meraih puncak-puncak kekuasaan tanpa kekuatan etos kejuangan yang etis, miskin imajinasi, cenderung mengambil jalan sesat dalam meraih kekuasaan, dan tidak menunjukkan vitalitas daya yang progresif, tidak bisa lagi dianggap sekadar nyanyian orang-orang dengki.

Seperti pesan Samuel Ullman, "Setiap hati hendaknya memasang antena untuk menerima pesan keindahan, harapan, kegembiraan, gairah, keberanian, dan kekuatan dari alam semesta yang tak terbatas maka Anda akan selalu muda. Bila antena itu tak keluar, jiwa akan diselimuti salju pesimisme dan sinisme. Anda bisa tua pada usia 20 tahun, dan sebaliknya bila antena keluar memanjang menangkap sinyal optimisme tadi, ada harapan Anda akan mati muda pada usia 80 tahun."



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima