Malas Baca Rajin Unjuk Rasa

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
09/10/2020 05:00
Malas Baca Rajin Unjuk Rasa
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

TODAY a reader, tomorrow a leader’. Ini tulisan yang saya temukan terpampang di dinding satu rumah baca warga di Balikpapan, Kalimantan Timur. Saya mengunjungi rumah baca itu pada Ramadan 2019 bersama Pertamina. Rumah baca itu CSR Pertamina.

Tulisan tersebut karya Margaret Fuller, seorang jurnalis, kritikus, dan penganjur hakhak perempuan di Amerika. Maknanya kira-kira, bila Anda gemar membaca kini, Anda jadi pemimpin kelak.

Banyak pemimpin sekaligus pembaca buku. Susilo Bambang Yudhoyono presiden yang gemar baca buku. Jokowi, kabarnya, tidak terlalu gemar baca buku, tetapi dia yang ‘dibaca’. Banyak buku tentang Jokowi ditulis orang. Banyak skripsi, tesis, disertasi, yang membahas Jokowi dari berbagai sisi.

Di tengah gelombang unjuk rasa menolak RUU KPK di gedung parlemen akhir 2019, muncul meme berupa gambar kaus oblong bertuliskan ‘Today a demonstrator, tomorrow a leader’. Maknanya kurang lebih, bila Anda berunjuk rasa kini, Anda pemimpin kelak. Meme ini saya temukan di aplikasi pertukaran pesan yang saya ikuti.

Bersamaan dengan itu, di grup yang sama muncul meme berupa foto Budiman Sudjatmiko, Adian Napitupulu, Fadli Zon, Fahri Hamzah. Di bawahnya tertulis ‘Ke mana mereka?’. Keempatnya waktu itu anggota DPR RI. Mereka termasuk pemimpin. Saya yakin keempatnya juga gemar membaca. Semasa mahasiswa, menjelang reformasi, mereka berdemonstrasi di Gedung DPR.

Apakah yang menjadikan mereka pemimpin lebih karena mereka gemar membaca atau lebih karena mereka demonstrator? Paling tidak, gemar membaca membuat mereka paham apa yang mereka perjuangkan dalam unjuk rasa. Unjuk rasa mereka berdasar.

Tiga hari belakangan, buruh dan mahasiswa berunjuk rasa menentang pengesahan undang-undang omnibus law. Mereka mendemo DPR yang mengesahkan undang-undang itu. Tinggal Adian dan Fadli Zon yang masih jadi anggota DPR.

Salah satu penelepon di acara Bedah Editorial di Metro TV kemarin mempertanyakan jangan-jangan pengunjuk rasa tidak membaca UU omnibus law. yang disahkan. Memang banyak yang menyebut buruh atau mahasiswa mempersoalkan omnibus law karena mereka belum membaca substansinya. Boleh jadi mereka hanya membaca hoaks tentang undang-undang itu. Hoaks itu memuat rancangan lama undang-undang itu.

Hoaks antara lain memuat penghapusan hak-hak buruh, seperti hak cuti, upah minimum, alih daya. Padahal, omnibus law mengatur dan mengakomodasi hak-hak buruh. Hoaks lain mengatakan terjadi sentralisasi perizinan serupa masa Orde Baru. Padahal, perizinan tetap di tangan kepala daerah. Namun, bila dalam jangka waktu tertentu kepala daerah tak kunjung mengeluarkan izin, pusat berwenang menerbitkannya. Juga soal lingkungan, hoaks menyebutkan tidak ada lagi amdal. Padahal, amdal tetap wajib hukumnya hanya lebih disederhanakan.

Barangkali karena malas membaca isi undang-undang, mereka lalu berunjuk rasa. Kalaupun mereka membaca dan kemudian berunjuk rasa, itu karena mereka membaca informasi hoaks. Dengan perkataan lain, hoaks yang mereka baca itulah yang menyulut mereka berunjuk rasa. Bila seperti ini proses mereka berunjuk rasa, adagium today a demonstrator, tomorrow a leader kiranya tidak berlaku.

Tidak terlalu salah sebetulnya orang malas membaca undangundang omnibus law, yang jumlahnya sampai 1.000 halaman itu. Namanya juga undang-undang sapu jagat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menyampaikan sejumlah substansi omnibus law. Pemerintah, saya perhatikan, mulai memviralkan substansi omnibus law. Lebih bagus lagi jika kita semua membuka diri untuk berdialog.

Tujuan utama pemerintah menyampaikan substansi omnibus law melalui informasi di media maupun dialog bukan untuk meredam atau mengakhiri unjuk rasa. Toh, semestinya hari ini tidak ada lagi unjuk rasa. Tujuan utamanya ialah memberi kesempatan kepada kita semua untuk ‘membaca’ dan memahami substansi Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja. Siapa tahu di antara mahasiswa atau buruh yang membaca undang-undang omnibus law kelak ada yang menjadi pemimpin.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima