Rumus Investasi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
07/10/2020 05:00
Rumus Investasi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

MENDATANGKAN investasi itu butuh kepercayaan, kepastian, kemudahan, kenyamanan. Membuat investor betah tinggal juga perlu kepastian, kenyamanan, kepercayaan. Tanpa itu semua, alih-alih mendatangkan investasi baru, investasi lama malah bisa hengkang.

Sesimpel itulah rumusnya. Namun, mempraktikkan rumus yang mudah ternyata tidak segampang membalikkan telapak tangan. Tidak bisa simsalabim. Buktinya, dalam beberapa tahun belakangan problem hambatan investasi di Republik ini tidak sepenuhnya bisa dibabat.

Akhir tahun lalu, Bank Dunia mencatat masih ada sederet permasalahan yang tidak mendukung iklim investasi di Indonesia. Dalam laporan berjudul Global Economic Risk and Implications for Indonesia itu Bank Dunia menulis investasi di Indonesia masih berisiko, rumit, dan tidak kompetitif. Regulasi pun tidak terprediksi, inkonsisten, dan bertentangan. Juga ada analisis lembaga lainnya tentang isu produktivitas tenaga kerja.

Hal tersebut melatarbelakangi keengganan investor, terutama investor luar negeri, menanamkan modal mereka. Di lapangan, analisis Bank Dunia itu telah berkali-kali terkonfirmasi. Hingga akhir tahun lalu, misalnya, dari 33 pabrik yang keluar dari Tiongkok, tidak ada satu pun yang melirik Indonesia sebagai tujuan investasi selanjutnya. Dari jumlah itu, 23 di antaranya memilih berinvestasi di Vietnam. Sisanya menuju Malaysia, Kamboja, dan Thailand.

Pada 2017, sebanyak 73 perusahaan Jepang berelokasi ke kawasan Asia Tenggara. Sebanyak 43 di antaranya lagi-lagi memilih Vietnam, 11 perusahaan ke Thailand, dan Filipina. Indonesia hanya didatangi 10 perusahaan Jepang yang hengkang itu.

Kabar baiknya, mulai ada pembenahan di sejumlah sektor. Dampaknya, hingga semester pertama 2020 ini, sudah ada tujuh perusahaan yang berkomitmen membuka pabrik di Indonesia. Satu di antaranya, yakni PT Meiloon Technology Indonesia (yang merelokasi pabrikdari Suzhou, Tiongkok), sudah melakukan groundbreaking pabrik di Subang, Jawa Barat. Meiloon ialah perusahaan asal Taiwan yang bergerak di bidang usaha industri sepiker, audio, dan video elektronik.

Tanpa mengurangi rasa syukur atas berlabuhnya tujuh perusahaan yang memindahkan pabrik mereka dari Tiongkok ke Indonesia, kita belum selayaknya terlalu bergembira saat ini. Lagi-lagi alasannya klise, itu masih belum sepadan dengan keberhasilan yang diraih Vietnam.

Rayuan maut Vietnam terbukti ampuh menggaet investor. Data realisasi investasi Vietnam tahun lalu kian mengonfirmasikan kisah sukses itu. Investasi asing langsung di Vietnam pada semester I 2019 sebanyak US$18,47 miliar. Adapun BKPM mencatat FDI atau penanaman modal asing di Indonesia pada semester I 2019 sebesar US$14,18 miliar. Terpaut lebih dari US$4 miliar dari Vietnam.

Resepnya simpel, sebagaimana yang sudah diteliti berbagai institusi dan diakui banyak pihak, termasuk oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia. Intinya tetap: kepercayaan, kepastian, kemudahan, kenyamanan.

Di Vietnam, investasi cukup datang ke BKPM setempat. Persoalan tanah, izin, dan hal-hal prinsip bisa clear di satu tempat. Ibaratnya, BKPM Vietnam itu dia yang memulai, dia pula yang mengakhiri. "Kalau BKPM Indonesia, dia yang memulai, enggak tahu kapan mengakhiri," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia beberapa bulan setelah dilantik.

Musabab lainnya mengapa Vietnam mampu menggenjot realisasi investasi ialah tingginya tingkat efisiensi dalam perekonomian dan biaya investasi di sana. Hal tersebut ditunjukkan dengan rendahnyaincremental capital-output ratio(ICOR) Vietnam jika dibandingkan dengan Indonesia (semakin rendah ICOR, semakin efisien biaya investasi). Nilai ICOR Vietnam di kisaran 3 hingga 4, sedangkan Indonesia dua kali lipat, yakni 6,6.

Biaya yang inefisien itu muncul dalam bentuk turunan berupa realisasi izin yang lama (di Indonesia satu tahun, di Vietnam dua bulan), regulasi yang tidak pasti dan tumpang-tindih, hingga produktivitas tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Secara pertumbuhan, Indonesia masih lebih lambat dalam hal peningkatan produktivitas pekerjanya daripada Vietnam. Indonesia cuma tumbuh 2,6%, sedangkan Vietnam bisa tumbuh sampai 7%.

Sebaliknya, dalam hal realisasi kenaikan upah per tahun, Vietnam tak seeksplosif Indonesia. Kenaikan upah di Indonesia per tahun bisa lebih dari 8%, sedangkan Vietnam 3,3% sampai 5,7%.

Kehadiran omnibus law mestinya bisa meruntuhkan tebalnya dinding hambatan investasi di negeri ini. Tapi rupanya tidak semua elemen bisa menerima kehadiran UU sapu jagat tersebut. Namun, solusi harus tetap dicari. Jika tidak, negeri ini akan selalu tercecer dalam perlombaan menggaet investasi.

Hanya berkutat dalam perdebatan dan saling menyalahkan membuat kita semua berkubang dalam kegelapan. Sebagaimana pesan penting dari Winston Churchil, 'daripada terus menyalahkan kegelapan, lebih baik kita nyalakan sebatang lilin'.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima