Wawancara Kursi Kosong

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
02/10/2020 05:00
Wawancara Kursi Kosong
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APAKAH mewawancarai bangku kosong termasuk kerja jurnalistik? Begitu antara lain pertanyaan yang mengiringi wawancara Najwa Shihab dengan bangku kosong yang semestinya diduduki Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Naj wa, katanya, sudah mengundang Terawan beberapa kali, tetapi yang bersangkutan tak kunjung hadir untuk diwawancarai soal pandemi covid-19 di program Mata Najwa.

Sebagian orang menyebut Najwa melakukan wawancara imajiner. Najwa justru melakukan kerja jurnalistik bila dikatakan mewawancarai bangku kosong ialah wawancara imajiner.

Dalam dunia jurnalisme, meski tak semua sepakat, dikenal istilah wawancara imajiner. Dalam wawancara imajiner yang ‘diwawancarai’ biasanya tokoh yang sudah meninggal, yang tak mungkin dihadirkan. Oleh karena itu, pewawancara harus paham betul isi kepala alias pikiran sang tokoh.

Christianto Wibisono punya rubrik wawancara imajiner dengan Bung Karno di tabloid Detak pada 1990-an. Christianto pastilah menyelami pikiran-pikiran Bung Karno. Dia menuliskan hasil wawancara dengan Bung Karno dalam bentuk tanya jawab. Christianto bertanya, Bung Karno menjawab. Sebetulnya Christianto yang bertanya sekalian menjawab pertanyaannya itu. Oleh karena itu, wawancara imajiner sesungguhnya masuk kategori opini, bukan reportase.

Najwa bermaksud mewawancarai tokoh sehat walafi at yang masih sangat mungkin dihadirkan untuk diwawancarai. Bila Terawan tidak hadir, Najwa dan tim perlu lebih telaten meyakinkan Terawan supaya mau hadir. Siapa tahu besok-besok, Terawan bersedia hadir.

Betul pejabat publik harus berbicara kepada publik sebagai pertanggungjawaban. Namun, pejabat publik berbicara kepada publik tidak harus di program Mata Najwa. Wawancara Najwa dengan bangku kosong yang semestinya ditempati Terawan memberi kesan Terawan wajib hukumnya berbicara di Mata Najwa.

Ketidakhadiran narasumber kiranya tak elok menjadi alasan pewawancara mewawancarai bangku kosong. Kelak dengan alasan narasumber menolak diwawancarai, wartawan tak mengapa mewawancarai kursi kosong serupa yang dilakukan Najwa. Wartawan, dengan alasan Najwa pernah melakukannya, kelak boleh mewawancarai kursi kosong. Wartawan meniru Najwa.

Najwa sendiri meniru pewawancara lain yang mewawancarai kursi kosong. Pembawa acara televisi di Inggris, Kay Burley, mendapati narasumber yang sudah dijadwalkan batal hadir untuk diwawancara. Narasumbernya semestinya Ketua Partai Konservatif Inggris, James Cleverly. Burley lantas memuntahkan rentetan pertanyaan ke kursi kosong yang seharusnya menjadi tempat duduk Cleverly.

Najwa boleh jadi mewawancarai kursi kosong yang sedianya diduduki Terawan karena sudah ada ‘yurisprudensi’, preseden, atau contoh perkara, yakni wawancara Burley dengan kursi kosong yang semestinya diduduki Cleverly. Apakah kelakuan orang di masa lalu tiba-tiba bisa menjadi pembenar orang lain melakukan hal serupa?

Najwa menghamburkan berondongan pertanyaan kepada kursi kosong yang seharusnya diduduki Terawan. Najwa tidak ber tingkah seolah dia Terawan yang menjawab rentetan pertanyaan itu. Ini tidak seperti Christianto Wibisono yang seolah menjadi Bung Karno dengan jawaban-jawaban imajiner atas berbagai pertanyaan imajiner.

Dalam wawancara jurnalistik, baik imajiner maupun sungguhan, pewawancara mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban. Wartawan membutuhkan jawaban narasumber. Narasumber yang semestinya lebih banyak berbicara, bukan wartawan. Wartawan mendengar dan menyimak jawaban narasumber. Wawancara pada hakikatnya the art of listening, seni mendengar.

Ketika mewawancarai kursi kosong, Najwa tidak mendapatkan jawaban narasumber. Najwa tidak mungkin mendengar jawaban narasumber. Malah cuma Najwa yang berbicara.

Dua syarat, yakni yang diwawancarai tokoh yang sudah wafat dan sang tokoh menjawab pertanyaan, tidak terpenuhi dalam ade gan Najwa mewawancarai kursi kosong yang sedianya diduduki Terawan. Itu bukan wawancara imajiner, juga bukan wawancara sungguhan. Itu bukan kerja jurnalistik.

Kalau bukan kerja jurnalistik, lantas apa? Di medsos, ada yang menyebut perundungan siber. Ada yang menyebut persekusi. Ada pula yang menyebut monolog. Pun, ada yang menyebut drama, teater. Ada lagi yang menyebut itu peradilan in absentia.

Orang tentu bebas berpendapat. Saya mau setop pada pendapat Najwa tidak sedang menjalankan pekerjaan jurnalistik ketika dia mewawancarai kursi kosong yang ia bayangkan diduduki Menkes Terawan.

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima