Jurus Kungfu Boy

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
16/9/2020 05:00
Jurus Kungfu Boy
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

PARA penggemar komik silat banyak yang sudah mafhum dengan Kungfu Boy. Serial manga karangan Takeshi Maekawa itu membawa imajinasi yang melekat di benak pembacanya akan sebuah jurus paripurna milik pendekar Tekken Chinmi. Jurus mematikan itu bernama 'Kungfu Peremuk Tulang'. Dikatakan jurus paripurna karena ia mampu memungkasi peperangan dengan kemenangan gilang-gemilang atas rupa-rupa musuhnya.

Dalam filosofi Tekken Chinmi atau Kungfu Boy, menguasai satu jurus, tetapi mematikan jauh lebih berharga ketimbang menggenggam seratus jurus, tetapi setengah-setengah. Itu artinya, kemenangan dalam peperangan amat mungkin diraih dengan fokus dan konsistensi tinggi.

Sayangnya, perjalanan menemukan jurus sakti untuk menyudahi peperangan dengan kemenangan itu sangat terjal. Butuh stamina prima, perlu daya tahan ekstra. Singkatnya, harus punya stok endurance berlimpah.

Seperti itu pula gambaran ikhtiar kita memenangi peperangan melawan pandemi covid-19. Sampai saat ini, upaya mendapatkan jurus pamungkas tersebut belum sepenuhnya gol. Pada saat yang bersamaan, sang musuh, korona, terus melipatgandakan 'kekuatan' dengan cara bermutasi.

Saat ikhtiar memperoleh vaksin masih memasuki uji klinis tahap III (bahkan vaksin Merah Putih usaha anak bangsa baru akan masuk fase uji praklinis terhadap mamalia), kita dihadapkan pada kurva positif kasus covid-19 yang terus mendaki. Dalam satu setengah bulan terakhir, angka positivity rate kita naik dari 11% ke 14%. Saat pekan-pekan sebelumnya penambahan kasus positif masih di zona 2.000-an, dalam dua pekan terakhir naik ke level 3.000-an.

Tingkat kematian (fatality rate) juga masih tinggi, yakni 4,08%, lebih tinggi daripada rata-rata dunia yang sebesar 3,24%. Banyak orang kehilangan sanak saudara tercinta, bahkan dunia telah kehilangan sejumlah tokoh, pemikir besar, para dokter dan pejuang garda depan yang tidak mudah digantikan.

Kabar baiknya, penanganan kesehatan yang tecermin dari tren tingkat penyembuhan covid-19 di Indonesia lumayan baik. Persentasenya bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata negara berpenduduk besar di dunia. Bahkan Indonesia lebih baik ketimbang AS dengan rasio kesembuhan 71,19% berbanding 58,72%.

Di tengah kurva mendaki covid-19 tersebut, kita juga dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi. Resesi atau kemerosotan ekonomi terjadi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi, seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Kini, banyak yang mulai khawatir, kita bakal masuk pintu pertama resesi. Setelah ekonomi tumbuh positif 2,9% di kuartal pertama, lalu tumbuh negatif 5,2% di kuartal kedua, banyak analis memprediksi pertumbuhan ekonomi kita bakal kembali negatif di kuartal ketiga yang hanya menyisakan dua pekan lagi. Mulai muncul pula imajinasi sejumlah orang jika resesi berlanjut, bakal muncul depresi ekonomi.

Kolomnis Sidney J Harris membedakan istilah-istilah di atas dengan cara ini, "Sebuah resesi ialah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan, depresi ialah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan."

Memang, tidak seperti Singapura yang mengandalkan perekonomian negerinya dari perdagangan dan ekspor, Indonesia boleh 'bernapas lega' karena geliat perekonomiannya ditopang sektor konsumsi. Angkanya cukup besar: 58%. Namun, kemampuan daya beli ada batasnya. Saat tabungan terus terkuras pada titik tertentu akan terjadi sesak napas.

Belum lagi ditambah dengan postur tenaga kerja kita yang didominasi pekerja informal. Mereka yang setengah bekerja dan setengah menganggur ini, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2019), jumlahnya 72 juta orang dari total 126,5 juta pekerja di Indonesia. Para pekerja informal yang bekerja hari ini untuk makan hari ini tersebut punya dua risiko yang sama berat: terpapar (covid-19) atau terkapar.

Itulah yang memunculkan dilema saban pemerintah memutuskan langkah mengatasi pandemi korona. Tidak mengherankan jika selalu muncul frasa 'tetap injak rem atau mulai ngegas' dalam sejumlah keputusan yang diambil.

Merujuk pada tren penambahan kasus positif covid-19, tancap gas jelas bukan langkah yang bijak. Kebijakan menyeimbangkan rem dan gas, sama juga dengan menggenggam seratus jurus, tetapi setengah-setengah. Maka yang harus diprioritaskan ialah taklukkan dulu musuh utama secara fokus dan konsisten.

Apa yang dikatakan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir bahwa penanganan kesehatan harus diutamakan ketimbang ekonomi sudah tepat. Tinggal merapikan semua pasukan dalam orkestrasi yang sama dengan pernyataan Erick saat memberikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke-63 Unpad, Jumat, (11/9).

Boleh jadi, dengan fokus tinggi dan konsistensi tiada henti, jurus Kungfu Peremuk Tulang bakal dikuasai.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima