Matinya Keulamaan

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
09/9/2020 05:00
Matinya Keulamaan
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/EBET)

KEPAKARAN, kata Tom Nichols dalam buku The Death of Expertise, telah mati. Tengah berlangsung fenomena matinya kepakaran. Yang membunuhnya mereka yang mendadak pintar, pakar, dan berilmu, yang hanya berguru pada informasi-informasi di internet yang tak terjamin kebenarannya. Mereka kemudian memperlihatkan kepakarannya melalui internet atau media sosial.

Orang berilmu, orang pandai, dan pakar, dalam bahasa Arab disebut alim ulama. Makna ulama lalu mengalami penyempitan menjadi orang yang memiliki ilmu agama Islam. Kita kadang menyebut ulama atau mereka yang memiliki ilmu agama Islam itu sebagai ustaz.

Serupa fenomena mendadak jadi pakar, fenomena mendadak jadi ulama atau ustaz pun terjadi dewasa ini. Para ustaz atau ulama dadakan ini memperoleh ilmu agama Islam dengan nyantri di internet. Mereka lalu berdakwah melalui media sosial. Media arus utama, terutama televisi, ikut-ikutan memberi 'panggung' kepada mereka. Matinya keulamaan pun mulai menggejala.

Ada yang menyebut mereka yang mendadak jadi ulama itu sebagai ulama jadi-jadian. Ada pula yang menyebut mereka ulama instan. Serupa mi instan yang siap disantap tanpa repot-repot mengolahnya, ulama instan tak perlu repot-repot berolah pikir dengan belajar di pondok pesantren.

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ketika menjadi Ketua PBNU mengatakan akan datang suatu masa orang yang bukan 'keturunan' pesantren dipanggil ustaz. Maksud Gus Dur, bakal banyak orang menjadi ustaz tanpa harus belajar di pesantren. Ramalan Gus Dur kini terbukti.

Dalam bahasa KH Ma'ruf Amin yang kini menjabat wapres, banyak yang tidak mondok, tetapi jadi ulama. Ma'ruf Amin menyebut mereka sebagai orang yang diulamakan, bukan ulama sungguhan.

Celakanya, umat gemar mendengar ceramah ulama jadi-jadian atau instan ini. Bahkan, ada umat yang mengultuskan para ulama model begini sampai-sampai mereka menuding siapa pun yang mengkritik ulama tersebut sebagai penista ulama.

Para ulama instan ini menarik hati umat biasanya dengan ceramah keras, mengumbar ujaran kebencian, memaki, dan mengafirkan yang berbeda, kadang sembari melucu. Media arus utama, terutama televisi, kerap menampilkan mereka karena gaya dan konten mereka dirasa bisa meningkatkan rating. KH Ma'ruf Amin menyebut ustaz atau ulama yang gemar memaki sebagai almakiyun, ahli memaki.

Kementerian Agama berencana melaksanakan program ulama, ustaz, dai, atau penceramah besertifikat. Tujuannya meningkatkan kompetensi dan kualitas pemahaman moderasi beragama serta wawasan kebangsaan.

Program ulama besertifikat, sertifikasi ulama, atau apa pun itu namanya kontan memicu polemik. Polemik ini muncul bukan baru sekarang ketika Kementerian Agama menggagasnya, melainkan sejak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggagas program serupa pada 2012.

Ada yang mengatakan tidak setuju ulama disertifikasi karena dalam Islam dikatakan bahkan orang yang mengerti satu ayat sekalipun diwajibkan berdakwah. Persoalannya bagaimana kalau satu-satunya ayat yang dimengerti dan didakwahkannya ayat kebencian atau ayat makian? Program dai besertifikat menjadikan ustaz atau ulama mengerti lebih banyak ayat kebaikan.

Di negara lain, seperti Singapura, Uni Emirat Arab, Malaysia, bahkan Arab Saudi, ulama juga disertifikasi. Guru atau wartawan yang mengajarkan atau menginformasikan ilmu dan pengetahuan duniawi saja harus disertifikasi, masa ustaz yang mengajarkan ilmu duniawi plus ukhrawi tak disertifikasi?

Program ulama besertifikat ini kiranya bertujuan mengatasi kehadiran atau keberadaan ulama dadakan, ulama jadi-jadian, dan ulama instan. Program ulama besertifikat menghindarkan kita dari fenomena matinya keulamaan.

Namun, Kementerian Agama harus konsisten dan tegas bila sungguh-sungguh ingin menjalankan program ulama besertifikat ini. Mengikuti program ini semestinya bukan kesukarelaan, melainkan keharusan bagi siapa pun yang disebut atau ingin disebut ulama.



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima