Arab, India, Tionghoa: Merdeka!

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
19/8/2020 05:00
Arab, India, Tionghoa: Merdeka!
(Dok.MI/Ebet)

'KAMU datang kemari untuk melucuti serdadu Jepang, bukan untuk menentang bangsa Indonesia yang cinta damai. Kamu datang dari berbagai pelosok India dari berbagai elemen agama, tetapi kamu tetap saudara dari Pandit Jawaharlal Nehru, dan putra dari Ibu Pertiwi India, di mana kita melihat Ram, Vishma, Sivaji, Ranapratap. Kamu tidak boleh melupakan masa silammu, kamu ialah turunan dari nabi-nabi yang besar. Saudara kami orang Sikh harus ingat Guru Govinda yang agung yang berjuang untuk kemerdekaan, perang suci, dan bangsa Indonesia membandingkan Indian National Congres, Hindu Mahasava, Moslim League, dan Akali Sikdal.'

Begitu bunyi penggalan selebaran yang beredar di Medan, Sumut, di masa pergolakan. Selebaran itu mengajak tentara sekutu asal India untuk bergabung membela Indonesia. Ketika pada 1946, Kota Medan diduduki tentara India-Inggris Divisi ke-26, banyak anggota pasukan yang beragama Islam menyatakan diri bergabung dengan pasukan bersenjata bangsa Indonesia. Kebanyakan mereka yang masih tinggal di Medan menjadi warga negara Indonesia berpencar mencari nafkah ke berbagai tempat di Sumatra dan Jawa.

Banyak orang Tionghoa berpihak kepada Republik. Salah satunya Chu Teng Ko. Di masa revolusi fisik, Chu dikenal sebagai tokoh Tionghoa yang membantu perjuangan kaum Republik di Medan. Dari Belawan, Chu membawa lateks (lembaran karet) ke Singapura untuk ditukar dengan senjata, amunisi, obat-obatan, pakaian, bahan makanan, suku cadang mobil dan motor, serta rokok yang dipesan kaum Republiken. Selain Chu, beberapa orang Tionghoa yang membantu Republik yang kemudian tertangkap di Belawan dan pelabuhan sekitarnya ialah Goh Sian Hui, Goh Teng Tjin, Sit Liong Seng, Sit Kim Seng, Lau Tai San, Shu Goan Tjeong, Teoh Bock Tjoan, dan perwira angkatan laut Republik yang legendaris Jhon Lie.

Tercatat empat orang Tionghoa menghadiri Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Syair lagu Indonesia Raya yang digubah WR Supratman pertama kali muncul pada 1928 di koran Sin Po milik orang Tionghoa tempat WR Supratman bekerja sebagai wartawan. Liem Koen Hian (pendiri Partai Tionghoa Indonesia, PTI), Oey Tiang Tjoei, dan Tan Eng Hoa menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada masa pendudukan Jepang, serta seorang pada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yakni Yap Tiam Bing.

Lagu Hari Merdeka yang setiap peringatan Hari Kemerdekaan kita kumandangkan diciptakan Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar. Kita lebih mengenalnya sebagai Habib Husein Muthahar atau H Muthahar. Dari namanya terang benderang H Muthahar berdarah Arab. H Muthahar juga menciptakan lagu Syukur. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka dan Paskibraka Indonesia.

Selain H Muthahar, kita mengenal Abdurrahman Baswedan yang berkat diplomasinya, eksistensi Indonesia secara de jure dan de facto diakui Mesir dan negara-negara Arab lainnya. Serupa Baswedan, kita mengenal Hamid Algadri sebagai diplomat ulung dalam berbagai perundingan RI-Belanda. Kita juga mengenal Faradj bin Said yang kediamannya di Pegangsaan Timur No 56 Jakarta menjadi tempat Soekarno-Hatta mendeklarasikan Proklamasi. Tentu masih banyak tokoh berdarah Arab yang berkontribusi bagi Kemerdekaan Indonesia.

Negara-negara Asia dan Afrika mendukung Kemerdekaan RI antara lain karena 'perasaan' senasib-sepenanggungan sebagai negara jajahan. Itulah yang kemudian melahirkan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika di Bandung pada 1955. Dalam konferensi itu mereka mencanangkan kerja sama ekonomi sembari menentang kolonialisme dan neokolonialisme.

Sejumlah organisasi asing mendukung Kemerdekaan Indonesia. Salah satunya Ikhwanul Muslimin di Mesir. Syahrir dan H Agus Salim menjumpai pimpinan Ikhwanul Muslimin Hassan Al-Banna untuk mengucapkan terima kasih atas dukungan organisasi tersebut. Organisasi lain yang membantu Kemerdekaan RI ialah National Maritime of USA, organisasi buruh pelayaran Amerika Serikat. Mereka memboikot 11 kapal Belanda yang akan mengirim perlengkapan perang dan logistik bagi serdadu Belanda di Indonesia. Tentu masih banyak kelompok dan individu asing yang menyokong Kemerdekaan Indonesia.

Arab, India, dan Tionghoa, seringkali dianggap sebagai 'suku-suku pendatang'. Mereka memeluk agama berbeda-beda. Arab sudah barang tentu beragama Islam. Tionghoa kebanyakan beragama Konghucu atau Buddha. Orang India yang bergabung membela Indonesia di masa pergolakan kebanyakan beragama Islam, tetapi, seperti kita baca di selebaran, mereka membantu Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia disemangati bukan saja oleh nilai-nilai Islam, melainkan juga Hindu dan Sikh.

Sejarah memperlihatkan orang-orang Arab, India, dan Tionghoa, bahkan ketika mereka mungkin belum menjadi orang Indonesia, berkontribusi pada Kemerdekaan Indonesia secara proporsional, sesuai kemampuan dan situasi pada saat itu. Jangan ada yang merasa paling berkontribusi bagi Kemerdekaan RI. Orang-orang Arab, India, Tionghoa dengan agama yang mereka peluk masing-masing sama-sama berteriak, "Merdeka!"



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima