Lahan Gambut

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
14/7/2020 05:00
Lahan Gambut
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PADA 1995 Presiden Soeharto memikirkan perlunya ekstensifikasi lahan pertanian akibat terus berkurangnya pematang sawah di Pulau Jawa. Industrialisasi yang gencar dilakukan sejak 1988 membuat alih fungsi lahan pertanian terjadi besarbesaran. Ancaman kekurangan pangan diantisipasi karena jumlah penduduk Indonesia terus bertambah.

Ahli ekonomi Inggris Thomas Robert Malthus sejak akhir abad ke-19 sudah mengingatkan pentingnya memperhatikan kesediaan pangan. Dunia akan dihadapkan kepada kelangkaan pangan karena jumlah penduduk akan bertambah seperti deret ukur, sedangkan produksi pertanian hanya bertambah seperti deret hitung.

Langkah yang ditempuh Presiden Soeharto ketika itu ialah memanfaatkan lahan luas di Kalimantan Tengah untuk dijadikan lahan pertanian. Dana besar disiapkan untuk membangun bendungan, saluran irigasi, dan petak-petak persawahan. Sejuta hektare proyek yang digagas memunculkan harapan produksi yang melimpah.

Sayangnya, sampai akhir pemerintahan Presiden Soeharto, proyek itu tidak pernah terealisasi. Proyek raksasa itu bukan hanya mangkrak, tetapi menimbulkan korupsi yang luar biasa besarnya. Beberapa pejabat akhirnya harus mendekam di dalam penjara.

Seperempat abad kemudian ide itu kembali muncul. Presiden Joko Widodo mengharapkan lahan gambut di Kalteng dijadikan lumbung pangan. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ditunjuk sebagai penanggung jawab proyek.

Kita tentu berharap untuk belajar dari kesalahan masa lalu. Kita tidak boleh seperti keledai yang terantuk di batu yang sama dua kali. Jangan sampai proyek ini juga terbengkalai lagi dan akhirnya membawa mereka yang ditugasi untuk mengerjakannya kembali tersangkut masalah hukum.

Ada tiga hal yang setidaknya harus diperhatikan yakni manajemen, teknologi, dan keterlibatan masyarakat. Kita membutuhkan manajer yang andal dan orientasi pembangunan pertaniannya kuat. Dana besar yang tersedia tidak boleh sampai menggoyahkan orientasinya. Ia harus memiliki pikiran strategik untuk merealisasikan keinginan membangun lumbung pangan.

Kedua, pemimpin proyek harus memiliki pemahaman teknologi yang maju. Pertanian di lahan gambut akan menghadapi tantangan yang berat. Dibutuhkan hadirnya teknologi yang tinggi, mulai dari penyiapan lahan, pengolahan lahan, pemilihan bibit, hingga pemeliharaan dan pemanenan.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya ialah menyiapkan orang yang akan bekerja di lahan gambut. Mereka harus diberi pelatihan mengenai karakter lahan gambut. Semua yang bekerja harus mempunyai disiplin tinggi serta paham tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di lahan gambut.

Kepemimpinan yang kuat dibutuhkan karena kita harus mengerahkan semua ahli pertanian terbaik untuk menggarap tanaman pangan di lahan gambut. Ini bukan proyek coba-coba, tetapi harus benar-benar berhasil. Kita tidak hanya akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat kalau proyek ini sekadar menjadi bancakan, tetapi ketersediaan pangan nasional juga akan terganggu.

Kita sudah berulang kali menyampaikan, wabah covid-19 yang sedang kita hadapi jangan membuat kita menjadi bangsa yang merugi. Inilah kesempatan untuk membangun Indonesia yang baru. Pertanian harus menjadi kekuatan dari bangsa ini untuk mengejar kemajuannya.

Apalagi sekarang banyak masyarakat membutuhkan lapangan pekerjaan. Kita tidak boleh lupa 60% bangsa ini masih hidup dari pertanian. Kita akan bisa menjadi kekuatan dunia apabila mampu menggabung keterampilan masyarakat, teknologi, dan ketersediaan lahan.

Ke depan bukan hanya kita yang membutuhkan ketersediaan pangan yang mencukupi, tetapi juga seluruh bangsa di dunia. Pada masa covid-19 orang semakin membutuhkan pangan yang berkualitas untuk menjaga imunitas. Semua negara di dunia lebih memikirkan untuk memenuhi kebutuhan bangsanya daripada bangsa lain.

Inilah momentum untuk mengubah kebiasaan untuk mengimpor bahan pangan menjadi tabiat memenuhi kebutuhan dengan kemampuan sendiri. Kita pernah membuktikan mampu melakukan itu pada 1984. Seluruh dunia memberikan penghormatan yang tinggi atas keberhasilan kita mengubah dari negara yang terjerat krisis pangan menjadi negara yang mampu melakukan swasembada.

Sanggupkah kita mengulangi keberhasilan itu? Dengan kemajuan yang telah dicapai seharusnya tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Kita hanya membutuhkan kemauan dan kesungguhan untuk merealisasikan mimpi besar bangsa ini. Bukan sebaliknya hanya menjadikan sekadar proyek berdana besar yang dipakai untuk kepentingan sesaat.

 

 

 

 

 

 

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima