Sumbu Pendek

Gaudensius Suhardi, Dewan Redaksi Media Group
22/6/2020 05:00
Sumbu Pendek
(MI/EBET)

SENIORKU punya selera humor tinggi. Ia menertawakan dirinya sendiri. Kata dia, ciri khas manusia dewasa dan modern dapat dilihat dari kesanggupannya untuk menertawakan diri sendiri.

Bercanda mengenai diri sendiri, menurut hasil penelitian Universitas Granada di Spanyol, berkaitan dengan nilai atau tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.

Dengan merujuk hasil penelitian itu, tingkat kesejahteraan psikologis orang yang antihumor sangatlah rendah. Mereka disebut sumbu pendek karena mudah marah dengan emosi tidak stabil.

Mudah marah di masa pandemi covid-19 justru menurunkan imunitas tubuh. Baiklah dipertimbangkan untuk sering-sering menggauli humor agar imunitas tubuh meningkat. Hakikat humor itu rekreasi jiwa. Kata Thomas Aquinas, kesenangan ialah istirahat sang jiwa. Orang yang tak pernah bermain dan bercanda itu melawan akal sehat dan mudah menjadi jahat.

Merawat akal sehat antara lain menyisipkan humor dalam kegiatan serius sekalipun. Parlemen Jerman dikenal paling kaku di dunia. Akan tetapi, studi yang dilakukan Ralph Mueller menyebutkan tetap ada kelucuan. Dari hasil notulensi rapat selama 12 tahun sejak 1994, tercatat ada 7.529 kali peristiwa tertawa.

Studi Mueller yang dikutip Adi Bayu Mahadian dalam artikelnya, ‘Humor Politik sebagai Sarana Demokratisasi Indonesia’, menyebutkan keberadaan peristiwa tertawanya anggota Parlemen Jerman dalam sidang parlemen, sebagai bagian dari keberadaan humor, menunjukkan humor dapat menembus batas kekakuan sebuah konteks situasi bahkan budaya.

Presiden Ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur selalu menghadirkan humor dalam acara resmi kenegaraan. Dalam Sidang Paripurna DPR pada 18 November 1999, Gus Dur menjelaskan latar belakang pembubaran Depsos dan Deppen. “Keterangan saya yang tidak begitu dipahami karena memang enggak jelas bedanya antara DPR dan taman kanak-kanak,” katanya.

Para ahli sepakat bahwa humor politik merupakan faktor penting dalam demokrasi. Penting untuk mengetahui kebenaran pernyataan atau kebijakan, menambah kepercayaan masyarakat dan pemerintah, yang akhirnya meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Dalam dua tahun terakhir ini, humor politik dihadirkan dalam hari ulang tahun DPR RI. Tahun lalu DPR menggelar lomba stand up comedy bertajuk Kritik DPR.

“DPR sudah menjadi parlemen terbuka. Siapa pun boleh kritik DPR tanpa harus merasa takut. Semakin banyak yang mengkritik akan semakin bagus bagi peningkatan kinerja DPR,” ujar Ketua DPR Bambang Soesatyo pada 25 Agustus 2019.

Pemenang lomba, Aji Pratama, pelajar STM II Palembang. Aji mengatakan dirinya yang kerap bolos, tidur di kelas, dan memotong biaya SPP memiliki sifat yang sama dengan para anggota DPR. “Ada anggota DPR suka korupsi, aku juga korupsi, korupsi duit SPP. Cuma bedanya kalau ketahuan. DPR, kalau ketahuan korupsi, dipenjara, enak. Aku waktu itu pernah ketahuan korupsi Rp100 ribu, digesperin sampai nangis,” kata Aji yang membuat para anggota DPR tertawa terbahak-bahak.

Bangsa ini sesungguhnya beradab, bangsa yang sehat, apalagi para elite bersedia mendengarkan kritik atas diri mereka dan mereka pun tertawa terpingkal-pingkal. Namun, terus terang, selera humor mengalami pasang surut, surut sampai titik nol. Kasus Ismail Ahmad, 41, contohnya.

Warga Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, itu dijemput polisi dan ia meminta maaf di kantor polisi lantaran mengunggah guyonan Gus Dur. Guyonan Gus Dur itu menyebutkan polisi jujur terdiri atas patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Pol Hoegeng Iman Santoso, mantan Kepala Polri. Polisi menilai unggahan itu sensitif.

Nasib kurang beruntung juga dialami komika Bintang Emon. Ia diserang netizen setelah videonya yang mengkritik tuntutan rendah terhadap penyerang penyidik KPK Novel Baswedan. Konten video didasari isi tuntutan jaksa yang menyebutkan para terdakwa tidak sengaja melukai mata Novel.

Dalam video itu, Bintang Emon menyindir alasan ketidaksengajaan itu. Sebab, menurutnya, tak mungkin siraman air keras bisa pas di muka jika tanpa disengaja. “Katanya nggak sengaja, tapi kok bisa kena muka? Nyiram badan nggak mungkin meleset ke muka. ”

Tatkala humor dianggap jahat, peradaban mundur ke zaman Plato yang sempat menganggap humor dan tertawa sebagai kejahatan, sejajar dengan penghinaan. Benarlah kata Bertold Brecht, “Hidup akan tersiksa di sebuah negara yang tak karib dengan humor, tapi lebih nestapa hidup di sebuah negara yang menghajatkan humor.”

Jangan menjadi kaum sumbu pendek. Biarkan humor lestari dalam peradaban. Bercanda atau bermain itu sama pentingnya dengan berpikir dan bekerja dalam terminologi Homo Ludens-nya Johan Huizinga.

 



Berita Lainnya
  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima